Liputan6.com, Jakarta - Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dimulai sekitar 2018-2019, semakin memanas pada April 2025.
Pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS) dibanjiri video dari influencer China yang mendorong pembeli AS untuk mengakhiri tarif Presiden AS Donald Trump. Hal ini dilakukan dengan membeli langsung dari “pabrik dunia” yakni China.
Baca Juga
Mengutip Yahoo Finance, Rabu (16/4/2025), sebagian besar video itu dilakukan di pabrik-pabrik di China yang mengaku memasok merek-merek ternama AS dari Lululemon Athletica Inc hingga Nike Inc. Influencer itu mengungkap bagaimana sebagian besar barang konsumen dibuat di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Advertisement
Banyak dari mereka menyediakan URL situs web dan detil kontak bagi penonton untuk memesan langsung dari pemasok ini.
"Mengapa Anda tidak menghubungi kami dan membeli dari kami? Anda tidak akan percaya harga yang diberikan kepada Anda,” ujar seorang kreator yang menjual tas tangan mewah.
Dalam video lainnya, kreator TikTok berdiri di luar sebuah pabrik yang dikabarkan membuat legging yoga Lululemon seharga USD 5-USD 6 meski harga eceran di AS lebih dari USD 100. “Bahan dan pengerjaannya pada dasarnya sama,” ujar dia.
Juru bicara Lululemon mengatakan, perusahaan produksi sekitar 3% barang jadinya di China dan produk asli hanya tersedia untuk dibeli di toko Lululemon, situs web resmi dan mitra resmi.
Beberapa video terpopuler, banyak yang diunggah pada Maret tetapi baru populer dalam beberapa hari terakhir. Video yang mengungkap pemasok China untuk Lululemon memperoleh 2,6 juta penayangan dan lebih dari 215.000 like.
"Kampanye ini tampaknya merupakan upaya terencana untuk melemahkan kebijakan tarif Presiden Trump terhadap China dengan memanfaatkan TikTok untuk promosikan manufaktur China sebagai produk yang lebih murah, lebih diminati dan mudah diakses, bahkan tanpa hiraukan pembatasan perdagangan,” ujar Senior Advisor Network Contagion Research Institute di Rutgers University, Alex Goldenberg.
Upaya Melemahkan Kebijakan Tarif AS
Meski tidak jelas bagaimana pemesanan langsung dari pemasok China akan memungkinkan konsumen menghindari tarif pengabaian bea masuk untuk paket kecil yang dikirim ke rumah warga AS juga dibatalkan mulai 2 Mei. Namun, video itu seperti ditujukan untuk melemahkan narasi Gedung Putih untuk langkah-langkah ekonomi tersebut adalah demi kepentingan bangsa AS.
Pemungutan bea masuk atas ekspor China saat ini sebesar 145%. Sementara itu, Donald Trump telah hentikan bea masuk tambahan atas negara-negara lain selama 90 hari.
Banjir unggahan juga mencerminkan meningkatnya efektivitas kreator China dalam menjangkau kehidupan sehari-hari warga AS. Algoritma TikTok dan kemampuannya untuk memengaruhi informasi yang dilihat oleh jutaan pengguna AS, merupakan salah satu kekuatan pendorong utama di balik upaya pemerintah AS untuk memaksa pemiliknya di China, ByteDance Ltd untuk melepaskan kendali atas operasi internasionalnya. TikTok belum menanggapi permintaan komentar.
Aplikasi media sosial China lainnya yakni Xiaohongshu dan Red Note juga telah mendapatkan popularitas di kalangan pengguna muda AS di tengah ketidakpastian seputar akses ke TikTok.
"Unggahan-unggahan ini jauh lebih konfrontatif dan mengejek AS daripada menunjukkannya sebagai ancaman. Mereka mengikuti gelombang gambar yang dihasilkan AI yang menggambarkan orang AS bekerja di jalur perakitan,” ujar Dosen Hubungan Internasional University of East London, Tom Harper.
Selain itu, sejumlah video juga secara langsung kritik kebijakan perdagangan AS dan menyerukan warga AS untuk mengambil tindakan.
Advertisement
Perubahan Praktik Pembelian di China
Banyak merek mewah kelas atas Eropa juga ditampilkan tetapi pembuat video itu tidak menjelaskan mengapa menampilkan merek Eropa dalam penolakan mereka terhadap AS.
Pertanyaan utama lain yang muncul dari video itu adalah apakah pabrik-pabrik tersebut memiliki perjanjian kerahasiaan dengan klien internasional mereka dan bagaimana video tersebut berpotensi memengaruhi hubungan bisnis jangka panjang antara merek dan produsen mereka.
Mitra Senior Perusahaan Konsultan Tidalwave Solutions, Cameron Johnson yang baru-baru ini mengunjungi pusat perdagangan China di Yiwu melihatnya sebagai bagian dari perubahan mendasar dalam praktik pembelian di China.
"Dulu Anda mungkin menggunakan perantara atau perusahaan dagang untuk mendapatkan produk Anda untuk kesepakatan dengan kontrol kualitas dan mengunjungi pabrik, membangun hubungan itu, dan kemudian mungkin Anda akan datang sesekali. Tetapi sekarang yang kita lihat hanya demokratisasi total dalam mendapatkan produk,” ujar dia.
