Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun tipis pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah Badan Energi Internasional mengikuti OPEC dalam memangkas perkiraan permintaan minyaknya. Hal ini meskipun penurunan harga dibatasi atas saran Presiden AS Donald Trump tentang beberapa pengecualian tarif baru.
Dikutip dari CNBC, Rabu (16/4/2025), harga minyak Brent turun 21 sen atau 0,32% dan ditutup di level USD 64,67 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 20 sen atau 0,33% menjadi USD 61,33 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Kebijakan perdagangan AS yang berfluktuasi telah menciptakan ketidakpastian bagi pasar minyak global dan mendorong OPEC pada hari Senin untuk menurunkan prospek permintaannya.
Advertisement
IEA juga memangkas perkiraannya pada hari Selasa untuk pertumbuhan permintaan minyak global menjadi 730.000 barel per hari (bph) tahun ini dari 1,03 juta bph - dan menjadi 690.000 bph tahun depan, dengan alasan meningkatnya ketegangan perdagangan.
Sementara itu, bank Swiss UBS memangkas perkiraan harga untuk Brent sebesar USD 12 per barel menjadi USD 68 per barel pada hari Selasa.
“Jika perang dagang semakin meningkat, skenario risiko penurunan yang kami hadapi, yaitu, resesi AS yang lebih dalam dan pendaratan keras di Tiongkok, dapat menyebabkan harga minyak Brent diperdagangkan pada harga USD 40-60/bbl selama beberapa bulan mendatang,” kata Analis UBS Giovanni Staunovo.
BNP Paribas menurunkan ekspektasi harga rata-rata untuk tahun ini dan berikutnya menjadi USD 58 per barel dari USD 65.
Dalam komentar yang membantu mendukung harga minyak, Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan pada hari Jumat bahwa Amerika Serikat dapat menghentikan ekspor minyak Iran sebagai bagian dari rencana Trump untuk menekan Teheran atas program nuklirnya.
Data pada hari Senin menunjukkan bahwa impor minyak mentah China pada bulan Maret naik hampir 5% dari tahun sebelumnya karena kedatangan minyak Iran melonjak.
Aset berisiko seperti ekuitas dan minyak juga mendapat dukungan setelah Donald Trump mengatakan sedang mempertimbangkan modifikasi tarif 25% yang dikenakan pada impor mobil asing dari Meksiko dan tempat lain.
Harga Minyak Mentah Stabil Meski OPEC Pangkas Perkiraan Permintaan
Harga minyak mentah AS tetap stabil pada perdagangan hari Senin setelah OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini karena adanya perang tarif yang dimulai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mengutip CNBC, Selasa (15/4/2025), harga minyak mentah AS naik 3 sen menjadi USD 61,53 per barel, sementara harga minyak acuan global Brent naik 12 sen menjadi USD 64,88 per barel.
OPEC yang merupakan organisasi negara-negara produsen minyak dunia negeluarkan laporan bulanan yang memperkirakan permintaan minyak mentah tumbuh sebesar 1,3 juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, turun sekitar 150.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya.
Harga minyak mentah naik hampir 2% di awal sesi setelah keputusan Trump untuk membebaskan produk teknologi utama seperti telepon pintar dari tarifnya terhadap China.
Presiden Trump telah mengenakan tarif 145% terhadap China, sementara menunda bea masuk yang lebih tinggi bagi sebagian besar negara lain selama 90 hari ke depan untuk memungkinkan negosiasi.
Harga minyak mendapat sedikit dukungan setelah Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan pada hari Jumat bahwa Trump dapat menghentikan ekspor minyak Iran jika kesepakatan tidak tercapai terkait program nuklir Republik Islam tersebut. AS dan Iran mengadakan pembicaraan di Oman pada hari Sabtu dan akan bertemu lagi pada tanggal 19 April.
Minyak mentah AS turun lebih dari 14% dan Brent telah turun lebih dari 13% sejak tanggal 2 April ketika Trump mengumumkan kebijakan tarif yang mengguncang dunia. Harga minyak juga tertekan oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat produksi mulai bulan Mei.
"Ini adalah pukulan ganda bagi pasar minyak saat ini," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets, kepada "The Exchange" CNBC pada hari Senin.
Goldman Sachs memperkirakan West Texas Intermediate dan Brent masing-masing berada pada harga rata-rata $59 dan $63 per barel, sepanjang sisa tahun ini, menurut catatan yang diterbitkan pada hari Minggu.
Advertisement
Masih Terkendali
Sebelumnya, harga minyak mentah dunia bergerak stagnan pada perdagangan awal pekan ini, di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China yang memicu kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global serta menurunnya permintaan bahan bakar.
Pada hari Senin (14/4/2025), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tercatat di level USD 61,53 per barel, hanya naik tipis 3 sen atau 0,05%.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa meskipun ketegangan geopolitik dan perang dagang memberikan tekanan terhadap sentimen pasar, dari sisi teknikal, potensi kenaikan harga minyak masih terbuka.
“Kombinasi pola candlestick yang terbentuk dan pergerakan indikator Moving Average menunjukkan sinyal awal terbentuknya tren bullish pada harga WTI,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, Senin (14/4/2025).
Andy memproyeksikan bahwa selama harga WTI mampu bertahan di atas level psikologis USD 61, tren naik akan terus berlanjut dengan potensi target kenaikan harian menuju area USD 63 per barel. Namun ia juga menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan reversal.
“Jika harga gagal mempertahankan momentum penguatannya dan terjadi tekanan jual, maka penurunan harga bisa menuju level support terdekat di kisaran USD 59 per barel,” tambahnya.
