Kompetisi Berhenti, Agen Pemain Juga Gigit Jari

Selain pemain, agen pemain juga mengalami kerugian akibat konflik berkepanjangan.

oleh Antonius Hermanto diperbarui 12 Agu 2015, 09:49 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2015, 09:49 WIB
Hardimen Koto
Hardimen Koto

Liputan6.com, Jakarta- Kisruh antara PSSI dan Kemenpora yang tidak kunjung selesai ternyata tidak hanya merugikan pemain, pelatih, hingga klub. Tapi juga turut merugikan profesi lainnya yakni agen pemain.

SK Pembekuan PSSI yang diterbitkan oleh Kemenpora berbuntut pada jatuhnya sanksi FIFA atas Indonesia. FIFA mengharamkan adanya intervensi pemerintah pada sebuah federasi sepak bola.

Lantas kompetisi Indonesia Super League yang seharusnya bergulir pada awal 2015 lalu batal terlaksana. Akibatnya sejumlah klub memutuskan untuk 'bubar jalan' dan banyak pemain yang kehilangan mata pencaharian.

Bagi seorang agen, berhentinya kompetisi adalah salah satu penghambat pemasukan mereka. Karena mereka tidak dapat menyalurkan ke klub-klub sebagaimana mestinya.

"Untuk di Indonesia, jelas saya mengalami kerugian. Sempat ada transaksi di musim 2015 ini, tapi karena ada force majeure, terpaksa semuanya dibatalkan," cerita salah satu agen pemain Soccerindo yang berlisensi FIFA, Hardimen Koto ,  pada Liputan6.com.

Hardimen adalah eks wartawan sepak bola yang kini lebih aktif sebagai kolumnis dan agen pemain. Beberapa nama besar baik lokal maupun asing seperti Aldo Bareto, Safee Sali, sempat menjadi kliennya.

"Karena kondisi seperti ini, pemain asing semuanya pada balik ke negara masing-masing. Kalau pemain lokal, ya mau tidak mau mereka harus menghadapi kondisi seperti ini. Pahit memang, tapi hidup harus terus berjalan," tambah Hardimen.

Kemenangan PSSI di sidang PTUN membuka jalan untuk digelarnya kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015/2016. PTUN memutuskan agar Kemenpora segera mencabut surat pembekuan, namun pihak Kemenpora kembali mengajukan banding.

"Saya hanya meminta pada pemerintah dalam hal ini Kemenpora agar jauh lebih humanis, adil, dan bijak. Banyak ribuan pelaku sepak bola di bangsa ini."

"Banyak anak muda bangsa yang berkarya lewat sepak bola, tapi kenapa kementrian campur tangan dengan bahasa amarah, arogan, dan tanpa solusi yang menyejukkan?" tutup Hardimen. (Tho/Ary)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya