Liputan6.com, Jakarta - Kepergian pelatih Arema Cronus, Suharno meninggalkan duka mendalam bagi seluruh insan sepakbola di Indonesia, tidak terkecuali mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Yeyen Tumena.
"Saya betul-betul kaget mendengar berita itu. Selama ini saya sangat-sangat respek dengan dia. Suharno sangat ramah kepada siapapun," kata Yeyen di The Ice Palace Lotte Shopping Avenue, Jakarta, siang tadi.
Selain berdedikasi tinggi, di mata Yeyen, Suharno pelatih yang supel. Yeyen masih ingat betul, ketika tahun lalu berkunjung ke Malang, Suharno mengajak makan. Sampai saat ini, momen tersebut masih terkenang di benaknya.
Advertisement
"Padahal saya saat itu ingin melakukan seleksi kelompok umur dan kebetulan Arema tengah latihan," kata eks Persebaya Surabaya itu.
Selain dikenal mudah bergaul, menurut Yeyen, Suharno pelatih yang pintar memotivasi pemain. Menurut pelatih 39 tahun itu, permainan cepat Arema tidak lepas dari metode pelatih Suharno.
"Saya ingat gaya Onche dengan latihan menjahitnya. Maksudnya dia selalu berlatih koordinasi. Dia suka bilang 'Ayo kita jahit lagi!' dan pasti kita lihat ada banyak patok di tempat latihan," kata Yeyen menirukan.
Tidak sia-sia, metode kepelatihan Onche, sapaan Suharno menghasilkan beberapa pemain sayap hebat di tubuh Arema. Sebut saja Ahmad Bustomi, Arif Suyono hingga Ahmad Nufiandani. "Lihat Arema sekarang, sayapnya punya kecepatan dan cukup kuat. Itu karena latihan menjahit ala Suharno," dia mengakhiri.
Suharno menghembuskan napas terakhir di Puskesmas Pakisaji, Malang, Rabu 19 Agustus 2015. Pelatih yang tidak pernah menganggur sepanjang kariernya itu wafat usai terkena serangan jantung. (rco/rjp)
Baca Juga
Ketika Mantan Pacar Buka Rahasia Gila Dokter Wanita Chelsea