Liputan6.com, Washington DC - Senator Florida Marco Rubio (53) - seorang kritikus keras yang berubah menjadi loyalis Donald Trump - dinominasikan untuk menjabat sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat (Menlu AS) pada masa kepresidenan kedua Trump.
Sang presiden terpilih mengumumkan penunjukan Rubio pada Rabu (13/11/2024).
Baca Juga
Menurut sejumlah laporan, Rubio memang berusaha keras mendapatkan jabatan itu melalui penampilan di televisi dan lingkaran Trump, dengan menonjolkan pengalamannya dalam kebijakan luar negeri. Demikian seperti dilansir BBC, Jumat (15/11).
Advertisement
Rubio menjabat sebagai wakil ketua Komite Intelijen Senat dan juga menjadi anggota Komite Hubungan Luar Negeri. Dia pernah mengatakan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina perlu "diakhiri".
Jika penunjukannya dikonfirmasi Senat, Rubio akan menjadi menlu dari kalangan Latin pertama dalam sejarah AS.
Rubio menyebut penunjukannya sebagai "tanggung jawab yang luar biasa" dan mengaku dia merasa terhormat telah dipilih.
"Sebagai menlu, saya akan bekerja setiap hari untuk melaksanakan agenda kebijakan luar negerinya (Trump)," kata Rubio di media sosial. "Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, kami akan mewujudkan perdamaian melalui kekuatan dan selalu mengutamakan kepentingan rakyat AS dan AS di atas segalanya."
Dia dipandang sebagai "elang" dalam kebijakan luar negeri, yaitu seseorang yang memiliki sikap tegas dan keras, baik terhadap Iran maupun China. Saat mengumumkan pilihannya, Trump mengatakan Rubio akan menjadi "suara yang kuat untuk kebebasan" dan "pendukung kuat" AS.
Rubio pernah menjadi kandidat capres AS dalam Pilpres AS 2016, di mana dia mencalonkan diri lewat Partai Republik, namun pada akhirnya pertarungan saat itu dimenangkan Trump. Saat itu, keduanya mengembangkan persaingan yang membuat Trump menghina Rubio berkali-kali, bahkan memanggilnya "Little Marco".
Rubio pertama kali terpilih menjadi anggota Senat pada tahun 2010. Sosoknya adalah putra dari imigran Kuba kelas pekerja.