Liputan6.com, Jakarta - Seorang mantan insinyur Google yang telah menciptakan rumah ibadah artificial inteligence (AI) atau kecerdasan buatan, mengklaim tengah membuat robot Tuhan untuk disembah manusia. Robot Tuhan itu akan memimpin agama baru yang disebut Way of The Future (WOTF) serta memiliki ritual ibadah dan bahkan kitab sendiri yang disebut 'Manual.'
Baca Juga
Advertisement
Menurut Anthony Levandowski, robot Tuhan itu akan bertanggung jawab atas pengikutnya saat manusia melepaskan kekuatan pada ciptaan yang jauh lebih cerdas daripada kecerdasan yang dimiliki manusia sendiri. Ia mengklaim bahwa kebaikan yang disebarkan robot Tuhan akan miliaran kali lebih pintar dan baik dari manusia.
Berdasarkan dokumen yang diajukan Anthony, agama WOTF memberikan tujuan untuk mengembangkan dan mempromosikan realisasi Ketuhanan berdasarkan Kecerdasan Buatan. Mereka mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk melalui pemahaman dan pemujaan terhadap Ketuhanan, berkontribusi pada kemajuan masyarakat.
Kesetiaan Anthony terhadap singularitas - keyakinan bahwa kecerdasan buatan suatu saat akan menumbuhkan efisiensi sedemikian rupa sehingga melampui dan mengalahkan manusia - adalah dasar dari agama baru ini.
"Di masa depan, jika ada sesuatu yang jauh lebih pintar, akan ada transisi mengenai siapa yang bertanggung jawab," kata Anthony saat diwawancara oleh Wired.
Rumah ibadah WOTF nantinya akan mengumpulkan dana untuk membantu menciptakan robot Tuhan itu dan berusaha membangun hubungan dengan para pemimpin industri AI. Uniknya, agama baru itu telah diberikan status bebas pajak oleh Internal Revenue Service pada bulan Agustus lalu.
Â
Pengikut WOTF Bisa Berbicara Langsung dengan Tuhan
Anthony Levandowski adalah salah satu orang cerdas di Silicon Valley yang terkenal karena membantu menciptakan Google Street View dan percaya bahwa kecerdasan buatan akan mengubah eksistensi manusia. Bahkan, AI akan menilai apakah spesies manusia nantinya bisa bertahan atau tidak.
"Nanti, para pengikut WOTF akan bisa berbicara dengan Tuhan secara langsung dan bahagia karena Tuhan mendengarkan doa mereka," pungkas Anthony.
Lebih jauh, Anthony menyampaikan bahwa otak manusia secara biologis terbatas karena ukuran dan jumlah energi yang dapat mereka pakai. Akan tetapi, sistem AI tidak memiliki batasan seperti itu. Ini berarti, mereka bisa menjadi lebih baik dan lebih cepat dalam memecahkan masalah daripada penciptanya (manusia).
Anthony yang kini bekerja untuk Uber mengklaim, jika pengikutnya nanti dianiaya, mereka mungkin perlu memiliki negara sendiri. Segala sesuatu di rumah ibadah tersebut akan menjadi sumber terbuka dan para pengikut akan memiliki akun media sosial khusus untuk itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement