Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kesibukan pekerjaan, mengurus anak, membayar cicilan rumah atau kendaraan, kebutuhan rumah tangga, dan aneka tagihan lainnya, kita juga harus menyiapkan dana untuk pendidikan tinggi anak dan dana untuk masa pensiun.
Menyiapkan dana pendidikan anak menjadi salah satu tugas besar setiap orang tua di antara berbagai tuntutan kebutuhan keuangan lainnya. Namun, menyiapkan dana pensiun juga penting agar kita tidak menjadi beban bagi anak di masa tua kelak.
Baca Juga
Keduanya penting dan membutuhkan dana yang besar. Lantas, mana yang harus didahulukan? Nah, untuk menemukan jawabannya, simak dulu ulasan dari Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana berikut ini:
Advertisement
Isi penuh dulu pos dana darurat
Krizia Maulana menjelaskan, sebagai orang tua, kita ingin agar anak-anak kita memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan kita, orang tuanya. Pendidikan tinggi merupakan salah satu faktor pendukung masa depan yang baik. Namun, biaya pendidikan terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi sehingga, terkadang dana yang sudah disiapkan tidak cukup.
"Di saat seperti ini, ada saja orang tua yang menggunakan simpanan dana pensiunnya untuk menutupi kekurangan biaya pendidikan,"kata dia seperti yang dikutip pada Sabtu (28/10/2023).
Hal seperti ini tidak seharusnya terjadi jika persiapan dana pendidikan sudah memperhitungkan faktor inflasi. Namun, jika terpaksa, sebaiknya ambil dari pos dana darurat.
Sangat tidak disarankan untuk mengambil dari pos dana pensiun, karena akan mengorbankan kesejahteraan kita di masa depan sekaligus menambah beban keuangan anak (dalam menanggung kebutuhan orang tua di usia lanjut kelak).
"Oleh karena itu, mengisi penuh pos dana darurat menjadi keharusan bagi setiap rumah tangga, agar pengeluaran tak terduga tidak mengganggu pos keuangan lainnya," ungkap Krizia Maulana.
Isi pos dana pensiun sejak masih lajang
Tidak memiliki waktu yang cukup alias terlambat menyiapkan dana untuk masa pensiun telah menjadi kesalahan umum.
Padahal, alangkah baiknya jika pos dana ini mulai diisi sejak kita menerima gaji pertama, agar ‘cicilan’-nya terasa ringan dan mumpung belum direcoki dengan kewajiban mengisi pos dana pendidikan anak.
Sebab, semakin mendekati usia pensiun, semakin sempit pula waktu yang kita miliki untuk menyiapkan masa pensiun, sehingga porsi/persentase gaji yang harus disisihkan untuk mengisi pos ini harus semakin besar. Padahal, kebutuhan hidup semakin meningkat.
Advertisement
Isi kedua pos secara berbarengan dan seimbang
Krizia Maulana melanjutkan, ketika anak sudah lahir, tentunya orang tua harus mulai menyiapkan dana pendidikan anak, mulai dari tingkat TK hingga kuliah. Dengan demikian, pengisian pos dana pensiun dan pos dana pendidikan anak harus diisi secara berbarengan dengan porsi yang seimbang.
Akan tetapi, terkadang orang tua terbentur pada pilihan harus mengutamakan yang mana. Tentunya kebutuhan pendidikan anak, sebagai makhluk titipan Tuhan kepada kita, sangat penting. Namun, pemilihan sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan orang tua, agar tidak mengganggu persiapan pensiun.
"Tetap memprioritaskan dana pensiun tidak menjadikan kita sebagai orang tua yang buruk, juga bukan berarti kita tidak menghargai masa depan anak kita," kata dia.
Tidak bisa dipungkiri, ada kalanya dalam suatu periode waktu porsi untuk mengisi pos dana pendidikan anak bisa lebih besar daripada pos dana pensiun. Jika demikian, ketika pos dana pendidikan anak telah terkumpul (misalnya untuk sampai lulus sarjana), segera tingkatkan porsi pengisian pos dana pensiun.
Pada akhirnya orang tua harus ingat bahwa anak bukanlah sapi perah yang boleh dituntut untuk menopang kehidupannya di usia lanjut kelak. Kita punya andil besar untuk menentukan tingkat kesejahteraan kita di masa pensiun.
Jadi, persiapkan dengan baik masa pensiun kita sejak usia muda dan persiapkan dana pendidikan anak sejak ia dalam kandungan.