April Mop Jadi Ajang Penyebaran Hoaks, Simak Tips Berikut Agar Tidak Terjebak

Pada tanggal 1 April kerap dikaitkan sebagai April Mop atau April Fools Day. Ini menjadi momen yang ditargetkan untuk menyebarkan hoaks, terutama di media sosial.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 11 Apr 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi April Mop. (Unsplash)
Ilustrasi April Mop. (Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tanggal 1 April kerap kali dikaitkan sebagai April Mop. Hal ini menjadi momen untuk menyebarkan hoaks, terutama di media sosial. April Mop atau April Fools Day disebut-sebut sebagai agenda tahunan untuk melancarkan hoaks, tipu muslihat, atau prank.

Meskipun konten, informasi, atau tindakan yang ditujukan untuk meramaikan April Mop umumnya tidak menargetkan emosi negatif dan tidak berpotensi bahaya. Namun, masyarakat tetap harus waspada.

"Dari sudut pandang literasi, momen ini justru perlu dimanfaatkan untuk menumbuhkan skeptisisme dan kebiasaan untuk melakukan penelusuran terhadap informasi yang dicurigai sebagai kekeliruan," ujar Manajer Desain Pendidikan di News Literacy Project, Dan Evon dilansir dari NPR News, Senin (8/4/2024).

Pada era kemajuan teknologi, masyarakat juga makin sulit untuk memilah informasi yang benar, apalagi dengan adanya teknologi AI. Banyak oknum yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan teknologi AI dalam momen April Mop.

"Kita berada pada era yang memudahkan untuk membuat gambar dan audio yang realistis yang dimanipulasi atau dipersonalisasi dan ini tidak mudah untuk membedakannya," kata direktur eksekutif media WITNESS, Sam Gregory.

Gregory memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan masyarakat dalam menghadapi sebaran hoaks khususnya saat April Mop.

Pertama, jangan terburu-buru. Gregory menekankan bahwa masyarakat tidak perlu terburu-buru membahas atau membagikan informasi yang diterima terutama dari media sosial. Apalagi, ketika informasi tersebut terdengar tidak masuk akal dan memicu emosi yang berlebih. Cara kedua adalah mencari tahu dan membandingkannya dengan sumber lain.

"Jika satu-satunya sumber informasi tersebut hanya dari postingan itu saja, maka kita perlu skeptis," tutur Evon.

Ketiga, yaitu menelusuri gambar aslinya. Oknum-oknum tidak bertanggung jawab seringkali menyertakan gambar yang tidak sesuai dengan konteks informasi dan waktu yang tidak tepat atau bisa dibilang foto lampau. Untuk mengatasinya, Gregory merekomendasikan penggunaan reverse image search.

Jika gambar tersebut dicurigai hasil dari teknologi AI, masyarakat dapat mengenali ciri-cirinya. Umumnya gambar hasil AI memiliki kejanggalan dan kualitas yang buruk.

Terakhir adalah memperhatikan pola dengan merujuk pada momen-momen khusus, misalnya seperti April Mop, saat gejolak politik sedang ramai, dan peristiwa khusus dan besar lainnya.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya