Novel Pertama di Dunia Ternyata Rumit Banget

Novel yang terbit pertama di dunia ternyata lahir dari tangan perempuan.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Mei 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2016, 09:30 WIB
Novel Pertama di Dunia Ternyata Rumit Banget
Novel yang terbit pertama di dunia ternyata lahir dari tangan perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Novel yang terbit pertama di dunia ternyata lahir dari tangan perempuan. Seorang warga Jepang bernama Murasaki Shikibu. Novel ini kelak dikenal dengan judul The Tale of Genji. Tetapi, konon nama itu hanyalah nama samaran, alias nama pena penulis aslinya. Siapa nama aslinya? Misteri.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa Murasaki Shikibu adalah seorang pelayan istana yang cerdas. Tahun 998, dia menikah dengan seorang pria dan memiliki anak perempuan. Namun, tahun 1001 suaminya meninggal, sehingga beberapa tahun setelahnya dia diminta jadi dayang Istana Heian. Tiket menuju istana itu didapat karena ia cerdas dan punya kemampuan menulis.

Selama di Istana Heian, Murasaki Shikibu selain bertugas sebagai dayang, ia berhasil menulis novel berjudul Genji Monogatari, yang kemudian diterjemahkan menjadi The Tale of Genji. Novel pertama di dunia ini berjumlah 1.000 halaman.

Karena lahir di istana, maka novel ini memiliki derajat kerumitan bahasa yang bahkan bagi orang Jepang sendiri sulit. Kerumitan lain novel ini, selain dari sisi bahasa juga dari teknis penyampaian, dimana Murasaki Shikibu dilarang menyebut nama dalam cerita. Penokohan hanya menyebutkan gelarnya saja. Misalnya pangeran, raja, ratu, atau barangkali ada istilah jomblo juga.

Kompleksitas konflik kerajaan saat itu, tentunya sangat tinggi, wajar jika para ahli banyak bekerja keras untuk mempelajari bahasa yang terdapat dalam The Tale of Genji.

Para ahli berpendapat, Murasaki Shikibu sebenarnya sudah menulis jauh sebelum dia masuk istana. Jadi, dalam istilah puitis, menulis sudah seperti bernapas baginya. Maka, selain novel, dia juga menulis catatan harian dan puisi.

Isi Novel

Hikayat Genji (源氏物語 Genji Monogatari) sendiri meski sudah diterbitkan tahun 1001 namun proses penulisannya dianggap belum selesai pada tahun tersebut.

Novel ini cerita yang sangat panjang dan terdiri dari 54 bab. Isinya mengenai kisah seputar istana kekaisaran yang terdiri dari 800 waka. Secara garis besar terdiri dari 3 bagian:

Novel yang terbit pertama di dunia ternyata lahir dari tangan perempuan.

Bagian I : kelahiran tokoh utama sebagai seorang pangeran (putra kaisar) yang menjadi warga biasa dan diberi nama kehormatan Genji, dan dikenal dengan nama Hikaru Genji. Setelah dewasa, Hikaru Genji dikelilingi banyak wanita.

Bagian II : kerumitan kisah cinta Hikaru Genji.

Bagian III : kisah anak cucu Hikaru Genji setelah ia tutup usia.

Penulisan novel ini diperkirakan perlu waktu satu dekade. Bab-bab paling awal mungkin ditulis untuk majikan sewaktu dia masih bersuami atau tidak lama setelah suaminya meninggal. Dia terus menulis selama bekerja di istana dan kemungkinan selesai ditulis ketika dia masih bekerja untuk Shōshi.

Dalam buku The Pleasures of Japanese Literature, Keene mengklaim bahwa Murasaki menulis "adikarya fiksi Jepang" dengan mengambil unsur-unsur tradisi waka buku harian istana, dan Monogatari asal zaman sebelumnya, ditulisnya dalam campuran aksara Tionghoa dan aksara Jepang seperti dalam Putri Kaguya atau Hikayat Ise. Ia mengambil unsur-unsur serta mencampurkan gaya penulisan sejarah Cina, puisi naratif, dan prosa Jepang kontemporer.

Menurut salah satu ahli sastra klasik, Adolphson, penempatan subjek yang biasa-biasa berdampingan dengan gaya sastra Tionghoa menghasilkan kesan parodi atau satire, sekaligus cara pengungkapan yang unik.

Hikayat Genji mengikuti format tradisional monogatari yang mengisahkan sebuah cerita, terutama jelas terlihat dari penggunaan narator. Ada pakar sastra klasik yang berpendapat bahwa Murasaki mengembangkan genre monogatari melampaui batas-batas yang ada, dan dengan demikian telah menciptakan suatu bentuk yang sama sekali modern.

Cerita Hikayat Genji berlatar pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10, dan Murasaki menghilangkan unsur-unsur dongeng dan fantasi seperti sering ditemukan pada monogatari sebelumnya. Murasaki sukses mengemas tema utamanya yakni kerapuhan hidup.

Dalam salah satu bagian, diceritakan tentang "pangeran bersinar", tokoh Pangeran Genji dibentuknya sebagai protagonis yang berbakat, tampan, berbudi halus, namun masih manusiawi dan simpatik. Kisah Genji memberikan gambaran mengenai periode Heian, misalnya tentang maraknya hubungan cinta, meskipun perempuan biasanya tetap tak terlihat di belakang layar, tiraim

Menurut Helen McCullough karya Murasaki memiliki daya tarik universal dan berpendapat bahwa Hikayat Genji melampaui baik genre maupun zaman. Tema dasar dan latar, cinta di istana Heian, dan asumsi-asumsi budaya berasal dari pertengahan zaman Heian. Namun kegeniusan Murasaki Shikibu yang unik telah membuat karyanya berarti bagi banyak orang sebagai sebagai pernyataan kuat dari hubungan antar manusia, kemustahilan kebahagiaan abadi dalam cinta.... dan yang terpenting, dalam dunia penuh kesengsaraan, kepekaan terhadap perasaan orang lain. Pangeran Genji mengakui bahwa dalam diri setiap kekasihnya terdapat kecantikan dari dalam seorang wanita dan kerapuhan hidup.

Hikayat Genji populer di semua kalangan. Kaisar Ichijō meminta agar cerita itu dibacakan untuknya meskipun ditulis dalam bahasa Jepang. Pada tahun 1021, semua bab diketahui sudah selesai ditulis, dan karya ini sulit diperoleh di daerah-daerah sehingga banyak dicari orang.

Selain dicatat sebagai novel pertama di dunia, The Tale of Genji juga dikenal sebagai novel bergenre roman pertama. Dan, hingga saat ini karya tersebut terus diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dipentaskan. (***)

Penulis:

Edhie Prayitno Ige, penulis, cerpenis, guyonis, novelis.
Tinggal di Tanjungsari semarang
Twiter @edhiepra1‎

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya