3 Hal Ini Dasari Ahmad Fuadi Ciptakan Anak Rantau

Ada tiga hal yang mendasari Ahmad Fuadi menulis novel terbarunya, Anak Rantau (Doc: Sulung Lahitani/Liputan6.com)

oleh Sulung Lahitani diperbarui 06 Sep 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2017, 18:30 WIB
3 Hal ini Dasari Ahmad Fuadi Ciptakan Anak Rantau
Ada tiga hal yang mendasari Ahmad Fuadi menulis novel terbarunya, Anak Rantau (Doc: Sulung Lahitani/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan trilogi Negeri 5 Menara tak membuat Ahmad Fuadi puas begitu saja. Kali ini, ia kembali dengan novel terbarunya yang berjudul Anak Rantu.

Meski formula novel terbarunya tak jauh berbeda dengan novel sebelumnya, Ahmad Fuadi mengaku sempat kesulitan. Malahan, Anak Rantau baru bisa dirilis setelah proses panjang selama empat tahun belakangan.

"Anak Rantau ini agak lama karena lama di ide. Dulu mulai menulisnya di tempat yang sangat indah, jadi penginnya nulis yang indah-indah," ujar dia saat berkunjung ke kantor Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Menurut beliau, novel terbarunya itu bermula dari saat ia berkesempatan menjadi residen di Bellagio, Italia. Di pinggir Danau Como, terdapat residen sebagai tempat para penulis undangan meramu tulisan baru. Karena keindahan Danau Como inilah, Ahmad Fuadi kemudian memiliki ide untuk menulis tentang keindahan kampung halamannya di Maninjau.

"Saya kan lahir di pinggir danau. Jadi ini semacam romantisme kampung halaman yang ceritanya ga banyak berkembang. Pas pulang kampung, saya riset lagi," ungkap dia.

Saat Ahmad Fuadi pulang kampung, kenangan keindahan tempat kelahirannya ternyata telah berubah. Ia tak lagi mendapati Danau Maninjau seindah dulu lagi.

Ahmad Fuadi melihat sendiri Danau Maninjau yang kini tercemar. Bambu yang digunakan warga untuk membuat keramba serta pakan ikan membuat air danau itu beracun dan berubah warnanya.

Tak hanya itu, ia pun gelisah dengan masyarakat Minangkabau yang adat istiadatnya tak seperti dulu lagi. Komponen kepimpinan di Minang seperti alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, dan lainnya, seolah tak lagi punya wibawa.

"Yang ketiga yang jadi alasan saya menulis novel ini, narkoba telah masuk sampai ke kampung-kampung. Saya kaget, di kampung kok bisa ada narkoba. Bagi saya itu kerisauan."

Kegelisahan-kegelisahan itu kemudian ia ramu untuk mempertajam novel Anak Rantau yang kini telah tersedia di pasaran. Baginya, meski romantisme kampung halaman tak lagi sama, namun masalah-masalah itu adalah fakta yang harus ia hadapi seiring perkembangan zaman.

Anak Rantau berkisah tentang Hepi, anak rantau yang kembali ke kampung halamannya. Ia dibawa pulang oleh ayahnya lalu ditinggal. Sang ayah berharap, anaknya menjadi lebih baik dengan tinggal di kampung halaman. Di sanalah petualangan Hepi bersama teman-temannya dimulai.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya