Liputan6.com, Jakarta Setiap musimnya, liga-liga Eropa selalu menjadi hiburan tersendiri untuk pencinta sepak bola dunia. Namun, yang patut diperbincangkan adalah peringkat liga terbaik yang ada di benua Biru tersebut.
Peringkat menjadi penting. Sebab, hal itu bisa menjadi pengukur koefisien di Liga Champions, daya saing, hingga siaran televisi. Kian bagus peringkatnya, makin mahal juga harga komersialnya.
Baca Juga
Sebenarnya UEFA punya data tersendiri soal ini. Namun, andai dilihat dari faktanya, banyak liga-liga yang sebenarnya menurun secara kualitas.
Lantas liga-liga Eropa mana saja yang punya peringkat terbaik dalam satu dekade terakhir? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:
Advertisement
Ligue 1
Ligue 1 mungkin merupakan salah satu liga paling kompetitif di Eropa. Namun ketika uang Qatar datang di Paris Saint-Germain, semuanya berllau begitu saja.
Sejak itu, PSG sangat dominan. Bahkan, mereka langsung rebut tiga gelar liga dengan rata-rata 10 poin unggul.
Musim 2015-16 mungkin paling mencolok. Sebab PSG sampai unggul 31 poin dari Lyon di urutan kedua. Munculnya AS Monaco musim lalu juga bertepatan dengan jatuhnya PSG setelah Unai Emery mengambil alih.
Ligue 1 juga tidak memiliki banyak hal lain yang terjadi untuk. Pada Liga Champions, mereka cuma punya harapan yang sekilas saja yang entah dilenyapkan oleh Barcelona atau Juventus.
Dengan Neymar (dan mungkin Kylian Mbappe) bergabung dengan PSG, perburuan gelar secara efektif berakhir lantaran Monaco juga kehilangan bakat terbaik. Mereka akan bersaing, tapi sulit untuk melihat PSG sebagai kembali gagal.
Berikut daftar juara Ligue 1 dalam dekade terakhir sebelum dan sesudah uang Qatar masuk:
2007/08 sampai 2011/12: Lyon, Bordeaux, Marseille, Lille, Montpellier
2012/13 sampai 2016/17: PSG, PSG, PSG, PSG, Monaco.
Advertisement
Bundesliga
Sama seperti di Prancis, sulit untuk melihat melewati satu tim untuk mengangkat gelar liga di Jerman. Sejak 2007/08, Bayern Muenchen telah memenangkan gelar Bundesliga tujuh kali dan finis setidaknya di posisi tiga besar.
Dominasinya sempat luntur saat Borussia Dortmund bersama Jurgen Klopp meraih dua gelar liga berturut-turut di 2010/11 dan 2011/12. Tapi revolusi itu berumur pendek saat Bayern bergabung kembali dan membangun era dominasi sendiri.
Sebelum 2015, tidak ada tim yang memenangkan lebih dari tiga gelar dalam sejarah Bundesliga. Bayern kini sudah memenangi gelar liga lima kali berturut-turut dengan melemahkan rival-rivalnya.
Namun, satu hal yang telah dilakukan Bundesliga adalah kehadiran rata-rata pertandingan yang merupakan yang tertinggi di antara lima besar. Mereka adalah liga yang secara teratur memiliki rata-rata kehadiran lebih dari 40.000 penonton lantaran tiket yang lebih murah.
Serie A
Setelah dominasi Inter Milan, Serie A Italia berjuang menata kembali jati dirinya di Eropa. Kelas berat seperti AC Milan dan Inter gagal merebut kembali keberhasilan masa lalu, sementara Juventus adalah raksasa yang sedang tidur.
Namun, begitu si Nyonya Tua berhasil kembali ke masa lalu, dan tidak pernah berhenti. Klub yang berbasis di Turin itu membangun stadion sendiri dan tidak lagi terbelenggu dengan Stadio delle Alpi yang lama.
Juventus kini telah memenangkan enam gelar Serie A. Bersama Massimiliano Allegri sebagai pengganti Antonio Conte, mereka juga telah mencapai dua final Liga Champions.
Namun, jatuhnya klub-klub yang berbasis di Milan itu membuat Serie A kehilangan kemilau dan kemewahannya. San Siro, yang pernah menjadi Colosseum di Liga Champions tak lagi bergaung di Eropa.
AS Roma dan Napoli sejak juga cuma jadi penggembira dan acap kesulitan pada kualifikasi Liga Champions. Beberapa tahun yang lalu Serie A mungkin lebih rendah dari daftar ini.
Tapi liga tidak lagi defensif, bahkan cenderung ofensif, tak seperti yang dikenal dahulu. Bahkan, musim 2016/17 ada 1.123 gol tercipta, yang tertinggi ketiga dalam sejarah. Belakangan waktu telah berubah di Italia, dan popularitas liga kembali meningkat, siap mencapai ketinggian tahun 90-an dan 2000an.
Advertisement
Liga Inggris
Satu dekade yang lalu, Liga Inggris adalah kompetisi nomor satu dunia. Empat besar tradisional adalah pemain tetap di babak sistem gugur Liga Champions dan terkadang hanya nasib buruk yang membuat mereka tersingkir.
Namun, kejatuhan Liga Champions sejak terakhir Chelsea menjuarai Liga Champions pada 2012 telah banyak jadi pertanyaan. Karena berbagai alasan, klub Inggris tidak memiliki apa yang diperlukan untuk mencapai final lagi.
Jadwal yang sempit, tidak adanya liburan musim dingin, satu kompetisi terlalu banyak jadi alasan. Rata-rata klub Inggris harus bermain lebih dari 50 pertandingan.
Hal positifnya, ini memudahkan liga dipasarkan secar amahal di Eropa dengan miliaran uang berputar di setiap musim. Apalagi, belakangan top 4 tak bisa diprediksi. Nama-nama seperti Tottenham Hotspurs, Leicester City, menggusur Liverpool, dan Manchester United.
La Liga
La Liga Spanyol mungkin tidak semewah harga pasaran Liga Inggris. Namun, mereka memiliki dua pemain terbaik di dunia, yakni Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi membantu pasarkan nama La Liga ke seantero dunia.
Atletico Madrid juga belakangan sukses menghancurkan duopoli Madrid dan Barca dengan gelar juara, Sementara Sevilla memenangkan tiga gelar Liga Europa berturut-turut dari 2014 hingga 2016.
Tidak ada liga yang melihat lebih banyak tim mencapai babak sistem gugur kompetisi Eropa, sebanyak La Liga. Dengan Piala Super dan Piala Dunia Antar-Klub juga pergi ke klub Spanyol, mereka adalah yang paling sukses di Eropa saat ini.
Empat gelar terakhir Liga Champions telah singgah ke klub Spanyol (tiga ke Real Madrid dan satu lagi ke Barcelona yang memenangkan treble). Barcelona sendiri memenangkan empat gelar dalam rentang satu dekade.
Selain itu La Liga merupakan tempat untuk para pemain sepak bola yang sangat kreatif. Peralihan posisi, pergerakan, passing yang cerdas merupakan tontonan menarik di sana. (I. Eka Setiawan)
Simak video menarik berikut ini:
Advertisement