Kisah Masjid yang Dibangun dari Putih Telur

Daya tarik masjid ini bukan sekadar warna kuning kehijauan yang membetot mata.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Jun 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2016, 10:00 WIB
Kisah Masjid yang Dibangun dari Putih Telur
Daya tarik masjid ini bukan sekadar warna kuning kehijauan yang membetot mata.

Liputan6.com, Jakarta Begitu kaki menapak tanah di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, yang terasa adalah udara sejuk alami yang sejuk meski di siang hari. Semilir angin pantai membuat suasana semakin tenteram. Apalagi ketika menatap Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat. Masjid yang dibangun pada tahun 1803 ini menjadilandmark dan simbol Pulau Penyengat. “Masjid ini banyak dikunjungi wisatawan Malaysia dan Singapura,” kataAbdul Jalil, seorang pengurus Masjid Raya Penyengat. Pada hari Jumat, jamaah masjid ini juga berasal dari KotaTanjungpinang.

Daya tarik masjid ini bukan sekadar warna kuning kehijauan yang membetot mata. “Masjid ini menjadi simbol kebesaran Kerajaan Melayu di masa lalu yang berkuasa hingga Pahang, Johor, dan Singapura,” katanya. Masjid in dibangun oleh Sultan Mahmud tahun 1803 yang direnovasi pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman pada tahun 1832. Masjid ini memang menjadi penanda Pulau Penyengat bukan pulau sembarangan. Luas pulau ini tak seberapa, hanya 240 hektar. Lebarnya sekitar satu kilometer dengan panjang dua kilometer. Penghuni pulai ini pun tidaklah banyak, 2.500 jiwa atau 450-an keluarga.

Selengkapnya

Pengirim:

Arif Firmansyah

Twitter: @amboyindonesia

Facebook : amboy negeriku

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya