OJK Tepis Anggapan Bursa Karbon Sepi Transaksi

Faktanya akumulasi transaksi senilai Rp 36,67 miliar tersebut baru sebesar 1 persen dari target potensi nilai kredit karbon di Indonesia yang mencapai Rp 3.000 triliun.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jul 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 18:00 WIB
Logo OJK. Liputan6.com/Nurmayanti
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon Melalui Bursa Karbon, Bursa Karbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien. Logo OJK. Liputan6.com/Nurmayanti

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pihak menganggap bahwa transaksi bursa karbon di Indonesia sangat sepi. Anggapan ini langsung ditepis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan menjabarkan data yang ada.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan, tak benar jika bursa karbon disebut sepi peminat dan transaksi.

Bursa Karbon tercatat ada sebanyak 62 pengguna jasa yang mendapatkan izin perdagangan karbon dengan volume 608.000 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai transaksi senilai Rp 36,67 miliar.

 

"Siapa bilang sepi? Enggak," ujar Inarno Djajadi saat sesi doorstop setelah acara Road to SAFE 2024: Strengthening ESG Implementation in Indonesia’s Business Sector dikutip dari Antara, Senin (22/7/2024).

 

Namun demikian, faktanya akumulasi transaksi senilai Rp 36,67 miliar tersebut baru sebesar 1 persen dari target potensi nilai kredit karbon di Indonesia yang mencapai Rp 3.000 triliun, seperti yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.

Target Net Zero Emission 

Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman optimistis Bursa Karbon akan terus berkembang dan membantu Indonesia, baik dari ekonomi ataupun mencapai target Net Zero Emission (NZE).

"Pengguna jasa bursa karbon saat ini juga telah bergerak dari 16 pada hari ini pertama. perdagangan menjadi hampir 70 pengguna jasa saat ini," ujar Iman.

Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon Melalui Bursa Karbon, Bursa Karbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien.

Selain itu, Bursa Karbon juga memberikan mekanisme transaksi yang mudah dan sederhana, yang saat ini, terdapat empat mekanisme perdagangan IDXCarbon, di antaranya Auction, Regular Trading, Negotiated Trading, dan Marketplace.

Bursa Karbon terhubung dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sehingga mempermudah administrasi perpindahan unit karbon dan menghindari double counting.

Saat ini, supllier karbon di RI sendiri juga masih terbatas berasal dari PT PLN Nusantara Power dan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) yang berasal dari sektor energi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BEI Incar 96 Pengguna Jasa Karbon hingga Akhir 2024

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis jasa pengguna bursa karbon akan bertambah, seiring inisiatif nol emisi atau net zero emission. Hingga akhir tahun, Bursa menargetkan total pengguna jasa bursa karbon mencapai 96 entitas.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik mengungkapkan, terdapat 46 pengguna jasa bursa karbon pada akhir 2023. Angka itu telah naik dari 15 pengguna pada saat diluncurkan pada September 2023 lalu.

"Target tahun ini kita akan menambah 50 dari akhir tahun lalu 46. Jadi kita harapkan akhir tahun 2024 ini kita paling tidak punya 96 pengguna jasa," kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung Bursa, Senin (19/2/2024).

Sehubungan dengan target penambahan itu, Bursa akan terus melakukan kegiatan diskusi dan sosialisasi kepada ekosistem Bursa. Adapun ekosistem yang menurut Bursa paling dekat adalah para emiten atau perusahaan tercatat. 

"Itu yang akan kami ajak diskusi untuk berpartisipasi memanfaatkan keberadaan bursa karbon ini untuk mendukung strategi mereka ke arah net zero. Kami harapkan setiap perusahaan tercatat atau emiten juga mulai menyusun roadmap net zero," kata Jeffrey.

 


Fokus Investor Asing

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menambahkan, investor khususnya investor asing saat ini tidak hanya memperhatikan faktor performa finansial dalam keputusan investasi mereka. Tetapi faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (Environmental, Social, and Governance/ESG), itu juga menjadi perhatian yang sangat penting dari para investor.

"Oleh karena itu mulai saat ini kami menyampaikan kepada para perusahaan tercatat atau emiten bahwa investor sudah memperhatikan faktor-faktor itu. Saya yakin banyak emiten kita juga sudah punya roadmap ke arah situ dan bisa memanfaatkan keberadaan bursa karbon untuk mencapainya," tutup Jeffrey. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya