Rayu Pelanggan, Bisnis Restoran di Malaysia Jajakan Menu Seks

Restoran dengan menu seks ini disediakan ini banyak dimanfaatkan para pekerja pabrik yang sudah menjadi pelanggan tetap.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 19 Agu 2013, 21:50 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2013, 21:50 WIB
seks-makanan130819b.jpg
Beberapa restoran yang beroperasi di sejumlah area industri Malaysia ternyata menyediakan lebih dari sekadar hidangan siap santap. Di tengah berbagai sajian lezat, pemilik rumah makan di Negara Jiran ini juga menyediakan menu lain yang bisa membangkitkan lebih dari sekadar nafsu makan para pengunjungnya.

Dilansir dari Bernama, Senin (19/8/2013), sejumllah restoran Malaysia yang berlokasi di dekat area industri juga menyediakan menu seks bagi pelanggannya. Para pelayan restoran di sekitar lokasi industri tersebut ternyata berprofesi ganda yaitu sebagai penjaja seks komersial (PSK). Tujuannya agar para operator restoran dapat meraup untung besar dengan menawarkan dua menu sekaligus yaitu makanan dan seks.

Dengan adanya menu khas tersebut, pihak restoran dapat memastikan para pelanggannya tak lari ke tempat lain. Kegiatan ini juga diklaim menyediakan "win-win solution" bagi pihak restoran, pelayan dan para pegawai pabrik yang tak perlu pergi jauh untuk mendapatkan layanan seks.

Aktivitas ilegal tersebut pun terbongkar oleh aparat kepolisian Malaysia. Polisi federal baru-baru ini berhasil mengungkap menu 'nakal' tersebut dalam sejumlah penggerebekan di beberapa restoran di negara-negara bagian seperti Perak, Malaysia.

Direktur Asisten Senior Anti-Vice, Gambling and Secret Societies Division (D7) Malaysia  Datuk Abdul Jalil Hasan mengaku, beberapa pabrik khususnya yang berlokasi di pedalaman menawarkan menu seks untuk membuat para pegawai pabrik menjadi pelanggan tetap.

"Setelah mengambil pesanan, para pelayan yang diminati pelanggan akan menghiburnya dengan biaya tambahan. Para pelayan bekerja dengan sistem pergantian 'shift'  sesuai dengan jam pulang kerja para pelanggan," jelasnya.

Dia mengatakan, untuk setiap sesinya, para pegawai pabrik tersebut dikenakan biaya sebesar RM 100 (Rp 322.295) dan RM 150 (Rp 483.443). Di antara para pelanggan tersebut, sebagian merupakan pegawai imigran dari Indonesia dan Bangladesh.

Berdasarkan statistik, pihak kepolisian telalu melakukan 24.995 kali penggerebekan dari Januari hingga Juni tahun ini. Sementara tahun lalu, tindakan serupa hanya mencapai angka 19.632 untuk periode yang sama.

Selama masa penggerebekan tersebut, sekitar 2.032 wanita berkewarnegaraan China diamankan pihak bewernang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi, disusul dengan Vietnam sebanyak 1.849 orang, Thailand sebanyak 1.390, dan wanita Indonesia sebanyak 580 orang. Sementara jumlah yang paling sedikit berasal dari Filipina sebanyak 245 orang.

"Kami juga bekerja sama dengan departemen imigrasi untuk memastikan mereka yang pernah terlibat dalam kegiatan tersebut dicegah untuk masuk kembali ke Malaysia," jelas Abdul Jalil. (Sis/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya