Debat Cawapres 2024, Cak Imin Mau Slepet 100 Orang Terkaya Indonesia Gara-Gara Ini

Cawapres nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjelaskan maksud slepet yang diusungnya. Menurutnya, gimmick tersebut bermaksud untuk membawa perubahan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 22 Des 2023, 20:23 WIB
Diterbitkan 22 Des 2023, 20:00 WIB
Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di arena debat cawapres perdana di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (22/12/2023). Cawapres nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjelaskan maksud selepet yang diusungnya. Menurutnya, gimmick tersebut bermaksud untuk membawa perubahan. (Foto: Tangkapan layar dari Youtube KPU).

Liputan6.com, Jakarta Cawapres nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjelaskan maksud slepet yang diusungnya. Menurutnya, gimmick tersebut bermaksud untuk membawa perubahan.

Dalam hal ini, ia menyinggung 100 orang terkaya di Indonesia yang bakal dislepet. Tujuannya, guna menciptakan keadilan di seluruh lapisan masyarakat.

"Jangan salah, selepet itu disrupsi. Disrupsi itu adalah awal dari perubahan. Bayangkan, 100 orang Indonesia kekayaannya di atas 100 juta jumlah penduduk Indonesia. Artinya, ini keadaan yang tidak adil. Ini harus kita selepet," ujarnya di Debat Cawapres, Jumat (22/12/2023).

Menurut dia, 100 orang kaya tersebut bakal diselepet untuk bisa menurunkan pengenaan pajak bagi rakyat kelas menengah. Sekaligus menurunkan harga pangan yang kerap melambung di pasaran.

"Kita juga harus punya keyakinan bahwa 100 orang yang kaya ini kita pajakin, bersamaan dengan kita turunkan pajak kelas menengah di Indonesia," kata Cak Imin.

"Hari ini cabai mahal, beras mahal, telur mahal, barang-barang mahal, tengkulak jahat, mafia menguasai dan merajalela di mana-mana. Padahal rakyat sudah kerja, kerja, kerja. Ini harus kita selepet," tegasnya.

Selain itu, Cak Imin juga ingin memberikan kepastian pendapatan bagi pekerja di sektor informal.

"Angka pengangguran sudah 8 juta, 80 juta memang sudah bekerja tapi di sektor informal. Mereka tidak mendapatkan penghasilan pasti, dan bahkan dompetnya dipastikan tipis. Ini yang harus kita selepet," tuturnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya