Sony Dwi Kuncoro Bangkit Lagi

Sony Dwi Kuncoro membuktikan bahwa dirinya belum habis usai menjuarai Singapore Open Super Series 2016.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 18 Apr 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2016, 06:30 WIB
Sony Dwi Kuncoro Kalahkan Pebulutangkis Sattawat Pongnairat
Pebulutangkis, Sony Dwi Kuncoro saat berhadapan dengan pebulutangkis USA Sattawat Pongnairat dalam turnamen BCA Indonesia Open Superseries Premier 2015, Jakarta, Selasa (2/6/2015). Sony menang dengan skor 17-21, 21-13, 21-2. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah 13 tahun, Sony Dwi Kuncoro akhirnya harus meninggalkan Pelatnas Cipayung PB PBSI pada pertengahan 2014. Dia terdegradasi menyusul menurunnya prestasi ditambah cedera yang dialaminya. Sony akhirnya memutuskan kembali ke klub asalnya Jaya Raya Surya Naga di Surabaya.

Baca Juga

  • Liga Champions: ManCity Lebih Takut Barcelona Ketimbang Ronaldo
  • MotoGP 2017 Indonesia Pasti Digelar di Sentul
  • AC Milan Bakal Punya Pemilik Baru

Saat itu, dirinya merasa patang arang. Dia pun absen dari segela aktivitas bulu tangkis selama tiga sampai empat bulan. Tak hanya itu, Sony juga tidak mengambil haknya tampil di Kejuaraan Dunia. Bahkan, keikutsertaannya di China Super Series dan Denmark Open yang tanpa harus melewati kualifikasi pun diacuhkannya.

Sony mengibaratkan dirinya setengah gantung raket ketika itu. Dia baru merasakan pahitnya kehidupan setelah terdepak dari Pelatnas Cipayung. Tidak memiliki partner latihan dan tak ada lagi yang mau membiayainya ikut turnamen. Sony pun akhirnya pindah klub ke Tjakrindo Masters, Surabaya.

"Selama 13 tahun saya di pelatnas, semua hal dalam kondisi enjoy. Semua disediakan. Serba enaklah. Setelah saya keluar, baru terasa, saya sampai seperti patah hati," kata Sony usai tampil di BCA Indonesia Open pada 2015 silam.

"Tepat setelah saya diputuskan untuk degradasi, saya langsung pulang ke Surabaya. Saya seolah sudah setengah gantung raket. Semua kejuaraan yang ditawarkan saya tolak. Padahal, waktu itu tak perlu kualifikasi saya masih masuk. Kejuaraan Dunia, China Super Series, Denmark Open. Tapi, saya tidak mau," ucapnya lagi.

Berjuang untuk diri sendiri, Sony mulai membangun kariernya lagi dari turnamen-turnamen lokal. Karena tanpa bermain, dia mengaku tidak akan memiliki penghasilan. "Ini sudah jadi karier, kalau enggak main dari mana saya dapat penghasilan," ujar Sony.

Sony mengaku dari sisi teknik permainan tidak ada masalah. "Cuma soal fokus saja. Bahkan, latihan saya lebih berat dari saat di pelatnas. Kalau sudah fokus, mau ke mana saja, saya yakin akan bisa kembali oke. Diberi target tak masalah," urai peraih medali perunggu Olimpiade 2004 di Athena itu.

Soal lawan terberat? "Lawan terberat diri sendiri. Kalau sudah ketemu deal-nya saya sudah siap untuk kerja lebih keras lagi, diberi target lagi. Selama ini kalau diibaratkan makanan, adonannya itu belum pas. Makanya, saya mulai ikut kejuaraan lagi agar dapat merasakan aura pertandingan," beber pemain asal Surabaya itu.

Kini, kerja keras Sony mulai berbuah manis. Pebulu tangkis berusia 31 tahun itu baru saja menjuarai Singapore Open Super Series 2016. Di final, Minggu (17/4/2016), Sony mengalahkan tunggal putra Korea, Son Wan Ho, dengan skor 21-16, 13-21, serta 21-14. Ini adalah gelar super series Sony di 2016 dan mungkin yang pertama setelah terdegradasi dari pelatnas.

Hebatnya, Sony memulai turnamen berhadiah US$ 350 ribu itu dari babak kualifikasi. Di babak kualifikasi pertama, dia mengalahkan Kean Yew dari Singapura dengan skor 21-18 dan 21-16. Selanjutnya, B. Sai Praneeth asal India yang takluk di tangan Sony dua game langsung 18-21 dan 12-12.

Di babak pertama, Sony mengalahkan pemain muda Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, lewat rubber game 9-21, 21-11 dan 21-17. Berikutnya, giliran tunggal putra Jepang, Sho Sasaki, yang harus mengakui ketangguhan Sony dengan skor 21-11, 14-21, dan 4-21.

Melaju ke perempat final, Sony menghadapi wakil Tiongkok, Wang Zhengming. Lagi-lagi Sony harus bermain rubber game sebelum menang 24-22, 12-21, dan 21-16. Di semifinal, Sony kembali bertemu tunggal putra Tiongkok. Kali ini, ia bertemu Lin Dan yang merupakan unggulan kedua.

Meski tak diunggulkan, Sony tidak gentar. Setelah bertanding selama satu jam sembilan menit, dia menyudahi perlawanan Lin Dan dengan skor 21-10, 17-21, dan 22-20. Kemenangan ini membuatnya lebih percaya diri di partai final melawan Son Wan Ho. Meski kembali harus bermain lebih dari satu jam, Sony menang dengan skor 21-16, 13-21, dan 21-14. 

"Tentunya saya bahagia dengan kemenangan ini, saya tidak menyangka bisa jadi juara, walaupun perjalanan saya dari babak kualifikasi cukup berat. Saya sangat menikmati permainan hari ini, setelah menang dari Lin Dan, saya merasa enjoy sekali," tutur Sony.



"Memang sudah lama juga saya tidak juara di level super series. Setelah keluar dari tim nasional, jangankan juara super series, mau ikut turnamen super series saja susah karena rangking saya rendah, sekarang saja harus masuk kualifikasi dulu. Namun, saya membuktikan kalau saya masih bisa, ini adalah suatu penghargaan buat saya, buah dari kerja keras saya," tambah Sony.

Sony telah menunjukkan bahwa dirinya telah bangkit lagi dan siap mengukir prestasi-prestasi berikutnya.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya