DJP Diminta Optimalisasi Penerimaan Pajak, Begini Caranya

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan penerimaan pajak sebagai bagian dari upaya mendorong perekonomian nasional dan pemerataan kesejahteraan

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Sep 2024, 19:40 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 19:40 WIB
Ilustrasi Pajak
Ilustrasi Pajak (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan penerimaan pajak sebagai bagian dari upaya mendorong perekonomian nasional dan pemerataan kesejahteraan. Salah satu solusi yang dapat meningkatkan efektivitas sistem perpajakan adalah penerapan monitoring self-assessment. Sistem ini diyakini mampu mengoptimalkan penerimaan pajak melalui transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik.

Mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (2001-2006) Hadi Purnomo menjelaskan, monitoring self-assessment merupakan kunci penting dalam mengatasi berbagai tantangan perpajakan.

Sistem ini memastikan bahwa seluruh transaksi keuangan dan non-keuangan Wajib Pajak dilaporkan dengan benar, lengkap, dan jelas.

“Dengan monitoring self-assessment, penerimaan perpajakan dapat ditingkatkan secara signifikan, karena transparansi yang lebih tinggi akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem perpajakan,” kata Hadi, ditulis, Kamis (19/9/2024).

Fungsi Monitoring Self-Assessment untuk Optimalisasi Pajak

Monitoring self-assessment berperan sebagai pengumpul data perpajakan yang komprehensif, membentuk Big Data Perpajakan yang mencakup semua aspek pendapatan, baik legal maupun ilegal. Sistem ini memetakan penerimaan pajak di berbagai sektor, termasuk konsumsi, investasi, dan tabungan.

"Setiap SPT Wajib Pajak dapat terpantau secara menyeluruh melalui sistem ini, sehingga optimalisasi penerimaan pajak menjadi lebih efektif dan efisien," jelas Hadi.

Dengan memanfaatkan data secara terintegrasi, penghindaran pajak dapat diminimalisasi secara signifikan melalui digitalisasi transparansi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Digitalisasi dan Transparansi dalam Sistem Perpajakan

Instrumen Pajak Jadi Pendorong Perekonomian
Ilustrasi wajib pajak di kantor pajak. (Istimewa)

Dengan integrasi data berbasis link and match, monitoring self-assessment memudahkan akses dan pengawasan terhadap informasi Wajib Pajak. Ini juga memungkinkan pengawasan yang lebih ketat terhadap penghindaran pajak dan upaya pencegahan korupsi.

"Seluruh pihak, baik pemerintah pusat, daerah, lembaga, dan swasta, wajib membuka akses data terkait perpajakan, baik yang bersifat rahasia maupun non-rahasia," tambah Hadi.

Langkah ini mendorong transparansi dalam sistem perpajakan, memberikan akses ke data finansial dan non-finansial yang sebelumnya sulit diakses, serta mendukung upaya pencegahan korupsi di berbagai sektor.

Landasan Hukum dan Pentingnya Revisi Peraturan

Monitoring self-assessment didukung oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 serta Perpu Nomor 1 Tahun 2017 yang mengatur akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan. Menurut Pasal 35A, setiap instansi wajib memberikan data yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

"Ini memastikan tidak ada lagi informasi yang disembunyikan dari pemerintah, sehingga penerimaan pajak dapat dioptimalkan," jelas Hadi.

Namun, beberapa peraturan pelaksanaan masih inkonsisten dan melemahkan efektivitas sistem ini. Hadi menegaskan bahwa revisi terhadap peraturan yang tidak sesuai dengan undang-undang perlu dilakukan agar sistem pengawasan perpajakan dapat berjalan lebih baik.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya