Liputan6.com, Jakarta - Insiden tenggelamnya kapal Titanic di tahun 1912, menjadi fenomena yang mengejutkan banyak orang. Lebih dari 2.000 penumpang, 1.500 orang di antaranya ditemukan tewas akibat kecelakaan tragis itu. Samudera Utara Atlantik menjadi saksi bisu dari kisah nahas yang dialami para penumpang kapal.
Baca Juga
Advertisement
Di balik banyaknya kisah korban Titanic, ada satu kisah yang terbilang cukup memperihatinkan. Ada dua bocah korban Titanic berhasil selamat dari insiden tersebut. Sayangnya, bocah kakak-adik itu hidup luntang-lantung di negeri orang yang tak pernah mereka ketahui sebelumnya, tanpa bersama ibu ataupun ayah.
Mereka adalah Louise dan Lola. Kakak dan adik tersebut naik ke kapal bersama ayah mereka. Anak yang paling tua berusia empat tahun dan anak kedua berusia lebih tua darinya dua tahun.
Tak ada yang pernah tahu bahwa saat menginjakkan kaki ke kapal itu, hidup ayah mereka hanya terbilang beberapa hari lagi. Meski begitu, ketiganya berhasil menemukan tempat cukup bagus di sebuah kabin dengan kelas dua yang terbilang nyaman.
Ayah mereka bernama Michel Navratil, merupakan seorang penjahit yang terlahir di Slocakia dan kemudian berpindah ke Prancis. Pria tersebut percaya bahwa Titanic akan membawa mereka menemukan kehidupan baru di Amerika bersama kedua putranya.
Navratil sudah merencanakan sesuatu untuk kehidupan dirinya dan putranya ketika sampai di Amerika. Dengan mendaftarkan nama keluarga Hoffman, pria itu akan berdalih bahwa istrinya telah wafat dan mengganti kedua nama asli putranya menjadi Louise dan Lola.
Membawa Kabur Putra Mereka ke Amerika
Padahal, nama asli mereka yakni Michel dan Edmond. Navratil mengganti nama putranya karena ia tak mau jejaknya sampai ketahuan oleh istrinya, Marcelle Caretto. Pria itu diam-diam membawa kabur sang anak dari ibunya.
Navratil dan Caretto, keduanya dilaporkan telah berpisah pada tahun awal pernikahan mereka. Keduanya sempat memiliki rumah untuk membesarkan putra mereka di Nice, Prancis. Ada dugaan kuat bahwa sang istri telah berselingkuh di belakang suaminya sehingga memicu perceraian dari hubungan keduanya.
Setelah hak asuh dijatuhkan kepada pihak ibu, Navratil hanya boleh mengunjungi putranya di akhir minggu. Walaupun begitu, pria itu sudah menyiapkan banyak hal demi kebahagiaannya.
Berbekal pertemuan di akhir minggu, Navratil memutuskan untuk mengajak bermain putranya pada hari liburan Paskah. Setelah sang ibu memutuskan untuk mengambil mereka, Baik mantan suaminya dan kedua putranya tak pernah ditemukan.
Caretto tak pernah tahu bahwa Navratil akan membawa putra mereka ke Amerika Serikat. Sebelum naik ke Titanic, Navratil menyempatkan waktu sebentar di Monte Carlo dan melakukan perjalanan ke London dan kemudian Southampton, tempat berlabuh kapal Titanic sebelum melakukan pelayaran.
Advertisement
Perpisahan Terakhir dengan Ayah
Nahasnya, kapal itu malah mengalami karam ditengah-tengah perjalanan mereka. Kedua bocah itu sempat diselamatkan oleh ayah mereka dan dibawa ke sekoci. Sebelum itu, Navratil sempat mengucapkan perpisahan terakhir kepada putra tertua.
"Anakku ketika ibumu datang kepada kalian, seperti yang pasti ia akan lakukan, katakan kepadanya bahwa aku sangat mencintiainya dan masih merasakan hal itu kepadanya. Katakan padanya bahwa aku berharap agar ia mengikuti kita sehingga kita semua bisa hidup berbahagia bersama pada kebebasan dunia baru."
Setelah kecelakaan itu terjadi, jasad ayah mereka berhasil ditemukan dan dimakamkan pada pemakaman Yahudi sesuai dengan nama yang tertulis di tiket. Michel dan Edmond berhasil selamat dari kejadian tersebut. Meski begitu, nasib mereka tak jelas karena mereka tak bisa berbahasa Inggris.
Untungnya, mereka bertemu dengan Margaret Hays yang bisa berbicara bahasa Prancis. Wanita itu juga bersedia membantu dan menampung kedua bocah itu di rumahnya di New York.
Setelah bencana Titanic, akhirnya ada surat kabar yang mempublikasikan foto Michel dan Edmond. Surat kabar itu menuliskan bahwa kedua bocah itu tengah menunggu sanak saudara mereka untuk menjemput, beberapa orang mulanya mengira bahwa kedua bocah itu merupakan kerabat mereka.
Berhasil Bertemu Ibu Mereka
Frank Lefebvre merupakan salah satunya yang percaya bahwa, Michel dan Edmond merupakan anak-anaknya karena ia telah kehilangan istri akibat peristiwa nahas kapal Titanic tenggelam. Ia mencari kedua anak tersebut dari Iowa hingga New York.
Beruntungnya, Caretto tepat waktu menyelamatkan putra mereka sebelum orang lain mengadopsi mereka. Caretto berhasil melacak kedua putranya setelah membaca publikasi tentang kedua bocah di New York, yang tengah menunggu kerabat mereka. Setelah itu, ia menyusul dengan kapal lainnya. Ia sampai di New York setelah sebulan lebih insiden Titanic terjadi.
Michel, merupakan satu-satunya yang paling ingat dnegan kejadian nahas tersebut. Dalam ingatannya, Titanic merupakan kapal yang amat megah. "Saya ingat bahwa lambung kapal saat itu tampak indah. Aku dan adikku bermain di dek depan dan sangat senang berada di sana," kata Michel dalam Ensiklopedia Titanica.
Kenangan yang mengharukan pada saat itu terjadi ketika ayah mereka masuk ke kabin untuk mengevakuasi keduanya. Sang ayah memakaikan mereka pakaian yang hangat lalu memeluk putranya. "Ketika saya memikirkan hal itu, saya sangat terharu. Mereka tahu mereka akan mati," imbuhnya.
Michel sendiri berhasil hidup hingga tahun 2001, di usia 92 tahun dan mendapat gelar Ph.D Filsafat. Sedangkan adiknya, Edmond ikut berpartisipasi pada Perang Dunia II dan meninggal pada awal tahun 1950.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Advertisement