Harga Minyak Dunia Tembus USD 92,28 per Barel Menyusul Banjir Bandang Libya

Anggota OPEC, Libya menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Sep 2023, 13:20 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2023, 13:20 WIB
Banjir Libya
Tim penyelamat berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut akibat banjir mirip tsunami di Libya. (AP Photo/Jamal Alkomaty)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak sekitar 2 persen mendekati level tertinggi dalam 10 bulan menyusul banjir mematikan di Libya.

Naiknya harga minyak didorong oleh prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme OPEC terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara besar.

Melansir Economic Times, Rabu (13/9/2023) harga minyak Brent berjangka naik USD 1,64, atau 1,8 persen menjadi USD 92,28 per barel.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,91, atau 2,2 persen menjadi USD 89,20.

Kedua benchmark tersebut secara teknis masih berada dalam kondisi jenuh beli (overbought) selama delapan hari berturut-turut, berada di jalur penyelesaian tertinggi sejak November 2022.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2023 dan 2024, dengan alasan bahwa negara-negara besar lebih kuat dari perkiraan.

Laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024.

"Harga minyak mentah menguat setelah laporan bulanan OPEC menunjukkan pasar minyak akan menjadi jauh lebih ketat dari perkiraan awal,” ungkap Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA, dalam sebuah catatan.

Pekan lalu, Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Di Kazakhstan, yang juga merupakan negara anggota OPEC+, produksi minyak harian turun menjadi 213,800 metrik ton pada 11 September 2023 dari 243,500 ton pada hari sebelumnya karena dimulainya pekerjaan pemeliharaan di ladang kondensat gas Karachaganak.

Pedagang minyak sedang menunggu perkiraan pasokan-permintaan dari Short Term Energy Outlook (STEO) Badan Informasi Energi AS (EIA) dan Badan Energi Internasional (IEA).

Data persediaan minyak AS akan dirilis pada Selasa depan dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) dan EIA.

Anggota OPEC, Libya menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banjir Libya Bakal Picu Inflasi Imbas Kenaikan Harga Energi

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Kekhawatiran terhadap inflasi akan kembali muncul. Hal ini seiring lonjakan harga energi karena dampak banjir Libya.

Harga minyak global naik di atas USD 92 per barel pada perdagangan Selasa, 12 September 2023 untuk pertama kali 10 bulan. Lonjakan harga minyak dunia ini seiring pasar bersiap hadapi gangguan pasokan yang disebabkan bencana banjir Libya.

Dikutip dari CNN, ditulis Rabu (13/9/2023), sekitar 2.000 orang tewas dan 10.000 orang hilang seiring banjir mematikan yang merusak bendungan dan menyapu banyak rumah.

Harga minyak Brent, patokan dunia melonjak hampir 2 persen ke level tertinggi intraday USD 92,38 per barel. Harga itu tertinggi sejak 17 November 2022. Harga minyak Amerika Serikat (AS) melonjak 2,3 persen menjadi USD 89,29 per barel juga merupakan level tertinggi sejak November.

Reli harga minyak terbaru akan terus mendorong kenaikan harga bagi konsumen dan menambah inflasi di Amerika Serikat. Analis menyalahkan lonjakan harga minyak akibat banjir mematikan di Libya untuk sementara waktu akan menganggu ekspor minyak dari negara OPEC itu.

Libya memproduksi sekitar 1 juta barel minyak per hari pada Agustus 2023, menurut OPEC. “Libya memiliki sejumlah Pelabuhan yang tidak dapat melakukan ekspor. Ada satu hal lagi yang menambah sisi bullish dari minyak mentah,” ujar Analis Kpler, Matt Smith.

Banjir di Libya terjadi seminggu setelah Rusia dan Arab Saudi membuat harga minyak naik. Kenaikan harga minyak setelah negara itu mengumumkan rencana memperpanjang pengurangan pasokan secara agresif.


Kekhawatiran Inflasi

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

Harga bensin yang tertinggal dari harga minyak naik tipis pada pekan ini sebagai dampak dari pengumuman tersebut. Rata-rata harga bensin regular mencapai USD 3,84 pada Selasa, 12 September 2023, naik dari USD 3,81 pada pekan lalu, menurut AAA.

Sementara itu, harga gas lebih tinggi 12 sen dibandingkan periode sama tahun lalu. Harga diprediksi tidak akan banyak turun dalam beberapa bulan mendatang.

The US Energy Information Administration (EIA), bagian dari Departemen Energi Amerika Serikat prediksi, rata-rata harga bensin eceran sebesar USD 3,69 pada kuartal IV 2023. Harga bensiun tersebut naik dari USD 3,57 sebelumnya.

EIA juga menaikkan perkiraaan harga solar dan minyak pada kuartal IV 2023 dan kuartal I 2024. Jika perkiraan ini benar, harga energi akan terus mempersulit upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi.

Ekonom prediksi, laporan inflasi akan menunjukkan peningkatan harga konsumen yang meningkat pada Agustus, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan harga bahan bakar pada akhir musim panas.

"Hal ini akan menyalakan kembali kekhawatiran inflasi. Sulit untuk memahami bagaimana hal ini akan berakhir ketika ada kekuatan besar, Arab Saudi yang melakukan intervensi di pasar untuk menopang harga," ujar Smith.


Update Korban Banjir Libya

Sebuah mobil yang sebagian tergantung di pohon setelah terbawa air banjir di Derna, Libya. (Pemerintah Libya melalui AP)
Sebuah mobil yang sebagian tergantung di pohon setelah terbawa air banjir di Derna, Libya. (Pemerintah Libya melalui AP)

Sebelumnya, mengutip Kanal Global Liputan6.com, tim penyelamat di Libya sedang berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut di perairan banjir Libya mirip tsunami.

Setidaknya 2.300 orang tewas, menurut otoritas ambulans di Derna, kota di Libya yang paling parah terkena dampaknya.

Dua bendungan dan empat jembatan runtuh di Derna, menenggelamkan sebagian besar kota ketika Badai Daniel melanda pada Minggu 10 September 2023.

Sekitar 10.000 orang dilaporkan hilang, kata Bulan Sabit Merah dikutip dari BBC, Selasa (13/9/2023),seraya menegaskan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

Sejumlah bantuan sudah mulai berdatangan, termasuk dari Mesir, namun upaya penyelamatan terhambat oleh situasi politik di Libya, di mana negara tersebut terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing.

AS, Jerman, Iran, Italia, Qatar, dan Turki termasuk di antara negara-negara yang menyatakan telah mengirimkan atau siap mengirimkan bantuan.

Rekaman video yang direkam setelah gelap pada hari Minggu menunjukkan sungai air banjir mengalir melintasi kota dan mobil-mobil terombang-ambing tak berdaya mengikuti arusnya.

Ada banyak cerita mengerikan tentang orang-orang yang tersapu ke laut, sementara yang lain bergantungan di atap rumah untuk bertahan hidup.

"Saya terkejut dengan apa yang saya lihat, ini seperti tsunami," kata Hisham Chkiouat, dari pemerintah Libya yang berbasis di wilayah timur.

Dia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa runtuhnya salah satu bendungan di selatan Derna telah menyeret sebagian besar kota ke laut.

"Lingkungan yang luas telah hancur – ada banyak sekali korban yang jumlahnya terus meningkat setiap jamnya," ucap Chkiouat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya