Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pelatih Malaysia, Ong Kim Swee telah menyiapkan punya jurus khusus untuk menghajar Timnas Indonesia U-22 di laga semifinal sepak bola SEA Games, malam ini. Makum, dia sudah sejak 2011 melatih Malaysia dan telah beberapa kali berhadapan dengan Indonesia.
Rekornya cukup baik. Ambil contoh beberapa pertandingan, semisal duel di SEA Games 2011. Pada SEA Games 2011, Ong Kim Swee bahkan mengantar Timnas Malaysia U-23 (kala itu SEA Games masih memainkan pemain di bawah 23 tahun) meraih medali emas mengalahkan Indonesia di partai final.
Advertisement
Baca Juga
Prestasi itu dianggap luar biasa karena Kim Swee harus menyiapkan tidak hanya strategi jitu melainkan juga mental tangguh untuk skuatnya lantaran mereka tampil di kandang timnas Indonesia yang terkenal angker dan mengerikan buat tim lawan.
Tidak ada tim lawan yang sangsi dengan betapa hebatnya dukungan yang diberikan suporter di Indonesia pada Tim Merah-Putih dalam setiap pertandingan. Namun, Baddrol Bahtiar dkk. berhasil melewati tantangan itu.
Pada penyisihan Grup A, Malaysia berhasil mengalahkan timnas Indonesia 1-0. Kemudian, pada 21 November 2011, kedua tim bertemu lagi. Kali ini pada partai final. Malaysia di bawah asuhan Ong Kim Swee, sekali lagi mampu membuat pendukung Tim Merah-Putih terdiam.
Berkat kejelian Ong Kim Swee dalam menerapkan taktik, The Young Tigers mampu memaksakan skor 1-1 di waktu normal sehingga pertandingan berlanjut lewat adu penalti, meski sepanjang pertandingan terus mendapatkan tekanan dari lebih dari 80 ribu suporter Tim Garuda yang memadati SUGBK, Jakarta.
Pidato Menggelora
Di ruang ganti sebelum menjalani drama adu penalti, Ong Kim Swee memperlihatkan dirinya tidak sekadar pelatih yang cakap dalam hal teknis, melainkan juga motivator andal.
Kalangan pencinta sepak bola Indonesia mungkin tidak banyak yang tahu, bila "pidato" Ong Kim Swee di ruang ganti ketika itu ternyata sangat ampuh membakar semangat dan nasionalisme Nazmi Faiz Mansor cs.
Dalam sebuah artikel dengan judul "How Indonesia contributed to the revival of Malaysia football" yang diunggah salah satu media online Malaysia pada Jumat (25/8/2017), sang penulis mengungkap isi pemacu motivasi para pemain ketika itu.
"Mereka tidak menghormati kalian, mereka tidak menghormati bendera kita, mereka tidak respek dengan Raja kita, dan mereka tidak menghormati orangtua kalian. Kalau kalian membiarkan semua itu terjadi, maka kalian adalah pengecut. Kalian harus mengajarkan pada mereka, jadi orang Malaysia itu seperti apa."
Skuat The Young Tigers lantas keluar, kembali ke ke lapangan dengan tenang, dan memenangi adu penalti. Itu adalah medali emas pertama Ong bersama Timnas Malaysia.
Kini ia memburu emas kedua setelah gagal pada pada SEA Games edisi 2013 dan 2015. Di SEA Games 2013, ia lagi-lagi bertemu Indonesia, tepatnya di semifinal. Laga di Stadion Zayarthiri, Naypyidaw itu juga kembali diakhiri dengan adu penalti. Ketika itu, Timnas Indonesia yang menang.
Sementara di SEA Games 2015, prestasi Ong Kim Swee bersama Tim Harimau Malaya lebih buruk karena terhenti di fase penyisihan grup.
Advertisement
Mirip Jose Mourinho
Oleh publik Malaysia, Ong Kim Swee kerap dianggap seperti Jose Mourinho. New Straits Times pada Kamis (24/8/2017) menulis kemiripan itu lantaran Ong Kim Swee juga tidak peduli dengan bentuk permainan tim yang dibesutnya, selama berujung pada kemenangan.
Seperti Mourinho, Kim Swee mempercayai bila sepak bola itu tentang kemenangan, tak peduli meski dicapai dengan kurangnya dominasi sepanjang pertandingan atau permainan yang tidak impresif, selama tim bisa mendapat tiga poin atau gelar juara.
Hal itu terjadi pada pertandingan terakhir Timnas Malaysia U-22 di penyisihan Grup A melawan Laos (23/8/2017). Meski menang 3-1, permainan Syafiq Ahmad dkk. mengundang kritik. Ong Kim Swee bergeming. "Tak apa, kami tak mau memaksa diri, yang penting menang," katanya.
Ong Kim Swee sangat termotivasi menyabet medali emas pada SEA Games 2017 ini. Ia ingin membuktikan kapasitasnya pada orang-orang yang masih terus meragukannya hingga sekarang. Ia menerima saat jabatannya diturunkan, dari pelatih timnas senior ke timnas U-22, oleh Tunku Ismail Sultan Ibrahim, Putra Mahkota Johor yang saat itu baru dilantik jadi Presiden FAM.
Pelatih 46 tahun itu juga tidak banyak mengeluh saat persiapan tim asuhannya menuju SEA Games 2017 banyak diganggu tarik ulur kepentingan klub dengan timnas, yang berujung keengganan klub melepas pemain dalam TC yang digelarnya.
"Menurut saya, tidak ada tantangan yang lebih besar buat saya sekarang ini selain mendapatkan kembali medali emas," ujar Ong.
Alhasil, jadi tugas pelatih Luis Milla bersama Timnas Indonesia U-22 untuk menggagalkan ambisi itu...