Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun dari level tertinggi dalam beberapa minggu pada perdagangan hari Senin. Penyebab turunnya harga minyak ini karena melemahnya data belanja konsumen di Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia.
Saat ini investor juga tengah berhenti membeli menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (17/12/2024), harga minyak mentah Brent ditutup di level USD 73,91 per barel, turun 58 sen atau 0,8% dari perdagangan sebelumnya yang menyentuh level tertinggi sejak 22 November.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup di level USD 70,71 per barel, turun 58 sen atau 0,8% setelah mencatat penutupan tertinggi sejak 7 November.
Minggu lalu, harga minyak diuntungkan dari ekspektasi bahwa pasokan akan semakin ketat dengan sanksi tambahan terhadap produsen minyak mentah Rusia dan Iran, sementara kemungkinan penurunan suku bunga di AS dan Eropa akan memacu permintaan.
"Kami merasa bahwa peristiwa minggu lalu telah diberi harga yang tepat dan minggu ini akan membawa lebih sedikit sentimen yang mampu mendukung harga minyak," kata konsultan Ritterbusch and Associates di Florida Jim Ritterbusch.
Data Tiongkok
Penjualan ritel Tiongkok lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga menekan Beijing untuk meningkatkan stimulus bagi ekonomi yang rapuh yang menghadapi tarif perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump kedua.
"Ini hanyalah skenario yang sangat pesimis di mana tidak banyak harapan akan pertumbuhan permintaan minyak mentah," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka Mizuho New York.
Prospek Tiongkok berkontribusi pada keputusan kelompok produsen minyak OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga April.
"Apa pun stimulus yang diberikan, konsumen tidak akan menerimanya dan tanpa perubahan besar dalam perilaku belanja pribadi, peruntungan ekonomi Tiongkok akan terhambat," kata John Evans di pialang minyak PVM.
Â
Ambil Untung
Para pedagang juga mengambil untung sambil menunggu keputusan Bank Sentral AS tentang suku bunga minggu ini.
Analis pasar IG Tony Sycamore mengatakan bahwa aksi ambil untung yang ringan diharapkan terjadi setelah harga melonjak lebih dari 6% minggu lalu.
Ia mencatat bahwa banyak bank dan dana kemungkinan telah menutup pembukuan mereka karena berkurangnya minat terhadap posisi selama musim liburan.
The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuannya tanggal 17-18 Desember, yang juga akan memberikan gambaran terbaru tentang seberapa jauh pejabat Fed berpikir mereka akan memangkas suku bunga pada tahun 2025 dan mungkin hingga tahun 2026.
Suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Harga minyak semakin tertekan oleh dolar AS, yang sempat mendekati level tertinggi tiga minggu terhadap mata uang utama lainnya, menjelang minggu pertemuan bank sentral.
Dolar AS dan komoditas seperti minyak mentah cenderung diperdagangkan secara terbalik.
Investor juga mencermati laporan persediaan minyak AS yang akan dirilis minggu ini sebagai panduan.
Â
Advertisement
Persediaan AS
Persediaan minyak mentah dan sulingan AS diperkirakan turun minggu lalu, sementara persediaan bensin kemungkinan naik, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan menjelang laporan dari American Petroleum Institute pada pukul 4:30 sore EST pada hari Selasa dan laporan dari Energy Information Administration pada pukul 10:30 pagi EST pada hari Rabu.
Empat analis yang disurvei oleh salah satu kantor berita internasional memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 1,9 juta barel dalam seminggu hingga 13 Desember.