Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik pada perdagangan hari Jumat. Harga minyak mentah mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Kenaikan harian dan mingguan ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi baru kepada Iran. Selain itu, harga minyak juga naik karena adanya rencana OPEC+ untuk memangkas produksi bagi tujuh anggota.
Mengutip CNBC, Sabtu (22/3/2025), harga minyak mentah Brent naik 16 sen atau 0,22% dan ditutup pada USD 72,16 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen atau 0,31% dan ditutup pada USD 68,28 per barel.
Baca Juga
Secara mingguan, harga minyak mentah Brent naik 2,24% dan harga minyak WTI naik 1,64%.
Advertisement
Departemen Keuangan AS pada hari Kamis mengumumkan sanksi baru kepada Iran, yang untuk pertama kalinya menargetkan kilang minyak independen China di antara entitas dan kapal lain yang terlibat dalam memasok minyak mentah Iran ke China.
Itu menandai putaran keempat sanksi Washington terhadap Iran sejak Donald Trump menduduki posisi Presiden AS. Pada bulan Februari kemarin, Trump berjanji untuk memberlakukan kembali kampanye tekanan maksimum terhadap pemerintahan Teheran dan berjanji untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke level nol.
Analis di ANZ Bank memperkirakan pengurangan 1 juta barel per hari (bpd) dalam ekspor minyak mentah Iran karena sanksi yang lebih ketat ini.
Layanan pelacakan kapal Kpler mematok ekspor minyak mentah Iran lebih dari 1,8 juta bpd pada bulan Februari, memperingatkan bahwa penyembunyian aktivitas kapal Iran karena sanksi dapat menyebabkan revisi pada angka-angka tersebut.
Rencana OPEC+
Harga minyak juga didukung oleh rencana baru dari OPEC+ yang merupakan persekutuan negara-negara eksportir minyak ditambah Rusia dan sekutunya. OPEC+ pada kamis kemarin meminta kepada tujuh anggota untuk memangkas produksi lebih lanjut guna menebus produksi yang melebihi tingkat yang disepakati.
Rencana tersebut akan mewakili pemotongan bulanan antara 189.000 barel per hari dan 435.000 barel per hari, dan akan berlangsung hingga Juni 2026.
Rencana tersebut akan menahan semua peningkatan pasokan yang sebelumnya diumumkan OPEC+ akan berlaku mulai bulan depan, kata kepala energi Timur Tengah Kpler Amena Bakr dalam sebuah posting di layanan media sosial X.
OPEC+ awal bulan ini mengonfirmasi bahwa delapan anggotanya akan melanjutkan peningkatan bulanan sebesar 138.000 barel per hari mulai April, membalikkan sebagian dari 5,85 juta barel per hari pemotongan produksi yang disepakati dalam serangkaian langkah sejak 2022 untuk mendukung pasar.
Advertisement
Geopolitik Israel
Sejak awal pekan ini harga minyak mengalami penguatan karena adanya kebijakan tarif AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi, yang turut menekan harga minyak global karena prospek permintaan minyak yang melemah.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut menjadi sorotan. Militer Israel kembali melancarkan operasi darat di Gaza tengah dan selatan setelah gencatan senjata yang berlaku sejak Januari dilanggar.
Presiden Trump juga menegaskan akan terus melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman serta memperingatkan Iran terkait serangan kelompok tersebut yang telah mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah.
Menurut analis Goldman Sachs, meski ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat, fokus pasar minyak global tetap berada pada potensi penurunan harga akibat perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kebijakan moneter.
