Jokowi Janjikan Insentif Pajak Properti, PPN Bakal Ditanggung Pemerintah

Jokowi menegaskan Pemerintah akan memberikan insentif kepada dunia properti melalui subsidi pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi

oleh Tira Santia diperbarui 24 Okt 2023, 11:19 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2023, 11:14 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023, di Hutan Kota By Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023). (Tira/Liputan6.com)
Jokowi menegaskan Pemerintah akan memberikan insentif kepada dunia properti melalui subsidi pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Pemerintah akan memberikan insentif kepada dunia properti melalui subsidi pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

"Kita akan berikan insentif pada dunia properti, perumahan untuk menjaga ekonomi kita, mungkin akan segera kita putuskan PPN akan ditanggung pemerintah," kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023, di Hutan Kota By Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Sementara untuk properti Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Pemerintah tetap akan melanjutkan program subsidi biaya uang muka administrasi perumahan sebesar Rp 4 juta.

"Untuk perumahan yang MBR, juga akan diberikan bantuan uang admin yang Rp 4 juta ditanggung oleh pemerintah, sehingga akan mentrigger ekonomi kita," ujar Jokowi.

Situasi Ekonomi

Lebih lanjut, Jokowi menyoroti situasi ekonomi global saat ini masih diliputi dengan ketidakpastian. Kondisi dunia saat ini semakin tidak jelas, bahkan tantangan yang dihadapi bukannya berkurang malah semakin bertambah. Mulai dari ancaman perubahan iklim, pelemahan ekonomi global, hingga konflik Rusia-Ukraina dan konflik Israel dan Hamas.

Kendati demikian, Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas 5 persen. Menurut Jokowi, tren seperti ini harus dijaga, salah satunya melalui berbagai kebijakan, termasuk kebijakan insentif untuk sektor properti guna menggenjot laju perekonomian dalam negeri.

"Kalau melihat pelemahan ekonomi global kita bersyukur growth kita masih di atas 5 persen," ujarnya.

Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga positif, penerimaan negara juga dilaporkan mampu tumbuh dikisaran 5,6 persen.

"Kemudian juga kalau kita lihat, pajak masih tumbuh 5,6 persen artinya masih ada pertumbuhan penerimaan negara. Penerimaan negara masih tumbuh, penerimaan pajak masih tumbuh, itulah ekonomi kita masih baik, tapi kita harus lihat kembali tantangan di depan," pungkasnya.

Jokowi: Dunia Makin Tak Jelas, Tantangan Semakin Banyak

Presiden Joko Widodo atau Jokowi angkat bicara soal tudingan dinasti politik usai putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Prabowo Subianto.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi angkat bicara soal tudingan dinasti politik usai putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Prabowo Subianto.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dunia saat ini semakin tidak jelas, bahkan tantangan yang dihadapi bukannya berkurang malah semakin bertambah. Mulai dari ancaman perubahan iklim, pelemahan ekonomi global, hingga konflik Rusia-Ukraina dan konflik Israel dan Hamas.

Menurutnya, perubahan iklim yang dulunya di anggap sesuatu yang masih absurb tapi sekarang sudah nyata. Kekeringan super El Nino betul-betul dirasakan dan produksi beras turun hampir di semua negara.

"22 negara mengerem menstop tidak ekspor berasnya lagi, tidak pernah kita hitung tetapi muncul," kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023, di Hutan Kota By Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Kemudian Jokowi menyoroti pelemahan ekonomi global. Dimana kebijakan kenaikan suku bunga yang tinggi dalam waktu yang lama yang dilakukan Amerika Serikat dinilai semakin merugikan, utamanya bagi negara-negara yang berkembang.

"Capital outflow semuanya lari balik ke Amerika, semakin juga merumitkan kita semuanya," ujarnya.

 

Perang Rusia-Ukraina

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat Pembukaan Kongres XXV Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tahun 2023 di Istana Negara Jakarta, Senin (25/9/2023). (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI/Oi)

Di sisi lain, perang Rusia dan Ukraina juga belum jelas kapan berakhirnya. Selanjutnya, muncul lagi perang antara Hamas dan Israel yang dinilai semakin mengkhawatirkan semua negara. Jokowi pun khawatir perang Israel dan Hamas bisa melebar ke negara Timur Tengah lainnya, sehingga menyebabkan harga minyak melonjak.

"Karena larinya nanti bukan hanya perangnya di Israel dan di Palestina, tetapi kalau meluas melebar ke Lebanon melebar ke siria melebar dengan Iran, maka akan semakin merugikan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak pasti akan naik," ujarnya.

Terkahir Jokowi mengecek harga minyak Brent masih dikisaran USD 89 Per barel. Namun, jika konflik antara Israel dan Hamas melebar maka kemungkinan harga minyak bisa menembus USD 150 per barel.

"Saya cek kemarin harga Brent masih USD 89 per barel kalau meluas seperti yang saya sampaikan kita nggak ngerti bisa mencapai USD 150 per barel. Inilah yang harus Kita waspadai hati-hati semuanya baik sisi moneter maupun sisi fiskal," ujar Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya