Era Van Gaalacticos Ubah MU Jadi Tim Instan

Pernah sukses lahirkan Class '92, kini Manchester United andalkan pemain non akademi.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 04 Sep 2014, 06:26 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2014, 06:26 WIB
Van Gaal Siap "Dongkrak" Prestasi Manchester United
“Manchester United adalah klub terbesar di dunia. Saya harus mempersiapkan tim, saya harus beradaptasi dengan klub besar ini.” ujar Louis van Gaal di Stadion Old Trafford, (17/7/2014). (REUTERS/Nigel Roddis)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki era baru di bawah kepemimpinan Louis van Gaal, Manchester United mengalami perubahan total. Tim yang biasa mencetak pemain bintang itu, kini malah gemar mengeluarkan uang untuk membeli superstar.

Di awal tahun 90-an, MU yang masih diarsireki Sir Alex Ferguson menjelma dari sebuah tim medioker menjadi raksasa dengan skuat yang mayoritas diisi pemain muda.

Tahun 1992, Ferguson dengan bangga memperkenalkan pemain muda seperti Nicky Butt, Phil dan Gary Neville, David Beckham serta Paul Scholes yang 'dicomotnya' dari akademi MU. Di tahun itu, Setan Merah (sebutan MU) berhasil menjuarai Liga Premier Inggris. Ketika itu, Ferguson sukses dengan perjudiannya.

Puncak dari kesuksesan skuat akademi MU '92 terjadi pada musim 1998-99. Setan Merah menyabet tiga gelar sekaligus, yakni Liga Premier, Piala FA, dan Liga Champions.

Hebatnya, MU hanya butuh waktu tiga menit untuk bisa meraih gelar Liga Champions yang sudah hampir pasti jatuh ke tangan Bayern Munchen. Pada laga yang berlangsung di Stadion Camp Nou itu, MU tertinggal 0-1 dari Munchen dan waktu sudah berlangsung selama 90 menit.
http://cdn1-e.production.liputan6.static6.com/medias/656497/original/000_DV1586527.jpg
Asisten wasit memberikan tambahan waktu tiga menit, saat itu banyak orang yang mengira gelar Liga Champions akan jatuh ke tangan Oliver Khan dan kawan-kawan. Namun kenyataannya berbalik setelah Setan Merah mendapat dua peluang dari sepak pojok. Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer berhasil membobol gawang Kahn dan membuat ribuan penonton di Camp Nou berdecak kagum.

Sejak saat itu, MU selalu menjadi tim yang memasok pemain untuk Timnas Inggris. Bahkan, Setan Merah memudahkan pelatih The Three Lions (sebutan Inggris) untuk memilih skuat.

Era Cristiano Ronaldo


Setelah sukses dengan para pemain Akademi '92, Ferguson mencari pemain-pemain berbakat lainnya. Tahun 2003, dia menemukan remaja dengan kaki penuh magis dari Portugal, Cristiano Ronaldo.

Ferguson sangat tertarik kepada Ronaldo dan berani menyerahkan uang sebesar 12 juta pound kepada Sporting CP. Setahun kemudian, Ferguson mendatangkan Wayne Rooney dari Everton dengan harga 20 juta pound.

Naluri Ferguson tidak salah. Dia mendidik Ronaldo dan Rooney dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ronaldo dan Rooney berhasil mempersembahkan 3 gelar Liga Premier, 1 Piala FA, dan 1 trofi Liga Champions hingga tahun 2009. Bahkan di tahun 2008, CR7 --sapaan Ronaldo-- dinobatkan FIFA sebagai pemain terbaik dunia, mengalahkan Lionel Messi.
http://cdn0-e.production.liputan6.static6.com/medias/689118/original/000_Was8693194.jpg
Kebersamaan Ronaldo, Rooney dan Ferguson berakhir di tahun 2009. Ronaldo hengkang ke Real Madrid dengan bandrol 94 juta pound, sedangkan Rooney bertahan di Old Trafford hingga saat ini. Penjualan CR7 membuat Setan Merah untung hampir 7 kali lipat.

`Bencana` menghampiri MU ketika Ferguson memutuskan pensiun sebagai manajer, Mei 2013. Suasana hambar tanpa sosok sang maestro begitu terasa di Old Trafford.

Era David Moyes


Terlebih lagi ketika MU memutuskan menunjuk David Moyes sebagai pengganti Ferguson. Bersama Moyes, Setan Merah mengalami keterpurukan. Jantung para fans selalu berdetak kencang ketika MU bertanding.

MU yang dulunya ditakuti oleh lawan-lawannya kini dipandang sebelah mata. Setan Merah seperti kehilangan kharisma di bawah kepemimpinan Moyes. Hasilnya, MU finis di posisi ketujuh Liga Premier dan gagal meraih satu gelar pada musim 2013-14. Hasil itu membuat MU mengalami hal terburuk sepanjang sejarah.
http://cdn0-e.production.liputan6.static6.com/medias/666361/original/article-2608950-1D391F3D00000578-889_634x442.jpg
Keterpurukan membuat manajemen MU memberhentikan Moyes secara tidak hormat. Para petinggi Setan Merah melakukan rapat besar untuk menunjuk manajer baru. Hasilnya, Louis van Gaal dinobatkan sebagai nahkoda Wayne Rooney dan kawan-kawan.

Van Gaal melatih MU sejak Juli 2014, atau tepatnya setelah tugasnya sebagai pelatih Timnas Belanda berakhir. Sejak saat itu, para fans melihat banyaknya perubahan. Taktik hingga gaya kepelatihan untuk pasukan Old Trafford mengalami perubahan total.

Era Van Gaal


Kejutan tak hanya sampai di situ saja. Fans melihat hal yang tak lazim dilakukan Setan Merah saat bursa transfer, yakni mendatangkan enam pemain sekaligus. Enam pemain itu adalah Luke Shaw, Ander Herrera, Daley Blind, Marcos Rojo, Angel Di Maria, dan Radamel Falcao. Total, MU menghabiskan lebih dari 150 juta pound untuk mendatangkan keenam pemain tersebut.

Van Gaal telah mengubah sistem MU yang gemar mencetak bintang menjadi tim instan bertabur superstar. 'Hobi' Setan Merah yang gemar mendidik bocah kampung menjadi superstar sudah hilang demi sebuah gelar.
http://cdn1-e.production.liputan6.static6.com/medias/731063/original/f6d334cfb60ea92522c0c965120b8c9a56_Image_galleryImage_Falcao_Twitter_ManUtd.JPG
Setan Merah yang dulunya memasok pemain untuk Timnas Inggris menjadi 'rumah baru' untuk pemain luar negeri. Hanya enam pemain inti MU yang berkebangsaan Inggris, yakni Rooney, Shaw, Phil Jones, Michael Carrick, Chris Smalling, dan Ashley Young. Pemain-pemain asing yang berjumlah 19 orang kini lebih banyak meramaikan skuat Old Trafford.

MU sedang mengalami masa transisi kepemimpinan. Era Van Gaalacticos kini menjadi buah bibir seluruh pecinta sepak bola. Ya, banyak fans bertanya, akankah skuat MU yang instan ini dapat mewujudkan mimpi para petinggu MU?

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya