Siap-Siap, Pemerintah Bakal Sebar Bansos Beras Lagi

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan kenaikan harga beras menjadi masalah global, tidak hanya terjadi di Indonesia saja.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Okt 2023, 15:14 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2023, 15:14 WIB
Bansos Beras
Bulog dibantu PT Pos Indonesia dalam mendistribusikan bantuan beras ke seluruh penjuru negeri. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan kenaikan harga beras menjadi masalah global, tidak hanya terjadi di Indonesia saja.

"Harga beras ini sudah menjadi masalah besar di seluruh dunia secara global," kata Febrio Nathan Kacaribu dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Disisi lain, saat ini inflasi Indonesia berada dalam tren yang menurun. Namun, di sektor volatile food khususnya harga beras justru mengalami inflasi, sementara komoditas lainnya deflasi.

"Jadi, memang ada harga-harga spesifik yang harus di-handle oleh pemerintah (komoditas beras)," ujar Febrio.

Bansos Beras

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, selain melakukan impor beras Pemerintah berencana akan memberikan bantuan lanjutan untuk menjaga daya beli masyarakat dan menstabilkan harga beras.

"Kita sudah melakukan impor beras, memastikan supply-nya ada, akan tetapi kita ingin lebih bold, nanti kita tunggu aja kebijakan spesifiknya. Ini mungkin nggak lama lagi. Subsidi bisa, nantinya dalam bentuk kita menjaga daya beli masyarakat," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat agar sabar menunggu pengumuman terkait bantuan beras tersebut. Lantaran Pemerintah saat ini masih menyiapkan kebijakannya.

"Nanti kita tunggu aja. Betul (termasuk dalam paket kebijakan ekonomi), nanti kita tunggu aja pengumumannya, segera," pungkas pejabat Kemenkeu itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Lanjut Bansos Beras, Jokowi Lobi China dan Bangladesh untuk Impor Tahun Depan

Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan (Zulhas) kembali dampingi Presiden Jokowi, setelah sehari sebelumnya ikut menyalurkan bansos beras di Gudang Perum Bulog di Kelapa Gading.
Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan (Zulhas) kembali dampingi Presiden Jokowi, setelah sehari sebelumnya ikut menyalurkan bansos beras di Gudang Perum Bulog di Kelapa Gading. Hari ini, Zulhas juga ikut mendampingi Presiden blusukan ke Pasar Kranggot, Cilegon, Selasa (12/9/2023).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak menampik adanya kenaikan harga beras di pasaran. Oleh karenanya, ia telah memerintahkan jajarannya untuk menyalurkan program bansos beras 10 kg kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) selama tiga bulan, sejak September-November 2023.

RI 1 pun buka peluang kembali menyalurkan program bansos beras untuk periode selanjutnya guna mengantisipasi gejolak harga beras, selama stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog tetap tersedia.

"Kalau stoknya kita lihat masih (ada) nanti diteruskan lagi. Sehingga masyarakat jangan sampai terdampak dari kenaikan harga beras," ujar Jokowi dalam kunjungan ke Gudang Beras Bulog Dramaga di Kabupaten Bogor, Senin (11/9/2023).

Oleh sebabnya, ia memandang pemerintah masih perlu melakukan impor beras untuk memastikan cadangan stok beras terpenuhi. Itu juga dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kenaikan harga beras di pasar akibat fenomena El Nino yang terjadi hampir di semua negara.

"Ini untuk memastikan bahwa kita memiliki cadangan strategis stok. Harus itu untuk menjaga agar tidak terjadi kenaikan karena memang produksi pasti turun karena El Nino, meskipun saya lihat angkanya juga tidak banyak," imbuhnya.

 


Lobi-Lobi Jokowi

PAN
Mendag Zulhas Dampingi Presiden Jokowi Salurkan Bansos Beras/Istimewa.

Jokowi mengaku telah melobi sejumlah kepala negara, mulai dari India hingga China agar mau memasok berasnya kepada Indonesia. Proses negosiasi impor beras tersebut nantinya akan dilanjutkan Perum Bulog.

“Saya sudah bicara dengan Perdana Menteri (Kamboja) Hun Manet, dengan Presiden Bangladesh yang punya stok, dengan Perdana Menteri (India) Narendra Modi, dengan China juga dengan Perdana Menteri Li (Qiang)," tuturjya.

"Stok kita sudah banyak, tapi kita tetap masih melihat di mana yang bisa. Tidak untuk sekarang, tapi untuk plan tahun depan juga mengantisipasi," pungkas Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya