Opini: Ada Gusti Allah di Status BBM

Gusti Allah memang selalu disebut dimana saja dan kapan saja.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 29 Mei 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2016, 14:00 WIB
Opini: Ada Gusti Allah di Status BBM
BBM

Liputan6.com, Jakarta - PSIS Semarang dijadwalkan bertanding melawan PSIR Rembang. Dalam sebuah statusnya di Blackberry Messenger (BBM), Wisnu Adi sang sekretaris Panser Biru, menuliskan "Paringono menang, Gol sitok ae Gusti, cek'e seneng arek-arek iki. Amien."

Saya membayangkan mimik muka sang pendoa ini begitu khusyu. Di tengah rasa tidak percaya dirinya, mengingat main di kandang melawan tim yang tak punya reputasi menang saja hanya mampu seri.

Maksud sang pendoa ini bisa digamblangkan, "semoga Allah berbaik hati dan memberikan kemenangan meski hanya sebutir gol." Jika diteruskan lagi, status itu akan bermakna, semoga PSIS menang meskipun materi pemain dan pelatih serta jam latihan serba tak jelas kualitasnya. Meski tak jelas kualitasnya, yang penting Gusti Allah sudah diajak intervensi.

Mengapa berdoa demikian? Jawabannya nanti akan menjadi karena "Gusti Allah Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Pemurah." Jadi meskipun kualitas tim masih meragukan, maka sebaiknya urusan gol ini biar ditangani Gusti Allah yang maha tahu dan maha melihat. Untuk itulah nama Gusti Allah harus ditulis dalam status BBM. Begitu barangkali peta bawah sadar sang suporter.

Hal yang sama pernah terjadi sebelum hari ini. Apa hasilnya? Meski sudah menuliskan doa di status BBM, PSIS tetap saja kalah. Maka, terlihat bahwa sifat maha pengasih Gusti Allah itu dengan justru tidak mengabulkan pihak yang telah merayu-Nya, jika yang didoakan tidak cukup ilmu untuk memenangi.

Gusti Allah sudah dibujuk, namun tetap saja tidak mau jika harus bertindak tidak adil. Tidak berilmu akan membuahkan kekalahan. Dengan kata lain, akan membawa ke kebodohan. Nah, sudah bodoh masih mengajak-ajak Gusti Allah agar mendadak jagoan dan menang, ini sungguh tak tahu diri.

Mudah-mudahan bukan karena yakin bahwa mendoakan pihak tak berilmu atau bodoh dan berharap sulap dari Gusti Allah, sikap ini benar-benar hendak meremehkan Tuhan yang seolah-olah gampang dibujuk dan dirayu.

Gusti Allah memang selalu disebut dimana saja dan kapan saja. Seorang penonton TV mendadak sangat religius ketika menyaksikan Rio Haryanto ngebut di sirkuit. Doanya nggak main-main, semoga para pembalap di depannya mesinnya mogok, kecelakaan dan sebangsanya. Muaranya, agar Rio Haryanto bisa mendapat poin, syukur-syukur naik podium. Sungguh dahsyat kecintaan penonton ini pada Gusti Allah, tapi hasilnya kalah juga.

Gusti Allah sangat cool menunjukkan keadilan-Nya. Gusti Allah sangat cuek meski nama-Nya di sebut dan dipuja-dipuji. Gusti Allah tak mau urusan apakah sang pendoa ini berdoa dengan seperti pertunjukkan ustadz-ustadz di TV yang sampai menangis, ataukah berdoa sambil ngumpet. Namun, Gusti Allah tetap memberikan kemenangan kepada Nico Rosberg yang lebih baik tekniknya, lebih mumpuni mesinnya.

Sejatinya, mereka yang dalam ilmunya itu, lepas dari ia angkuh atau rendah hati, iman atau ingkar, tak menghalangi Gusti Allah untuk menepati janji-Nya. Kesimpulannya, Gusti Allah lebih meminta manusia untuk lebih dulu mematuhi hukum-Nya ketimbang buru-buru memuja nama-Nya.

Gusti Allah tidak ingin para hamba-Nya bersikap gampangan dan menjadi penipu. Karena ada tingkat pemujaan formal, besar sekali risiko penggampangan dan penipuan itu. Menyebut nama Gusti Allah dengan kosa kata Allah, Tuhan, Gusti dengan frekuensi milyaran kali per hari, memang lebih mudah. Yang susah itu bekerja keras, berlatih giat dan belajar tekun. Agar bisa menafkahi keluarga, menyekolahkan anak-anak dan mendidik mereka menjadi anak-anak yang baik.

Sampai saat ini belum ditemukan bahwa Gusti Allah memerintahkan manusia sibuk memuja-Nya tapi lupa menepati aturan-Nya. Pemujaan kepada Gusti, tanpa taat pada aturan-Nya adalah sebuah kebohongan. Kebohongan itu sama dengan manipulasi. Sama dengan penipuan.

Ketika tulisan ini selesai diketik, PSIS menang dengan skor 2-1. Tentu bukan karena ada Gusti Allah di status suporter, namun pasti karena akumulasi strategi, teknik pemain dan kesungguhan berlatih mereka. Sedangkan Gusti Allah hanya sekedar menghadiahi usaha mereka dengan kemenangan.

Penulis:

Edhie Prayitno Ige
Tanjungsari Semarang.
Twiter: @edhiepra1

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya