Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari 1% pada hari Senin setelah laporan pasar bulanan OPEC meredakan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Dikutip dari CNBC, Selasa (14/11/2023), harga minyak Brent kontrak untuk bulan Januari naik USD 1,09, atau 1,34%, menjadi USD 82,52 per barel. Sementara West Texas Intermediate kontrak untuk bulan Desember naik USD 1,09, atau 1,41%, menjadi USD 78,26 per barel.
Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan fundamental pasar minyak tetap kuat dan menyalahkan spekulan atas penurunan harga. OPEC sedikit meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan tetap berpegang pada prediksi tahun 2024 yang relatif tinggi.
Baca Juga
“Laporan pasar minyak bulanan OPEC tampaknya menekan kekhawatiran permintaan, merujuk pada sentimen negatif yang berlebihan seputar permintaan Tiongkok sambil meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini dan membiarkannya tidak berubah untuk tahun depan,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah pernyataan. catatan.
Advertisement
Badan Informasi Energi AS mengatakan pekan lalu bahwa produksi minyak mentah AS tahun ini akan sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya dan permintaan akan turun.
Suku Bunga AS
Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa bank sentral dapat menaikkan suku bunga lagi, yang menambah kekhawatiran terhadap prospek permintaan minyak.
Data ekonomi yang lemah pekan lalu dari Tiongkok, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik penyulingan Tiongkok meminta lebih sedikit pasokan untuk bulan Desember dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia.
Namun, harga minyak dunia mungkin telah mencapai titik terendah setelah turun sekitar 4% pada minggu lalu dan mencatat penurunan berturut-turut pertama dalam tiga minggu sejak Mei, kata Fawad Razaqzada, analis di City Index.
Harga BBM Pertamina Turun Padahal Minyak Dunia Meroket, Ternyata Ini Penyebabnya
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait keputusan PT Pertamina (Persero) untuk berani menurunkan harga jual bahan bakar minyak atau BBM nonsubsidi seperti harga BBM Pertamina jenis Pertamax.
Meskipun, harga minyak dunia saat ini tengah melambung akibat ketegangan geopolitik dunia. Terbaru adanya konflik antara Israel dan Hamas di pihak Palestina.
Menteri Arifin menjelaskan, skema penetapan harga BBM nonsubsidi mengikuti pergerakan harga pasar minyak mentah dunia. Hal ini berbeda dengan penetapan harga BBM subsidi yang sepenuhnya berada di bawah pemerintah melalui Kementerian ESDM.
Dia menyebut, harga minyak di pasar internasional sendiri dalam beberapa waktu mengalami tren pelemahan berkisar USD 86 per barel. Namun, diakuinya harga minyak tersebut masih tergolong tinggi dibandingkan harga saat situasi normal.
"Ya jadi minyak kan sekarang 92, 90 kan pernah ya, sekarang balik lagi 86 jadi fluktuasi. Jadi ini (BBM non subsidi) juga turun," katanya kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (3/11).
Advertisement
Harga Minyak Mentah Dunia
Akan tetapi, harga minyak mentah dunia saat ini masih bersifat fluktuasi. Sehingga, Pertamina dapat melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi kapanpun.
"Fluktuasi harga minyak internasional ya," tekannya.
Menteri Arifin sendiri enggan merespon lebih lanjut pertanyaan awak media terkait kemungkinan penyesuaian harga BBM nonsubsidi. Diketahui, saat ini harga Pertalite tetap dibanderol Rp10.000 per liter dalam kurun waktu yang cukup lama.