Nico Thomas Berharap Ada Petinju Indonesia Ketiga yang Raih Emas di Asian Games 2018

Sudah 28 tahun lamanya Indonesia puasa medali emas di cabang tinju Asian Games. Gelaran Asian Games 2018 pun menjadi momentum yang tepat untuk mengembalikan kejayaan tinju Tanah Air.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 27 Jul 2018, 23:24 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2018, 23:24 WIB
Nico Thomas Berharap Ada Petinju Indonesia Ketiga yang Raih Emas di Asian Games 2018
Sudah 28 tahun lamanya Indonesia puasa medali emas di cabang tinju Asian Games. Gelaran Asian Games 2018 pun menjadi momentum yang tepat untuk mengembalikan kejayaan tinju Tanah Air.

Liputan6.com, Jakarta Petinju legendaris Indonesia, Nico Thomas berharap gelaran Asian Games 2018 menjadi momentum mengembalikan kejayaan tinju Indonesia. Sebab 28 tahun lamanya, Indonesia mengalami puasa medali emas pada cabang olahraga tinju Asian Games.

Sepanjang sejarah keikutsertaan di ajang Asian Games, cabang olahraga tinju Indonesia baru meraih tiga medali emas. Medali emas tersebut dipersembahkan oleh dua petinju legendaris Indonesia yakni Wiem Gomies (kelas menengah 75 kg) pada edisi 1970 dan 1978 serta Pino Bahari dari kelas yang sama pada edisi 1990.

Sementara itu pada edisi Asian Games 1998, hampir saja ada petinju Tanah Air yang meraih medali emas, namun kemenangan belum berpihak pada Indonesia. Hermensen Ballo yang bertanding di kelas ringan 51 kg dan Willem Papilaya kelas welter ringan 63,5 kg hanya mampu berhasil membawa pulang medali perak. Sejak saat itu, tidak ada lagi petinju Tanah Air yang berhasil mempersembahkan medali.

Pada ajang Asian Games 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah, Nico Thomas pun berharap ada petinju Indonesia yang meraih medali emas atau paling tidak berhasil mencapai final.

"Saya harapkan ada orang Indonesia ketiga yang mampu meraih medali emas di Asian Games. Jangankan medali emas, sampai di final saja saya sudah bersyukur," kata Nico Thomas ketika diwawancarai Bola.com di Tangerang, Rabu (25/7/2018).

 

Nico Thomas
Legenda tinju Indonesia, Nico Thomas, saat peluncuran kampanye "Kemenangan Itu Dekat" di Yogyakarta, Rabu (18/7/2018). Kampanye tersebut untuk mengobarkan semangat kemenangan di Asian Games 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Untuk mewujudkan hal tersebut, Nico berpesan agar seluruh petinju Indonesia yang disiapkan untuk Asian Games 2018 lebih giat berlatih. Dengan begitu, peluang untuk meraih medali lebih terbuka lebar.

"Sekarang saya harapkan adik-adik yang mau bertanding di Asian Games 2018 nanti untuk terus berlatih. Tambah porsi latihan, lebih baik latihan sampai muntah dan meraih kesuksesan nanti, daripada hanya latihan biasa-biasa saja nanti malah tak berprestasi," tegas Nico Thomas yang jadi juara dunia tinju kelas terbang mini versi IBF pada 1989 itu.

Filosofi "disiplin jangan diselipin"

Nico mengatakan para petinju Indonesia harus punya modal kedisplinan dan tekad kuat. Soal disiplin, petinju asal Ambon itu bahkan punya filosofi khusus. Dia meminta atlet-atlet muda mengingat filosofi "disiplin jangan diselipin".

"Disiplin kalau sudah diselipin di kantong atau bawah bantal, bakalan hilang. Jangan sampai diselipin, harus selalu dijaga. Kita harus selalu bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan," ujar Nico.

Pada Asian Games 2018, Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga mengharapkan cabang olahraga tinju berhasil menyumbang satu medali emas. Meski demikian, target itu dinilai tak mudah dipenuhi karena Indonesia menghadapi lawan-lawan tangguh. Pesaing yang berpotensi menjegal ambisi para petinju Indonesia, antara lain berasal dari China, Korea, hingga Thailand.

"Harapan saya semoga para petinju Indonesia bisa berjuang sebaik mungkin. Persaingan memang tak mudah, tapi tetap harus diperjuangkan," kata Nico Thomas, yang berjanji akan berusaha menyaksikan langsung perjuangan atlet-atlet Indonesia di Asian Games 2018.

Target medali tersebut akan dipikul oleh Mario Blasius Kalli (kelas 49 Kilogram), Aldoms Suguro (52 Kilogram), Sunan Agung Amoragam (56 kilogram), Farrand Papendang (60 kilogram), Libertus Gha (64 kilogram), dan Sarohatua Lumbatobing (69 kilogram).

Nico mengatakan menjadi tuan rumah akan menjadi poin menguntungkan bagi petinju. Mereka akan mendapat dukungan penuh dari penonton pada setiap pertandingan.

"Tapi dukungan kadang bisa menjadi beban. Itu tergantung mental masing-masing atlet. Jadi, mereka juga harus punya mental yang kuat," tegas Nico Thomas yang juga menjadi torch bearer representative Grab.

Untuk mendukung perjuangan atlet-atlet Indonesia di ajang Asian Games 2018, Grab sebagai official mobile platform partner Asian Games 2018 meluncurkan kampanye "Kemenangan Itu Dekat". Melalui kampanye tersebut, Grab ingin mengobarkan semangat kemenangan, nilai-nilai sportivitas, dan fair play untuk menyambut perhelatan pesta olahraga di Asia, yang akan berlangsung di Jakarta pada 18 Agustus hingga 2 September 2018.

FOTO: Legenda Tinju Indonesia Bawa Obor Asian Games 2018 Melintasi Kota Malang
Petinju legendaris Indonesia, Nico Thomas, membawa obor Asian Games XVIII saat melintasi di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (20/7/2018). Sebanyak 10 kota di Indonesia akan dilalui oleh obor Asian Games. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Grab juga menggandeng tujuh legenda olahraga Indonesia dalam kampanye "Kemenangan Itu Dekat". Ke tujuh legenda itu antara lain Ellyas Pical (tinju), Nico Thomas (tinju), Pascal Wilmar (bola voli), Abdul Rozak (taekwondo), Sutiyono (balap sepeda), Tati Sumirah (bulutangkis), dan Alexander Pulalo (sepak bola). Para legenda ini juga menjadi pembawa obor Asian Games dalam acara Kirab obor Asian Games 2018 yang singgah di beberapa kota di Indonesia.

Nico Thomas dan Pascal Wilmar telah menjadi pembawa obor ketika arak-arakan api Asian Games. Masing-masing melakukannya di Kota Malang untuk Nico Thomas dan di Denpasar untuk Pascal Wilmar. Selanjutnya, giliran Abdul Rozak baru akan menjadi torch bearer saat torch relay Asian Games tiba di Kota Banjarmasin pada 30 Juli 2018 mendatang.

 

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya