Liputan6.com, Jakarta Ketersediaan pasokan air bersih masih menjadi permasalahan di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Meski iklim NTB tidak sekering tetangganya, NTT, namun pada faktanya, masih banyak desa di Lombok Timur yang krisis air bersih.
Baca Juga
Advertisement
Menurut perangkat pemerintahan setempat, Lombok Timur adalah daerah yang paling sering mengalami kesulitan air bersih. Selama puluhan tahun, masyarakat di desa Beriri Jarak, Kecamatan Wanasaba serta desa Kembang Kerang Daya, Kecamatan Aikmel, harus berjuang untuk mendapatkan pasokan air bersih.
Nurmiati, seorang warga yang tumbuh di desa Beriri Jarak mengaku, dahulu air susah didapatkan. Ia masih ingat, orang tuanya mesti berjalan memikul kendi di kepala sejauh beberapa kilometer menuju mata air terdekat untuk mendapatkan air bersih.
Air yang didapat, sudah tentu mesti dihemat. Untuk berwudu saja misalnya, Nurmiati mengatakan bahwa air mesti dikucurkan dan digunakan sekaligus untuk tiga orang. Tujuannya, agar air tidak banyak terbuang.
"Dulu, mau buang air harus ke kebun dulu. Kalau buang air besar, ya harus menggali lubang dulu di kebun. Makanya orang-orang sering sakit," tutur dia saat ditemui di rumahnya di desa Beriri Jarak, Rabu (12/10/2016).
Pada 1986, saat wabah muntaber merebak, satu organisasi nirlaba internasional datang dengan program bantuan air bersih. Bak penangkapan air dibangun di salah satu sumber mata air. Pipa-pipa penyaluran pun dipasang ke rumah warga. Namun, tidak berarti masalah selesai.
Muncul keluhan baru, warga saling menuduh kalau air yang diterima tidak merata. Ada yang mendapatkan air melimpah, ada pula yang tidak.
Melihat banyaknya permasalahan ketersediaan air bersih tersebut, Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) pun turun tangan. Setelah dilakukan survei, terungkaplah fakta yang mengejutkan. Ternyata, desa-desa tersebut memiliki sumber air yang melimpah.
"Kalau dikelola dengan baik, mata air yang ada bisa untuk delapan kecamatan. Tapi kenyataannya, hanya dipakai empat desa. Itu pun sering konflik," terang Ellena Rachmawati, Direktur Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) NTB saat ditemui di kunjungan ke sumber mata air di desa Beriri Jarak, Rabu (12/10/2016).
Ia melanjutkan, persoalan air yang ada di wilayah tersebut sesungguhnya ada dua, yaitu debit air yang makin berkurang serta pengelolaan air itu sendiri. Keduanya adalah permasalahan yang tidak bisa diserahkan hanya pemerintah untuk diselesaikan.
YMP NTB Bekerja Sama dengan Danone (Aqua)
YMP Bekerja Sama dengan Danone (Aqua)
Untuk mewujudkan sistem pengelolaan air bersih dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di desa Beriri Jarak dan Kembang Kerang Daya, YMP akhirnya mendapat bantuan CSR dari Danone. Lewat YMP, Danone memberikan bantuan pembangunan reservoir dan perbaikan infrastruktur perpipaan.
Sustainable Development Manager Danone, Okta Fitrianos, menyebutkan kalau Program Peningkatan Akses Air Bersih dan Sanitasi merupakan program yang dijalankan tiap tahun di luar pabrik Aqua. Sebelumnya, program ini pernah dilakukan di NTT dan dapat dibilang mengubah kualitas hidup masyarakat di sana.
"Program ini juga untuk membantu pencapaian pemerintah soal universal akses di 2019," kata dia.
Kedua desa tersebut menurut dia memiliki persoalan air bersih yang berbeda. Bila desa Kembang Kerang Daya sulit memenuhi kebutuhan air bersih karena kontur geografisnya, maka desa Beriri Jarak yang berkelimpahan air kesulitan dalam sistem distribusi air bersih tersebut.
"Karena itu bersama YMP, kami membangun reservoir serta penyuluhan pentingnya sanitasi sehat di masyarakat."
Ia menambahkan meski baru berjalan beberapa bulan, namun telah terlihat hasil yang baik dari program tersebut. Dari 800 rumah di dua dusun tersebut, hanya tinggal sekitar 15 rumah yang belum memiliki akses sanitasi bersih yang baik.
Warga pun mengaku kalau sejak ada sistem distribusi air yang lebih teratur, mereka tak harus mengantre dari subuh sampai zuhur hanya untuk mendapatkan air. Setelah diberi penyuluhan, warga berjanji akan bekerja sama mengelola distribusi air dengan baik agar semua warga mendapatkan akses air bersih.
"Sekarang sudah enak. Mau mandi, air udah ada. Mau nyuci, air udah ada. Toilet juga udah ada di dalam rumah," tutup Numiarti.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement