Pengamat Ingatkan Masyarakat Waspadai Sebaran Hoaks hingga Ujaran Kebenciaan Saat Pemilu 2024

Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi mengimbau agar masyarakat lebih bertanggung jawab dalam bermedia sosial menjelang Pemilu 2024 dan pers diharap mengambil peran untuk menenangkan suasana.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 10 Jun 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi Pemilu 2019
Badut berbentuk kotak suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), ondel-ondel, dan marching band ikut meramaikan pawai Deklarasi Kampanye Damai di Monas, Minggu (23/9). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi mengimbau agar masyarakat lebih bertanggung jawab dalam bermedia sosial menjelang Pemilu 2024 dan pers diharap mengambil peran untuk menenangkan suasana.

"Menyambut Pemilu 2024, di mana media sosial akan dipakai gila-gilaan untuk menyebar hoaks, ujaran kebencian, kampanye hitam dan doxing," kata Heru dilansir dari Antara, Sabtu (10/6/2023).

Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) itu pun mengajak, pers untuk hadir dalam menyampaikan informasi akurat, menenangkan suasana, dan melakukan pengecekan fakta atas informasi terutama terkait Pemilu 2024 yang beredar di media sosial.

Sementara kepada para pengguna media sosial, dia juga mengimbau, untuk dapat berpikir dua kali sebelum menyebarkan sebuah informasi yang belum diketahui kebenarannya.

Sebaiknya, Heru meminta, unggahlah informasi-informasi yang memang positif dan sudah akurat agar masyarakat yang lain juga bisa merasakan manfaat dari media sosial tersebut.

Selaras dengan itu, pakar komunikasi Universitas Indonesia, Firman Kurniawan Sujono juga menyampaikan hal serupa. Menjelang pemilihan presiden di tahun depan, dia berharap agar seluruh lapisan masyarakat bisa menjaga kenyamanan dan keamanan di media sosial.

"Kalau dikaitkan dengan Pemilu 2024, kemudian karena mungkin berafiliasi pada kontestan atau partai politik tertentu kemudian apapun dianggap benar. Melakukan missinformasi dan lain-lain," ujar Firman.  

"Ini akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap media sosial sehingga menjadikan media sosial juga menjadi tidak nyaman," imbuhnya.

Dia lalu mengungkapkan data bahwa sekitar 212 juta warga di Indonesia terhubung dengan internet dan lebih dari 167 juta orang di antaranya terhubung lewat media sosial. Dengan demikian tentunya penyebaran informasi pun akan lebih cepat melalui media sosial.

Oleh sebab itu, Firman menyampaikan bahwa perlu adanya rasa tanggung jawab dalam menggunakan media sosial secara beretika di masyarakat. Para pengguna media sosial pun diimbau untuk memikirkan efek jangka panjang dari setiap unggahan yang akan dikirimkan ke media sosial.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya