Liputan6.com, London: Kegalauan di Fratton Park kian kental. Klub yang sementara terperosok di dasar klasemen Liga Premier itu dijatuhi larangan transfer pemain sesuai konfirmasi dari Premier League, pemegang otoritas premiership, Rabu (28/10).
Portsmouth diembargo hingga mereka menyelesaikan tunggakan transfer yang menggunung seperti klub-klub lainnya. Keputusan ini dikeluarkan setelah Paul Hart, manajer Pompey, hendak merekrut gelandang Eugen Bopp yang berstatus free-agent, Senin(26/10) lalu.
Juru bicara Portsmouth, Gary Double mengatakan bahwa masalah ini akan diselesaikan secepatnya, namun tanda-tanda sehatnya keuangan klub tidak mengatakan demikian. “Proses penyelesaian tengah berjalan. Kami yakin situasi bisa teratasi sebelum pekan depan,” cetus Double seperti dikutip BBC.
Portsmouth mengkonfirmasi bahwa permasalahan ini ada hubungannya dengan kegagalan klub melunasi beberapa transfer. Di antaranya pembelian Glen Johnson dari Chelsea pada musim panas 2007 dan Lassana Diarra dari Arsenal pada Januari 2008. Chief Executive Portsmouth, Peter Storrie menyatakan isu itu akan beres selekasnya. “Masalahnya bersifat teknis, tidak lebih,” ungkapnya kepada Soccernet.
Masalah keuangan menghimpit Portsmouth sejak masih dimiliki Alexandre Gaydamak. Pengusaha Yahudi berkebangsaan Prancis ini kemudian menjual saham yang dimilikinya ke Sulaiman Al Fahim sebelum berganti kepemilikan ke pebisnis Saudi Arabia, Ali Al Faraj, tiga pekan lalu.
Namun perpindahan kepemilikan ini tidak juga menyembuhkan penyakit finansial Portsmouth. Kepada koran Saudi, Asharq Al Awsat, pekan lalu Al Faraj berkata dirinya bukan jutawan dan tidak tahu mengenai sepakbola dan berkeinginan menjual Portsmouth sesegera mungkin.
Taipan Israel, Levi Kushnir, dan pebisnis asal Hong Kong, Balram Chainrai, merupakan pemilik potensial berikutnya. Keduanya hadir di dua pertandingan Pompey, kemenangan 4-0 di ajang Carling Cup, Selasa kemarin, dan hasil imbang 0-0 menghadapi Hull City, Minggu (25/10).
Hart yang memikul tanggung jawab terbesar hanya bisa berharap berbagai masalah tersebut bisa berakhir. “Sebuah klub semestinya tahu kemana arah akan dijalani berdasarkan rencana jangka panjang,” kata Hart setelah kemenangan atas Stoke City kemarin. “Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena belum ada perbincangan dengan pemilik baru. Saya akan mengusahakan hal itu bulan depan.” (DIM)
Portsmouth diembargo hingga mereka menyelesaikan tunggakan transfer yang menggunung seperti klub-klub lainnya. Keputusan ini dikeluarkan setelah Paul Hart, manajer Pompey, hendak merekrut gelandang Eugen Bopp yang berstatus free-agent, Senin(26/10) lalu.
Juru bicara Portsmouth, Gary Double mengatakan bahwa masalah ini akan diselesaikan secepatnya, namun tanda-tanda sehatnya keuangan klub tidak mengatakan demikian. “Proses penyelesaian tengah berjalan. Kami yakin situasi bisa teratasi sebelum pekan depan,” cetus Double seperti dikutip BBC.
Portsmouth mengkonfirmasi bahwa permasalahan ini ada hubungannya dengan kegagalan klub melunasi beberapa transfer. Di antaranya pembelian Glen Johnson dari Chelsea pada musim panas 2007 dan Lassana Diarra dari Arsenal pada Januari 2008. Chief Executive Portsmouth, Peter Storrie menyatakan isu itu akan beres selekasnya. “Masalahnya bersifat teknis, tidak lebih,” ungkapnya kepada Soccernet.
Masalah keuangan menghimpit Portsmouth sejak masih dimiliki Alexandre Gaydamak. Pengusaha Yahudi berkebangsaan Prancis ini kemudian menjual saham yang dimilikinya ke Sulaiman Al Fahim sebelum berganti kepemilikan ke pebisnis Saudi Arabia, Ali Al Faraj, tiga pekan lalu.
Namun perpindahan kepemilikan ini tidak juga menyembuhkan penyakit finansial Portsmouth. Kepada koran Saudi, Asharq Al Awsat, pekan lalu Al Faraj berkata dirinya bukan jutawan dan tidak tahu mengenai sepakbola dan berkeinginan menjual Portsmouth sesegera mungkin.
Taipan Israel, Levi Kushnir, dan pebisnis asal Hong Kong, Balram Chainrai, merupakan pemilik potensial berikutnya. Keduanya hadir di dua pertandingan Pompey, kemenangan 4-0 di ajang Carling Cup, Selasa kemarin, dan hasil imbang 0-0 menghadapi Hull City, Minggu (25/10).
Hart yang memikul tanggung jawab terbesar hanya bisa berharap berbagai masalah tersebut bisa berakhir. “Sebuah klub semestinya tahu kemana arah akan dijalani berdasarkan rencana jangka panjang,” kata Hart setelah kemenangan atas Stoke City kemarin. “Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena belum ada perbincangan dengan pemilik baru. Saya akan mengusahakan hal itu bulan depan.” (DIM)