Liputan6.com, Jakarta - Arkeolog dan peneliti di seluruh dunia terus-menerus berpartisipasi dalam penggalian untuk menemukan peninggalan yang terlupakan. Tak masalah apakah itu sesuatu yang sederhana seperti cangkir atau sendok, atau bahkan sesuatu yang biasa-biasa saja seperti tempat duduk.
Baca Juga
Advertisement
Sekelompok arkeolog menemukan vas tembikar berusia 8.000 tahun di dua desa neolitik yang disebut Gadachrili Gora dan Shulaveris Gora, sekitar 50 km di selatan Tbilisi. Yang menarik ialah vas tembikar itu mengandung jejak buah anggur yang difermentasi.
Lalu, mengapa hal tersebut menjadi berita yang menggembirakan? Sebab, itu menjadi bukti tertua yang terbaru tentang pembuatan dan penyimpanan anggur.
"Kami percaya, ini adalah contoh tertua domestikasi pertanian yang dibuat semata-mata untuk produksi anggur," kata Stephen Batiuk, seorang peneliti senior dari Universitas Toronto.
"Anggur adalah pusat peradaban. Ia berfungsi sebagai obat, pelumas, zat pengubah pikiran, komoditas bernilai tinggi, anggur menjadi fokus pemujaan agama, farmasi, masakan, ekonomi, dan masyarakat kuno," tambah dia, seperti dilansir dari Georgia Today.
Â
Warga Masih Menggunakan Cara yang Sama
Pada masa sekarang, masyarakat Georgia masih menggunakan guci tanah liat untuk membuat anggur. Guci besar itu disebut qvevri dan bentuknya mirip dengan yang ditemukan oleh arkeolog.
Batiuk sendiri beranggapan bahwa anggur itu mungkin dibuat dengan cara yang sama dengan metode pembuatan anggur menggunakan qvevri hari ini.
"Tak jauh berbeda. Buah anggur dibuat dengan cara dihancurkan. Batang, buah, dan biji, semuanya difermentasi bersama."
Sebelum menemukan guci tanah liat itu, alat pembuatan anggur tertua diperkirakan berusia 7.000 tahun. Ini ditemukan di Pegunungan Zagros di Iran dan berasal dari tahun 5.400-5.000 SM.
(Sul/Ul)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement