Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik 3% ke level tertinggi dalam satu pekan pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa ketegangan antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza menyebar menjadi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Mengutip CNBC, Sabtu (28/10/2023), harga minyak Brent berjangka naik USD 2,25 atau 2,6% menjadi USD 90,18 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,14 atau 2,6% menjadi USD 85,35 per barel.
Baca Juga
Untuk minggu ini, harga minyak Brent turun sekitar 2% dan WTI turun sekitar 3%.
Advertisement
Harga minyak Brent jika dibandingkan WTI memiliki selisih tertinggi sejak Juli, menjadikannya lebih menarik bagi perusahaan-perusahaan energi untuk mengirim kapal ke AS untuk mengambil minyak mentah untuk diekspor.
Perdagangan minyak cukup berombak pada Jumat kemarin. Di awal sesi, harga minyak melonjak lebih dari USD 2 per barel setelah militer AS menyerang sasaran Iran di Suriah. Harga sempat berubah menjadi negatif karena pasar mencerna berbagai laporan mengenai pembicaraan mediasi dengan kelompok militan Hamas dan Israel yang dipimpin oleh Qatar dalam koordinasi dengan AS.
“Kita bergantung pada berita utama berikutnya dan saya pikir itulah yang kita lihat hari ini dengan perubahan harga,” kata analis di Price Futures Group, Phil Flynn.
“Anda ingin memperdagangkan fundamentalnya, tapi Anda sebenarnya tidak bisa karena Anda harus lebih khawatir tentang apa yang akan terjadi di Timur Tengah,” kata Flynn.
“Tidak ada seorang pun yang ingin kekurangan di akhir pekan.”
Kondisi Terkini
Seorang pejabat Hamas melakukan pembebasan sandera di Gaza etelah adanya gencatan senjata usai pemboman Israel terhadap daerah kantong Palestina.
Amerika dan negara-negara Arab telah mendesak Israel untuk menunda rencana invasi darat yang akan melipatgandakan korban sipil dan mungkin memicu konflik yang lebih luas.
Perkembangan di Timur Tengah sejauh ini tidak secara langsung berdampak pada pasokan minyak, namun banyak yang khawatir akan terganggunya ekspor dari produsen minyak mentah utama dan Iran, serta negara-negara lain yang mendukung Hamas.
″(Ini) masih sangat sulit bahkan bagi para pengamat regional yang paling berpengetahuan untuk menyatakan keyakinan tinggi mengenai lintasan krisis saat ini, karena garis merah yang dapat membawa lebih banyak pemain ke medan perang sebagian besar masih tidak dapat dipahami,” kata analis RBC Capital, Helima Croft.
Analis Goldman Sachs mempertahankan perkiraan harga minyak mentah Brent pada kuartal I 2024 sebesar USD 95 per barel tetapi menambahkan bahwa ekspor Iran yang lebih rendah dapat menyebabkan harga dasar naik sebesar 5%.
Advertisement
Prospek Permintaan Minyak
Belanja konsumen AS melonjak pada bulan September tetapi terlihat melambat pada awal tahun 2024. Para ekonom percaya bahwa Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Para ekonom mengatakan kepada Reuters bahwa mereka memperkirakan inflasi yang tinggi akan terus membebani perekonomian dunia tahun depan.