Citizen6, Jakarta Siang itu, Selasa Kliwon, 12 November 1994, langit di atas Gunung Merapi diselimuti awan hitam. Tak lama terdengar suara ledakan disertai kepulan asap abu-abu yang membumbung tinggi.
Gulungan asap abu-abu yang dikenal dengan wedhus gembel itu bergerak kea rah desa-desa di kaki Gunung Merapi. Hal itu menyebabkan kepanikan yang luar biasa.
Masyarakat sekitar terutama dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman berlarian menuju ke barak pengungsian. Anak-anak menangis karena terpisah dengan orang tuanya. Begitu juga para orang tua juga menangis karena anaknya yang sedang sekolah atau tidak bersamanya. Suasana benar-benar mencekam.
Advertisement
Karena peristiwa itu, lahirlah komunitas Pasag Merapi.
Untuk mengenal lebih mendalam tentang komunitas ini, berikut bincang-boincang online Citizen6 dengan Sondong Hartanto, Sekretaris Pasag Merapi
Bagaimana awal terbentuknya komunitas Pasag Merapi?
Perististiwa itu menyebabkan masyarakat yang meninggal 30 orang, (penduduk Dusun Turgo) total jumlah korban mencapai 60 orang. Masyarakat merapi, bertekad membentuk wadah Penanggulangan Bencana untuk ancaman letusan merapi.
Selang setahun, yaitu 1995 dibentulah Pasag Merapi (Paguyuban Sabuk Gunung Merapi). Pelan tapi pasti, pada tahun yang sama bersama organisasi LSM, Kappala Indonesia. Eko Teguh Paripurno (Kang Et ) dan Sigit "Gendon" Widdiyanto dari LSM tersebut melakukan kegiatan Comunity Based Disaster Risk Management (CBDRM) bersama masyarakat (Pasag Merapi) yang berada di lereng merapi.
Selain kegiatan CBDRM, juga mengadakan pelatihan PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat), yang dilakukan bersama-sama dalam waktu yang cukup intens.
Bagaimana partisipasi warga dalam kegiatan pelatihan ini?
Pada awalnya Pasag Merapi hanya mencakup 1 Kabupaten, 3 Kecamatan dan 3 Desa (Ngandong, Turgo, Kaliadem). Namun dalam pelaksanaan pelatihan banyak warga masyarakat yang ikut iuran, tidak hanya berupa uang, tetapi juga beras, makanan pokok (untuk kebutuhan konsumsi) karena kita sadar masyarakat merasa butuh dan perlu pelatihan CBDRM dan PPGD tingkat dusun.
Kegiatan CBDRM waktu itu (1995) difasilitasi teman–teman Kappala Indonesia, yang mendampingi kawasan Merapi. Secara otomatis sudah membangun jejaring kesiapsiagaan. Tidak berhenti di sini saja, Pasag Merapi juga dalam kegiatannya tidak hanya kesiapsiagaan dan PB tetapi juga kegiatan advokasi lingkungan (tolak tambang), juga konservasi lingkungan.
Seperti apa bentuknya?
Salah satunya adalah menolak Taman Nasional Gunung Merapi, yang pada saat itu kawasan merapi akan diklaim menjadi Taman Nasional.
Perjuangan Pasag Merapi belum selesai di situ. Masyarakat mempunyai ide, bagaimana jika Pasag Merapi meluaskan wilayahnya menjadi 4 Kabupaten yang meliputi Sleman, Magelang, Boyolali dan klaten.
Perjalanan untuk menyatukan masyarakat Merapi menjadi satu bukanlah hal yang mudah. Semua itu memerlukan perjuangan.
Masuk 2000-2001, kegitan–kegiatan rutin seperti PPGD dan CBDRM terus dilakukan, mengingat jarak waktu erupsi merapi dari 2–7 tahun itu masa istirahat gunung merapi.
Pada 2001 Pasag Merapi sudah mencakup wilayah kabupaten Magelang, mengingat letusan Merapi tak mengenal batas administratif suatu wilayah.
Kemudian pada tahun 2003 sudah mencakup wilayah Kabupaten Boyolali dan Klaten. Sejak itulah di tahun 2003 Pasag Merapi merubah nama menjadi Pasag Merapi (Paguyuban Siaga Merapi).
Jadi masyarakat lereng merapi tentunya sudah tahu betul kegiatan kesiapsiagaan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
Sejak tahun 2003 tersebut, Pasag merapi sudah meliputi 2 provinsi (D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Menginjak 2007 Pasag Merapi bersama PSMB UPN menggandeng aparat pemerintah dan bersama–sama menyusun draft rencana aksi daerah berkaitan dengan penanggulangan bencana.
Pada 2008 Pasag Merapi sudah diakui dan dilibatkan dalam Forum Merapi, yaitu wadah semua pegiat bencana Merapi (sektor pemerintahan di 4 kabupaten, LSM internasional, akademisi, juga vulkanologi/BPPTKG).
Pada tahun 2008 ini juga, pasag merapi telah dipercaya menjadi faslitator WLPB (wajib latih penanggulangan bencana) yang diselenggarakan UNICEF, PSMB UPN, BPPTK.
Sampai saat ini pasag Merapi mempunyai beberapa fasilitator meliputi cbdrm, ppgd,Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB), dan fasilitator cbdrm bagi perempuan di sekitar lereng merapi.
2
Siapa saja yang boleh menjadi anggota Pasag Merapi?
Anggota berasal dari beberapa unsur masyarakat yang berada di kawasan Merapi yang mempunyai visi dan misi yang sama.
Tentang visi dan misi ini bisa dibaca di website Pasag Merapi.
Kalau di tanya berapa jumlah membernya kami sedikit bingung mas, yang jelas banyak sekali.
Apa tantangan membangun komunitas ini?
Ruang lingkup yang luas menghambat koordinasi yang intens antar anggota karena pasag merapi berada di 4 kabupaten dan 2 propinsi yaitu Sleman,Magelang , Boyolali Klaten dan propinsi DIY dan jawa tengah
Selain itu sarana dan prasarana alat kesiapsiagaan yang kurang memadai
Gunung Merapi bukan hanya ancaman bencana tapi juga sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya, Merapi bukan untuk ditakuti tapi untuk dimengerti
***
Laki-laki yang ngefans dengan klub bola Manchester United, dan PSS Sleman ini selain aktif di komunitas pasag Merapi juga sibuk berterbak kambing. Dia juga aktif di organisasi-organisasi sosial lain dan juga admin twitter Pasag Merapi, @PasagMerapi
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
Advertisement