Direktur Bisnis Mikro BRI Beberkan Langkah Tingkatkan Daya Saing dan Adaptasi Pasar

Pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif guna meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha.

oleh Fachri pada 21 Feb 2024, 18:10 WIB
Diperbarui 21 Feb 2024, 18:09 WIB
Supari.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Di era yang didorong oleh teknologi digital yang terus berkembang dengan cepat, paradigma ekonomi global mengalami pergeseran mendasar. Digitalisasi telah menjadi pendorong utama dalam mengubah lanskap ekonomi, merintis jalan bagi inovasi baru, dan mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, serta bertransaksi.

Dalam konteks tersebut, peran daya saing dan adaptasi pasar menjadi semakin krusial bagi pelaku ekonomi, baik perusahaan besar maupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Peran itu ditujukan untuk mempertahankan relevansi dan kemampuan bersaing di pasar yang berubah dengan cepat.

Untuk itu, pemanfaatan teknologi menjadi penting untuk dilakukan. Pasalnya, pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif guna meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha, efisiensi operasional, hingga membuka akses pasar lebih luas.

Namun, digitalisasi UMKM dihadapkan dengan berbagai tantangan, seperti kurangnya pemahaman yang memadai tentang teknologi digital, ketidakpastian keamanan digital, resistensi terhadap perubahan transaksi oleh beberapa pelaku UMKM, dan kesulitan memahami atau mengikuti regulasi terkait teknologi digital.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan BRI Research Institute (BRIRIns) bersama UK Embassy tahun 2023, indeks digitalisasi UMKM masih di angka 48,7%. Sementara itu, tingkat penetrasi internet masyarakat Indonesia relatif sangat tinggi, yakni mencapai 75%.

"Fenomena itu mengindikasikan tingginya tingkat kepemilikan alat dan penggunaan internet, namun belum seiring dengan pemanfaatan layanan digital untuk operasional bisnis UMKM," ujar Supari.

"Dalam rangka mencari permasalahan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengembangkan strategi digital yang sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM," jelasnya.

Ekonomi Digital di Indonesia

Data Ekonomi.
Data bonus demografi dan pertumbuhan UMKM. (Foto: Istimewa)

Laporan e-Conomy SEA tahun 2023 mengungkapkan, nilai industri digital Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam 4 tahun terakhir, dari 41 miliar USD di tahun 2019 menjadi 82 miliar USD di tahun 2023, dan diperkirakan terus meningkat menjadi 109 miliar USD pada tahun 2025.

Beberapa sektor ekonomi yang berkontribusi dalam industri digital meliputi transportasi, makanan, media online, dan yang terbesar adalah e-commerce.

Tingginya pertumbuhan penggunaan digital dalam aktivitas ekonomi masyarakat juga ditunjukkan oleh kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tahun 2023 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).

Dalam 3 tahun terakhir, penggunaan uang elektronik dan digital banking meningkat secara signifikan. Tentunya, tren tersebut juga diikuti oleh perilaku pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya.

Kementerian Koperasi dan UKM RI mengungkapkan, hingga tahun 2022, sebanyak 20,9 juta UMKM telah terdigitalisasi. Capaian tersebut akan terus ditingkatkan sehingga target pemerintah untuk mendigitalisasi 30 juta UMKM di akhir tahun 2024 akan tercapai.

Melihat komposisi jumlah penduduk Indonesia saat ini, secara proporsional, beberapa tahun mendatang akan didominasi oleh usia produktif, yakni usia 15-65 tahun.

Melalui penetrasi internet yang semakin masif dan literasi terhadap digital yang semakin meningkat, dalam waktu 10 tahun mendatang, akan muncul pelaku-pelaku UMKM baru yang berbasis online dengan dukungan platform berskala lokal.

"Perubahan demografi dan tingkat literasi digital yang semakin tinggi mendorong upaya transformasi pemberdayaan yang merujuk pada inovasi untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi pelaku UMKM," ungkap Supari.

"Pemberdayaan seringkali melibatkan transfer pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kapasitas pelaku UMKM dalam membuat keputusan hingga mengelola sumber daya yang dimilikinya," jelasnya.

Pemberdayaan Terintegrasi

Pelaku UMKM Binaan BRI
Pelaku UMKM Binaan BRI.

Pendekatan holistik program pemberdayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM berperan penting dalam mengurai kompleksnya permasalahan pengembangan usaha mikro. Hingga akhir tahun 2023, BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.

"Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro yang merupakan financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi tulang punggung pelaksanaan program-program pemberdayaan yang digagas BRI, seperti Desa BRILiaN, Klasterkuhidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), dan Linkumkm, platform pemberdayaan online," jelas Supari.

Ia membeberkan, program Desa BRILiaN, merupakan pemberdayaan yang berbasis ekosistem desa dengan 4 pilar utama sebagai kunci sukses indikator pemberdayaan, yakni sustainability, digitalisasi, inovasi, dan optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

"Program yang dimulai tahun 2020 tersebut, sudah mencetak lebih dari 3.100 desa yang mampu menjadi desa sejahtera yang ditandai dengan peningkatan ekonomi masyarakat melalui inklusi dan literasi keuangan masyarakatnya," beber Supari.

Ia pun menyebut, ada pula program Klasterkuhidupku merupakan pemberdayaan yang fokus kepada kelompok usaha.

"Melalui program ini, lebih dari 23.200 kelompok usaha mikro telah menjadi binaan BRI dan lebih dari 1.800 bentuk pelatihan dan bantuan sarana prasarana produktif telah disalurkan kepada kelompok usaha tersebut," sebut Supari.

"Ada Figur Inspiratif Lokal (FIL) yang merupakan program penguatan pihak-pihak yang memiliki keahlian tertentu melalui pelatihan dan sertifikasi, sehingga mampu menjadi pendamping pelaku UMKM," jelasnya.

Supari mengatakan bahwa melalui program ini, BRI berupaya memberikan one stop solution kepada pelaku usaha mikro, tidak hanya dibidang keuangan, tetapi juga non-keuangan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.

"Saat ini, lebih dari 890 FIL yang sudah mendapatkan sertifikasi pendamping UMKM," katanya.

Siapkan Berbagai Modul Pelatihan

Terakhir, Supari mengatakan, terdapat Linkumkm yang merupakan platform pemberdayaan online penyedia berbagai modul pelatihan hingga self assessment scoring.

"Pengembangan platform ini bertujuan untuk meningkatkan kelas UMKM melalui rangkaian program pemberdayaan terpadu," katanya.

Supari juga mengatakan, tingginya penetrasi internet menjadi modal dasar masyarakat untuk lebih mudah mengakses secara online.

"Dalam kurun waktu 3 tahun, pelaku UMKM yang memanfaatkan pemberdayaan melalui platform tersebut mencapai lebih dari 6,1 juta pengguna," katanya.

"Keberagaman program pemberdayaan yang BRI gagas menjadi bukti nyata komitmen BRI untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultra mikro," jelas Supari.

Dirinya pun mengungkapkan, BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM.

“Hal ini bertujuan untuk memastikan UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar," ungkap Supari.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya