Piala Presiden Tuntas, Striker Sriwijaya FC Rindukan Kompetisi

Sebagai runner up Piala Presiden 2015 Sriwijaya FC memboyong hadiah sebesar Rp2 Miliar.

oleh Antonius Hermanto diperbarui 20 Okt 2015, 20:28 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2015, 20:28 WIB
Aksi di Laga Sriwijaya FC vs Arema
Pemain Sriwijaya FC Musafri menendang bola saat dihadang pemain Arema pada laga semifinal Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo, Minggu (11/10/2015). Sriwijaya menang 2-1. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun).

Liputan6.com, Jakarta Penyerang Sriwijaya FC Talaohu Abdul Musafri merasa tertolong dengan hadirnya Piala Presiden 2015. Apalagi klub Sriwijaya FC yang dibelanya pada turnamen ini mampu merebut posisi runner up sehingga berhak atas hadiah uang sebesar Rp 2 Miliar.

Apalagi kantong para pemain Sriwijaya juga bertambah tebal karena panitia menyediakan match fee di setiap babak. Setidaknya, hingga ke final, tim berjuluk Laskar Wong Kito itu juga menerima uang lelah sebesar Rp1,2 Miliar. Dengan demikian, total uang yang berhasil dibawa pulang oleh pasukan Benny Dolo dari Piala Presiden mencapai angka Rp3,2 Miliar. 

"Turnamen Piala Presiden ini sangat bagus, bisa menjadi solusi bagi kita (pesepakbola) yang kesulitan akibat berhentinya kompetisi," ujar Musafri kepada Liputan6.com menanggapi besarnya hadiah yang diterima timnya dari Piala Presiden 2015.

Meski pulang dengan pundi-pundi terisi penuh, Musafri belum sepenuhnya tenang. Sebab, kompetisi sebenarnya masih terhenti dan belum menunjukkan tanda-tanda bakal bergulir lagi. Meski meraup banyak uang dari turnamen sekelas Piala Presiden, mantan pemain Persija Jakarta itu masih tetap merindukan kompetisi resmi yang memiliki jenjang yang jelas.

"Hadiah ini tentunya kita syukuri, karena bagaimanapun juga uang yang kita dapat ini dapat membantu urusan dapur keluarga pemain. Selebihnya kita harus pandai-pandai juga menyimpan uang, karena tidak tahu turnamen seperti ini atau kompetisi kapan lagi akan bergulir," tambah pria yang sempat masuk tim nasional Indonesia itu.

Rintis Usaha Kecil-kecilan

Kisruh PSSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga memang telah membuat sepak bola Indonesia seakan mati suri. Terhentinya kompetisi juga semakin menyusahkan para pemain. Sebelum Piala Presiden digelar, banyak pesepakbola profesional yang tidak ragu tampil di turnamen-turnamen antar kampung (tarkam) demi menjaga dapur tetap mengepul.

Tak ingin bergantung pada situasi yang tak pasti, Musafri pelan-pelan merintis usaha di luar sepak bola.

"Alhamdulilah saya sudah punya investasi kebun kopi, kos-kosan, dan rumah kontrakan. Meski sedikit, tapi pendapatan dari itu bisa membayar uang sekolah anak dan menghidupi keluarga. Tentu kita harus pintar-pintar berinvestasi untuk kedepannya. Bahkan hasil di Piala Presiden ini saya akan investasikan jika memang ada peluang," kata Musafri. (Ton/Rco)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya