Menpora Minta Nama Istora Senayan Tak Diganti

Menpora tak mau kehilangan nama Istora yang telah dikenal luar di dunia olahraga.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 21 Mei 2018, 22:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 22:00 WIB
Menpora Buka Kejuaraan Junior Senam Artistik Asia ke-15
Menpora, Imam Nahrawi (kanan) bersama Ketua Umum Persani, Ilya Avianti jelang membuka Kejuaraan Junior Senam Artistik Asia ke-15 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (25/4). 20 negera ambil bagian pada ajang ini. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi meminta nama Istora tak diganti. Menurutnya, Istora yang merupakan salah satu venue di kawasan komoleks Gelora Bung Karno mempunyai banyak sejarah.

Saat ini, PPK GBK membutuhkan dukungan sponsor untuk pemeliharaan dan pembiyaan Istora. Dana untuk itu tentunya tidak sedikit. Menpora mengatakan pemeliharaan dapat dilakukan secara profesional tanpa harus mengubah namanya.

Dia meminta PPK GBK mempertahankan nama Istora bila nantinya mendapat sponsor. Menpora tak mau kehilangan nama Istora yang telah dikenal luar di dunia olahraga.

“Apapun dan siapapun tidak berhak untuk mengubah nama ini karena disini ada pengorbanan, darah dan air mata untuk membangun GBK. Karena itu kita harus bergotongroyong dan bersatu padu mempertahankan nama ini," kata Imam.

Semangat Atlet Indonesia

Raih Emas di IFSC World Cup, Timnas Sport Climbing Indonesia Disambut Menpora
Menpora, Imam Nahrawi (kiri) berfoto bersama atlet panjat tebing putri Indonesia, Aries Susanti Rahayudi Bandara Soetta, Tangerang, Rabu (16/5). Aries berhasil meraih emas pada IFSC World Cup Chongqing di Tiongkok. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lebih lanjut, Imam mengingatkan soal keberadaan Istora yang telah menjadi bagian dari semangat para atlet Indonesia untuk menorehkan prestasi di berbagai ajang yang digelar.

Selain bulutangkis, beberapa cabang olahraga yang bertanding di Istora juga pernah mencatatkan sejarah kala Indonesia Raya membahana di hadapan sekitar 12.000 penonton Istora pada 3 Mei 1985. Ya, itu merupakan pertandingan tinju paling bersejarah di Indonesia.

Kala itu, pukulan straight kiri Ellyas Pical membuat petinju Korea Selatan Chun Ju Do mencium matras dan sabuk juara kelas bantam junior IBF berpindah ke Ellyas Pical dan ia menjadi petinju Indonesia pertama yang menjadi juara dunia.

"Sudah barang tentu kita ingin GBK terus melahirkan prestasi prestasi hebat berikutnya di tanah air," ujarnya lagi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya