Raksasa Minyak Arab Saudi Aramco Tunda Kenaikan Produksi 13 Juta Barel

Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mengumumkan bahwa pihaknya menunda rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Jan 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia
Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mengumumkan bahwa pihaknya menunda rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah (dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mengumumkan bahwa pihaknya menunda rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah dari 12 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari.

Penundaan itu diputuskan di tengah pertanyaan pasar yang meluas mengenai masa depan permintaan minyak dunia.

Dalam sebuah pernyataan, eksportir minyak mentah terbesar di dunia itu mengatakan pihaknya telah diperintahkan oleh Kementerian Energi Arab Saudi untuk mempertahankan Kapasitas Berkelanjutan Maksimum (MSC) pada tingkat saat ini, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (30/1/2024).

Namun Aramco, yang melakukan IPO pada tahun 2019, tidak mengungkapkan alasan di balik keputusan penundaan.

Tunggu Maret 2024

Perusahaan mengatakan akan memperbarui panduan belanja modalnya ketika hasil setahun penuh tahun 2023 diumumkan pada bulan Maret mendatang.

Dilaporkan,harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bukan Maret naik 0,24% dari harga penutupan sebelumnya di $82,60 per barel.

 

Permintaan Minyak Global

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Permintaan minyak global diproyeksikan meningkat sebesar 2,3 juta barel per hari pada tahun 2023 menjadi 101,7 juta barel per hari, menurut laporan tahunan Badan Energi Internasional (IEA) yang diterbitkan pada bulan Desember 2023.

Namun, IEA mencatat bahwa hal ini menutupi dampak melemahnya iklim makroekonomi lebih lanjut.

“Pertumbuhan permintaan global pada kuartal keempat tahun 2023 telah direvisi turun hampir 400 kb/hari, dengan Eropa menyumbang lebih dari setengah penurunan tersebut,” kata IEA.

“Perlambatan ini akan terus berlanjut pada tahun 2024, dengan kenaikan global berkurang separuhnya menjadi 1,1 juta b/h, karena pertumbuhan PDB masih berada di bawah tren di negara-negara besar,” ungkapnya.

Harga Minyak Dunia Anjlok

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

Harga minyak turun pada perdagangan hari Senin bahkan ketika Amerika Serikat (AS) bersiap untuk menanggapi serangan mematikan terhadap pasukannya di Timur Tengah. Saat ini, pelaku pasar lebih fokus pada perkembangan ekonomi China dibanding konflik geopolitik.

Mengutip CNBC, Selasa (30/1/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia turun USD 1,15 atau 1,38% menjadi USD 82,40 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS juga melemah USD 1,23 atau 1,58% menjadi USD 76,78 per barel.

Penurunan harga minyak dunia di awal pekan ini ini terjadi setelah mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada pekan lalu.

Pengadilan Hong Kong pada Senin kemarin memerintahkan likuidasi China Evergrande, pengembang properti yang paling banyak utang di dunia. Sektor real estat China menghadapi krisis utang yang membebani perekonomian negara tersebut, sehingga meningkatkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa permintaan minyak mentah China akan melemah sebagai dampaknya.

Harga minyak dunia sempat naik lebih dari 1% di awal sesi perdagangan setelah rudal yang diluncurkan oleh militan yang didukung Iran membunuh pasukan AS di Yordania pada akhir pekan. Namun kecemasan di pasar minyak terhadap perekonomian China dan produksi minyak mentah di Amerika Utara telah berulang kali menutupi ketegangan geopolitik.

“Orang-orang mencoba mempertimbangkan berita ekonomi dari China – apa dampak potensial terhadap permintaan,” jelas Helima Croft dari RBC Capital Markets dalam “Worldwide Exchange” CNBC pada hari Senin.

“Ada sejumlah analis yang percaya bahwa konflik ini tidak akan meluas ke Iran,” komentar Croft tentang konflik di Timur Tengah.

“Tetapi sekali lagi, kita semakin dekat dengan perang yang lebih luas,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya