Rencana PT Pertamina (Persero) untuk mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dinilai tidak efektif. Menurut Peneliti dari Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, hal itu disebabkan masih kurangnya infrastruktur Pertamina terutama dalam pengolahan elpiji.
Pertamina disarankan lebih banyak membangun infrastruktur gas daripada mengakuisisi PGN yang harus membutuhkan dana cukup besar. "Ketimbang menghamburkan uang untuk mengakusisi PGN akan lebih berdayaguna jika uang tersebut dipergunakan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengolahan gas elpiji sehingga bisa mencapai efisiensi," ungkap Fahmy tertulis, Kamis (12/12/2013).
Berdasarkan perhitungan Fahmy, dana yang dibutuhkan Pertamina untuk mengakuisisi PGN sekitar Rp 70 triliun atau setara dengan 56,97% dari total saham PGN. "Saham PGN yang sudah go public. Saat ini kapitalisasi saham PGN di pasar modal sudah mencapai Rp. 115 triliun," tegasnya.
Penggunaan dana sebesar itu untuk akuisisi PGN seolah bertolak belakang dengan kondisi yang saat ini dihadapi Pertamina yang terus menderita kerugian akibat pemasaran elpiji 12 kilogram (kg). Bahkan Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kg pada awal 2014.
Hal itu terpaksa dilakukan mengingat kerugian Pertamina karena tidak mampunya perusahaan pelat merah ini memenuhi kebutuhan gas domestik yang mengakibatkan Pertamina impor lebih dari 50% dari total kebutuhan dalam negeri.
"Jika pengolahan elpiji dapat efisien, sesungguhnya Pertamina tidak harus menaikkan harga elpiji, sehingga tidak perlu lagi menambah beban masyarakat pengguna elpiji," kata pria kelahiran Solo itu. (Yas/Ndw)
Pertamina disarankan lebih banyak membangun infrastruktur gas daripada mengakuisisi PGN yang harus membutuhkan dana cukup besar. "Ketimbang menghamburkan uang untuk mengakusisi PGN akan lebih berdayaguna jika uang tersebut dipergunakan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengolahan gas elpiji sehingga bisa mencapai efisiensi," ungkap Fahmy tertulis, Kamis (12/12/2013).
Berdasarkan perhitungan Fahmy, dana yang dibutuhkan Pertamina untuk mengakuisisi PGN sekitar Rp 70 triliun atau setara dengan 56,97% dari total saham PGN. "Saham PGN yang sudah go public. Saat ini kapitalisasi saham PGN di pasar modal sudah mencapai Rp. 115 triliun," tegasnya.
Penggunaan dana sebesar itu untuk akuisisi PGN seolah bertolak belakang dengan kondisi yang saat ini dihadapi Pertamina yang terus menderita kerugian akibat pemasaran elpiji 12 kilogram (kg). Bahkan Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kg pada awal 2014.
Hal itu terpaksa dilakukan mengingat kerugian Pertamina karena tidak mampunya perusahaan pelat merah ini memenuhi kebutuhan gas domestik yang mengakibatkan Pertamina impor lebih dari 50% dari total kebutuhan dalam negeri.
"Jika pengolahan elpiji dapat efisien, sesungguhnya Pertamina tidak harus menaikkan harga elpiji, sehingga tidak perlu lagi menambah beban masyarakat pengguna elpiji," kata pria kelahiran Solo itu. (Yas/Ndw)