Tiga Pengganjal Penjualan Properti di Indonesia

Indonesia bisa dibilang menjadi surga investasi di sektor properti.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Sep 2013, 11:50 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2013, 11:50 WIB
properti-cina130523b.jpg
Indonesia bisa dibilang menjadi surga investasi di sektor properti. Pasalnya Bank Indonesia (BI) pernah mengklaim kenaikan harga properti di tanah air merupakan yang tertinggi di dunia.

Menurut Direktur PT Cushman & Wakefield Indonesia (perusahaan riset properti), Nonny Subeno mengungkapkan ada tiga hal yang mempenga6ruhi penjualan properti saat ini.

"Beberapa faktor itu, pertama, lonjakan haga properti yang sangat tinggi dalam waktu satu tahun belakangan ini. Kedua, fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat, dan ketiga adalah faktor kenaikan suku bunga bank," paparnya kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (18/9/2013).

Seperti diketahui, BI telah menaikkan kembali suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25%. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan meredam laju inflasi tahunan yang diperkirakan mencapai kisaran 9%-9,8%.

Akibat kebijakan ini, dikhawatirkan akan mengerek bunga kredit properti termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

"Dengan ketiga hal ini, pembeli dipaksa untuk semakin jeli dan pandai dalam menginvestasikan uangnya. Sehingga hanya pengembang-pengembang yang membuktikan kredibilitasnya yang akan survive," tegas Nonny.  

Dalam hal ini, kata dia, pengembang tersebut harus tepat dalam pengiriman properti, mempertahankan kualitas dan menetapkan harga jual yang wajar sesuai dengan lokasi rumah (properti).

"Tapi di Indonesia, properti tetap akan diminati karena sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat terhadap rumah tinggal yang layak," tandas Nonny.(Fik/Nur)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya