Larangan Ekspor Beras India Tak Pengaruh ke Indonesia, BPS Beri Buktinya

Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan kebijakan dampak larangan ekspor beras oleh India, Rusia, dan Bangladesh tidak berdampak besar ke Indonesia

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Okt 2023, 13:50 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 13:50 WIB
Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso dalam proses pembongkaran kapal beras impor yang baru sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada kamis (12/10/2023). (Ayu/Merdeka.com)
Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan kebijakan dampak larangan ekspor beras oleh India, Rusia, dan Bangladesh tidak berdampak besar ke Indonesia (Ayu/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan kebijakan dampak larangan ekspor beras oleh India, Rusia, dan Bangladesh tidak berdampak besar ke Indonesia. Mengingat, sejauh ini volume beras impor yang tiba di Indonesia bukan berasal dari ketiga negara tersebut.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, beras impor terbanyak yang masuk ke Indonesia berasal dari Vietnam. Selanjutnya, berasa impor terbanyak yang masuk berasal dari Thailand.

"Proporsi impor beras Indonesia paling besar berasal dari Vietnam dan Thailand," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (13/6/2023).

Dalam bahan paparannya, volume beras asal Vietnam mencapai 74,06 persen dari keseluruhan impor yang dilakukan pemerintah per September 2023. Lalu, diikuti Thailand sebesar 24,35 persen.

Kemudian, sumber dari negara lainnya mencapai 1,20 persen. Sementara itu, volume beras impor asal India hanya 0,39 persen. Meski begitu, tidak diungkapkan secara pasti besaran angka volume beras impor oleh pemerintah.

"Proporsi impor beras asal India ini hanya mencakup atau hanya memberikan kontribusi sebesar 0,39 persen dari total impor beras. Hal ini karena memang kebijakan dari restriksi ekspor di negara India," bebernya.

Tak Pengaruh ke Indonesia

Oleh karena itu, BPS kembali menekankan kebijakan larangan ekspor beras oleh India hingga Bangladesh tidak berdampak besar ke Indonesia. Hal ini tercermin dari realisasi negara asal impor beras per September 2023.

"(India), Bangladesh, dan Rusia walaupun di negara ini memberlakukan larangan ekspor tetapi, kebetulan Bangladesh dan Rusia bukanlah negara asal impor beras. Kebijakan negara tersebut tidak berdampak langsung terhadap kinerja maupun proporsi impor beras Indonesia selanjutnya untuk komoditas," pungkasnya.

 


Jokowi: Stok Beras Bulog 1,7 Juta Ton Masih Kurang

Produksi Padi Masih Maksimal Meski di Tengah El Nino, Jokowi Optimis Cadangan Beras Aman
Plt Menteri Pertanian, Arief Prasetyo (kiri) saat mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan panen raya di Kabupaten Subang. Foto (istimewa)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau panen raya padi di Desa Ciasem Girang, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Minggu (8/10/2023). Dalam tinjauan ini, Jokowi didampingi oleh Plt. Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. 

Jokowi menjelaskan, stok beras sebanyak 1,7 ton di gudang Bulog masih kurang untuk memenuhi pasokan dalam negeri. Apalagi sejumlah daerah saat ini tengah menghadapi ancaman El Nino. Namun, dia memastikan stok beras nasional akan tetap memadai. 

"Memang tetap masih kurang, sehingga dari stok yang ada di Bulog sekarang ini 1,7 juta ton, kita masih menambah lagi sampai akhir tahun kira kira 1,5 juta ton cadangan kita, karena apapun El Nino memberikan pengaruh pada produksi dan hasil panen yang ada," kata Jokowi, Minggu (8/10/2023).

Usai menyaksikan panen raya di Subang, Presiden Jokowi mengaku senang melihat hasil panen petani yang melimpah di periode kedua tahun ini (Indeks Pertanaman / IP2). Ia menekankan hasil panen kedua di sejumlah wilayah ini diarahkan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat.

"Saya senang melihat hasilnya, saya kira ini satu hektar bisa mencapai 9 ton, kita harapkan dari panen inilah pasokan beras bisa menambah cadangan kita," ucap orang nomor satu di Indonesia tersebut.


Harga Gabah

Jokowi Beras Bulog
Jokowi mengatakan cadangan beras yang dimiliki oleh Indonesia saat ini masih terbilang aman, meski adanya fenomena alam El Nino yang saat ini tengah melanda sejumlah negara termasuk Indonesia. (merdeka.com/Imam Buhori)

Presiden Jokowi menuturkan saat ini harga gabah ditingkat petani cukup tinggi, bahkan ada yang menyentuh harga Rp. 7.600 per kilogram (kg). Sedangkan, tren harga beras di Pasar Induk Cipinang terus mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir.

"Petani senang harga gabahnya 7.300 sampai 7.600, kalau petaninya senang, tetapi pembeli berasnya yang harus kita atasi dengan memasok sebanyak - banyaknya pasar, sementara di Cipinang harga sudah turun," terang Jokowi.

Adapun, luas Panen Januari - September 2023 di Kabupaten Subang tercatat mencapai 131.423 ha dengan total produksi 893.366,24 ton GKP. Sedangkan harga jual gabah di lokasi mencapai Rp7.200/kg dengan harga beras rata-rata sebesar Rp13.500/kg.

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya