Peringatan untuk para konglomerat yang selama ini menjadi penikmat untung dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Seiring kemungkinan penarikan program stimulus, harta kekayaan para miliarder yang selama ini menanamkan dananya dalam beragam bentuk produk investasi bisa hilang hingga separuhnya.
Seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/10/2013), ekonom Marc Faber mengatakan para konglomerat selama ini tak menunjukkan kekhawatiran dampak penarikan dana stimulus The Fed. Padahal, penulis laporan bertajuk `The Gloom, Boom, & Doom` ini mengatakan, harta kekayaan orang kaya bisa hilang hingga separuhnya dan kalangan miliarder pun harus bersiap menerima kemerosotan berbagai nilai aset.
Kucuran dana dari bank-bank sentral khususnya lewat program Quantitative Easing diakui telah menciptakan gelembung aset global. Sektor properti dan sejumlah aset berharga yang disukai para konglomerat merupakan bagian yang paling terpukul saat The Fed memutuskan untuk menarik dananya.
"Kita berada dalam gelembung aset raksasa yang tersebar di seluruh dunia dengan harga real estate yang melambung tinggi. Harganya bisa mencapai rekor tertinggi. Di Hamptons, di Mayfair, London, Hong Kong, Singapura, terjadi inflasi besar-besaran. Jadi saya pikir, satu hari nanti, inflasi aset ini akan saling menghancurkan," paparnya.
Sementara itu, para manajer keuangan mengungkapkan kebijakan The Fed selama ini telah membuat konglomerat menjadi semakin kaya meskipun dilanda harga properti yang kian meningkat. Pasar-pasar saham yang meningkat telah menyulut tumbuhnya sejumlah miliarder baru di AS. Menurut Credit Suisse, sekitar 1,7 juta miliarder baru lahir dalam setahun.
Sejauh ini, kalangan orang kaya justru sama sekali tak mencemaskan dampak dari perubahan kebijakan The Fed itu.
"Jika Anda pikir kekayaan Anda sekarang tak akan pernah habis, itu adalah dana dari quantitative easing. The Fed ingin pasar saham terus berlanjut. Begitulah cara The Fed, menggiring banyak orang terhindar dari gelombang risiko, dan sejauh ini cara itu selalu berhasil," jelasnya.
Memang benar, kebijakan The Fed tidak menjadi alasan yang membuat para konglomerat menjadi lebih kaya. Hal ini mengingat orang-orang tersebut sudah menjadi jauh lebih kaya jauh sebelum adanya dana stimulus dari The Fed.
Para orang kaya juga berpikir, dirinya tetap aman meski dihantam keputusan The Fed mengingat pihaknya memiliki investasi dan dana tunai dalam jumlah besar. Sayangnya, para konglomerat lupa, saat The Fed menarik uangnya harga tanah, real estate, karya seni, berlian dan komoditas akan jatuh parah. Faber tetap yakin, para investor kaya harus mulai mencemaskan dampak keputusan The Fed. (Sis/Shd)
Seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/10/2013), ekonom Marc Faber mengatakan para konglomerat selama ini tak menunjukkan kekhawatiran dampak penarikan dana stimulus The Fed. Padahal, penulis laporan bertajuk `The Gloom, Boom, & Doom` ini mengatakan, harta kekayaan orang kaya bisa hilang hingga separuhnya dan kalangan miliarder pun harus bersiap menerima kemerosotan berbagai nilai aset.
Kucuran dana dari bank-bank sentral khususnya lewat program Quantitative Easing diakui telah menciptakan gelembung aset global. Sektor properti dan sejumlah aset berharga yang disukai para konglomerat merupakan bagian yang paling terpukul saat The Fed memutuskan untuk menarik dananya.
"Kita berada dalam gelembung aset raksasa yang tersebar di seluruh dunia dengan harga real estate yang melambung tinggi. Harganya bisa mencapai rekor tertinggi. Di Hamptons, di Mayfair, London, Hong Kong, Singapura, terjadi inflasi besar-besaran. Jadi saya pikir, satu hari nanti, inflasi aset ini akan saling menghancurkan," paparnya.
Sementara itu, para manajer keuangan mengungkapkan kebijakan The Fed selama ini telah membuat konglomerat menjadi semakin kaya meskipun dilanda harga properti yang kian meningkat. Pasar-pasar saham yang meningkat telah menyulut tumbuhnya sejumlah miliarder baru di AS. Menurut Credit Suisse, sekitar 1,7 juta miliarder baru lahir dalam setahun.
Sejauh ini, kalangan orang kaya justru sama sekali tak mencemaskan dampak dari perubahan kebijakan The Fed itu.
"Jika Anda pikir kekayaan Anda sekarang tak akan pernah habis, itu adalah dana dari quantitative easing. The Fed ingin pasar saham terus berlanjut. Begitulah cara The Fed, menggiring banyak orang terhindar dari gelombang risiko, dan sejauh ini cara itu selalu berhasil," jelasnya.
Memang benar, kebijakan The Fed tidak menjadi alasan yang membuat para konglomerat menjadi lebih kaya. Hal ini mengingat orang-orang tersebut sudah menjadi jauh lebih kaya jauh sebelum adanya dana stimulus dari The Fed.
Para orang kaya juga berpikir, dirinya tetap aman meski dihantam keputusan The Fed mengingat pihaknya memiliki investasi dan dana tunai dalam jumlah besar. Sayangnya, para konglomerat lupa, saat The Fed menarik uangnya harga tanah, real estate, karya seni, berlian dan komoditas akan jatuh parah. Faber tetap yakin, para investor kaya harus mulai mencemaskan dampak keputusan The Fed. (Sis/Shd)