Liputan6.com, Jakarta - Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Arsjad Rasjid mengungkapkan bahwa pihaknya memprioritaskan pembangunan berkelanjutan dalam peningkatan bisnis dan usaha di kawasan ASEAN.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah lingkungan yang mendesak dan membuka jalan bagi masa depan yang berkelanjutan, ASEAN-BAC bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mempercepat penerapan sumber energi bersih dan terbarukan di kawasan ASEAN.
"Membangun ASEAN dan juga dunia yang mengutamakan konsep berkelanjutan, haruslah melalui upaya bersama tiap pihak. Di ASEAN, kami percaya bahwa upaya bersama dari pihak pemerintah, bisnis, dan masyarakat akan mendorong transisi energi yang lebih baik," kata Arsjad dalam keterengan tertulis pada Senin (17/7/2023).
Advertisement
Sustainable Development Report 2023 menunjukkan, terdapat 6 negara ASEAN yang masuk 100 besar negara yang mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.
Beberapa diantaranya, yaitu Thailand pada peringkat 43 dengan skor 74,7, Vietnam pada peringkat 55 dengan skor 73,4, Singapura pada peringkat 64 dengan skor 71,8, Indonesia pada peringkat 75 dengan skor 70,2, Malaysia pada peringkat 78 dengan skor 69.8, dan yang terakhir adalah Filipina pada peringkat 98 dengan skor 67,1.
Adapun sejumlah negara ASEAN lainnya yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar secara berurutan masih berada di peringkat di atas 100, yaitu 102, 103, 115, dan 125.
Arsjad yakin, dengan usaha bersama, seluruh negara ASEAN bahu membahu untuk bisa membangun kawasan yang lebih mengutamakan proses bisnis yang berkelanjutan serta dengan adanya penggunaan energi yang lebih bersih.
Upaya Pembangunan Berkelanjutan di Negara ASEAN
Sejumlah perusahaan di negara ASEAN kini sedang membangun fasilitas energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon.
Beberapa negara anggota ASEAN ini juga telah menggunakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) negara masing-masing untuk mempercepat integrasi energi terbarukan. Namun, potensi energi terbarukan di ASEAN masih perlu terus untuk didorong.
Tak terkecuali Indonesia, yang menargetkan untuk menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 20,9 GW pada tahun 2030 dan mengharapkan 60Â persen energinya berasal dari sumber terbarukan pada tahun 2060 mendatang.
"ASEAN dan dalam hal ini secara khusus ASEAN-BAC, berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju ekonomi nol emisi dengan mempromosikan energi terbarukan, efisiensi energi, dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Penerapan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan mendorong penggunaan solusi inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam kegiatan bisnis di kawasan ASEAN sangat dianjurkan," ujar Arsjad.
Laos merupakan salah satu negara ASEAN yang sudah mencapai kemajuan dalam pengembangan tenaga listrik dan ekspor energi, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar lebih dari 3 persen.
Kemudian ada Malaysia yang telah mengusulkan pembangunan tiga pulau energi hijau dan sedang menjelajahi sumber energi terbarukan dari laut. Pada tahun 2020, Malaysia memiliki 50 pembangkit listrik biogas yang memasok listrik ke jaringan nasional
Negara lainnya, adalah Brunei Darussalam yang berencana meningkatkan kapasitas energi terbarukan menjadi setidaknya 300 MW pada tahun 2035 melalui proyek kolaborasi.
Di Kamboja, energi terbarukan saat ini memiliki pangsa pasar sebesar 40 persen dan bersumber dari tenaga air, tenaga surya, dan biomassa. Negara ini mendorong operator pariwisata untuk mengadopsi energi terbarukan.
Negara Lain
Thailand telah meluncurkan instalasi hibrida surya-hidro terapung terbesar di dunia dan berencana untuk menginstal tambahan 24 MW.
Selanjutnya ada, Singapura yang melakukan studi kelayakan bersama untuk energi terbarukan hibrida yang melibatkan sumber angin, surya, dan pasang surut.
Filipina telah memulai lelang energi hijau untuk proyek energi terbarukan sebesar 2 GW, termasuk tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin.
Vietnam bertujuan untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan, termasuk tenaga air, angin, surya, dan biomassa, hingga mencapai 33 persen dari total listrik pada tahun 2030.
Advertisement
Penghargaan Bergengsi Pembangunan Berkelanjutan pada Sektor Bisnis di ASEAN
Salah satu bentuk komitmen ASEAN-BAC dalam mendukung seluruh sektor usaha di ASEAN untuk terus maju mengedepankan proses bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah dengan mengadakan ASEAN Business Awards (ABA) 2023.
Dalam ABA 2023, akan dihadirkan pilar penghargaan Pembangunan Berkelanjutan yang didalamnya terdapat dua kategori penghargaan, yaitu Net-Zero Leader dan Plastic Waste Circularity. Perusahaan berskala besar hingga UMKM dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti penghargaan ini melalui aseanbacindonesia.id/event/aba-2023.
"ABA 2023 mengapresiasi penuh bisnis di kawasan ASEAN yang telah menjadikan agenda pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari proses bisnis mereka dan berdampak pada kelestarian lingkungan. Penghargaan ini akan diberikan melalui pilar Pembangunan Berkelanjutan," kata Arsjad.
Kategori Net-Zero Leader mengakui bisnis yang telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi emisi gas rumah kaca mereka dan memimpin jalan menuju pencapaian masa depan yang netral karbon.
Pelaku usaha ini telah menerapkan praktik, teknologi, dan strategi inovatif untuk meminimalkan jejak lingkungan mereka dan memerangi perubahan iklim.
Dalam pilar yang sama, kategori Plastic Waste Circularity memberikan penghargaan terhadap bisnis-bisnis di kawasan ASEAN yang telah mengambil tindakan proaktif untuk mengatasi krisis sampah plastik global dan mempromosikan solusi ekonomi sirkular.
Dengan mengadopsi model bisnis sirkular, perusahaan-perusahaan berkontribusi pada pengurangan polusi plastik, mendorong praktik pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, dan membuka jalan bagi ASEAN yang lebih berkelanjutan dan sadar lingkungan.
"ASEAN-BAC 2023 mendorong pelaku bisnis di kawasan ASEAN untuk menominasikan bisnisnya pada kategori Net-Zero Leader dan Plastic Waste Circularity di ABA 2023. Pencapaian luar biasa bisnis anda dalam pembangunan berkelanjutan akan diperlihatkan dan diakui sebagai pemimpin dalam mendorong perubahan positif di kawasan ASEAN," sambung Arsjad.
Program Pembangunan Berkelanjutan di Astra dan Sinar Mas
Kewajiban bagi perusahaan untuk mengedepankan pembangunan berkelanjutan selalu diimplementasikan oleh perusahaan seperti PT Astra International Tbk., Indika Energy, Sinar Mas, Bakrie Group, dan Mayora Group.
Pada 2022 lalu, Astra meluncurkan Astra 2030 Sustainability Aspirations untuk mendorong komitmen dalam berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Sustainability framework yang baru ini beserta aspirasinya mengintegrasikan sustainability secara lengkap ke dalam Strategi Triple-P Roadmap untuk memandu perjalanan transisi Astra menuju bisnis yang lebih berkelanjutan dan tangguh, dengan harapan meningkatkan kontribusi terhadap ketahanan perekonomian Indonesia, sekaligus mendukung masyarakat yang inklusif dan sejahtera.
"Indika Energy percaya bahwa upaya mencapai net-zero akan menjadi langkah yang tepat menuju masa depan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan. Inilah yang mendorong transisi kami dalam mendiversifikasi dan mengembangkan portofolio bisnis perusahaan di sektor logistik, mineral, digital dan green business termasuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV)," tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy.
Adapun Sinar Mas melalui Sinar Mas Agribusiness & Food yang bergerak di sektor agribisnis berkomitmen untuk mengedepankan aspek keberlanjutan dalam proses bisnisnya.
"Kami menerapkan Good Agriculture Practice (GAP) dalam proses produksi sehingga dapat secara bersamaan membangun sisi ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat dan juga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan," kata Franky Oesman Widjaja, Chairman & CEO Sinar Mas Agribusiness and Food.
Advertisement