5 Negara yang Diprediksi Akan Punah, Apakah Indonesia Termasuk?

Sebuah negara, bisa diprediksikan mengalami kepunahan jika dilihat dari beberapa faktor, seperti adanya perang, bencana alam, serta penurunan tingkat kelahiran.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 08 Mar 2018, 02:05 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 02:05 WIB
5 Negara Paling Berbahaya di Dunia, Bagi Para Solo Traveler
Ilustrasi Detroit (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Bumi yang kita tempati, memang menyimpan banyak kehidupan. Namun, kehidupan yang ada di bumi tak selamanya bisa bertahan alias akan mengalami kepunahan.

Flora dan fauna, misalnya. Tapi, rupanya kepunahan tak hanya menimpa flora dan fauna saja, melainkan manusia dan negara yang mereka tempati juga bisa mengalami kepunahan. Kok bisa?

Sebuah negara bisa diprediksikan mengalami kepunahan jika dilihat dari beberapa faktor. Seperti adanya perang, bencana alam, serta penurunan tingkat kelahiran juga menjadi masalah utama yang mendorong laju kepunahan sebuah negara di dunia.

Bahkan, sederet penelitian telah mengumumkan indikasi kepunahan dari beberapa negara berikut ini. Walaupun baru dugaan dan belum tentu jadi nyata, berikut ini ada beberapa ulasan tentang negara yang diperkirakan akan punah.

Langsung aja simak ulasan selengkapnya berikut ini:

 

1. Korea Selatan

Festival Kimchi di Seoul
Seorang anak ikut membuat kimchi, hidangan tradisional Korea Selatan, selama Festival Kimchi tahunan di pusat kota Seoul, Jumat (3/11). Acara tersebut dibuat oleh para sukarelawan yang hasilnya didonasikan untuk kaum minoritas. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Dengan kemajuan negaranya, Korea Selatan ternyata diprediksi akan mengalami kepunahan di tahun 2750. Hal ini dikarenakan rendahnya jumlah kelahiran di negeri Kpop tersebut. Bahkan, prediksi ini menyebutkan jika kelahiran bisa mencapai 0% jika tak ada program pemerintah yang mengatasi masalah ini secara signifikan.

Orang asli Korea Selatan bisa menghadapi ‘kepunahan alami’ jika angka kelahiran hanya mencapai 1,19 anak per-wanita. Hal ini diperparah dengan usia menikah yang semakin mundur. Kalau sebelumnya di usia 25 tahun masyarakat Korea Selatan sudah bingung menikah, maka saat ini usia 35 tahun pun menjadi usia normal untuk menikah.

2. Jepang

Tokyo
Warga menggunakan payung berjalan selama hujan salju lebat di Tokyo (22/1). Hujan salju membuat keberangkatan penerbangan dan melumpuhkan beberapa layanan kereta api di kota tersebut. (AFP Photo/Behrouz Mehri)

Gaya hidup yang serba tertata dan mandiri membuat mereka sulit untuk mengubah pola pikir untuk ‘menikah’. Yang ada dibenak warga Jepang, baik pria ataupun wanita adalah bagaimana mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membahagiakan diri sendiri.

Bagi mereka, menikah seolah tak ada gunanya dan memilih hidup melajang. Daftar statistik menyebutkan jika hanya ada 12,8 persen jumlah anak-anak dari populasi penduduk Jepang. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk yang makin menurun. Namun, pemerintah Jepang enggak menutup mata dengan hal ini.

Beberapa kebijakan mulai dibuat untuk menarik warganya agar segera menikah. Salah satunya memberi keringanan pada wanita karir yang memiliki anak. Di mana disediakan kompensasi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak bagi mereka yang sudah memiliki buah hati.

3. Tiongkok

Ambisi Jadi Negara Super Power, Tiongkok Bangun Kota Masa Depan
Doc: News.CN

Karena masalah keseimbangan jenis kelamin yang disebut memiliki potensi membawa Tiongkok ke arah kepunahan. Kebijakan pemerintah yang membatasi warganya untuk melahirkan, serta kemajuan teknologi yang bisa mengakali jenis kelamin kehamilan membuat anak laki-laki kini lebih banyak ketimbang anak perempuan.

Ketidakseimbangan ini mempengaruhi keberlangsungan keturunan Tiongkok di masa mendatang. Meski hal ini sudah jadi kekhawatiran beberapa orang, namun kebijakan ‘satu anak’ yang sudah berjalan sejak tahun 1980 itu masih belum mengalami modifikasi yang bisa meminimalisir dampak ketidakseimbangan jenis kelamin.

4. Jerman

Desa Alwine di Jerman
Wali Kota Andreas Claus melintasi sebuah jalan di desa Alwine, Negara Bagian Brandenburg, Jerman timur , 30 November 2017. Desa yang berpenduduk 20 orang tersebut mulai terbengkalai setelah runtuhnya Tembok Berlin. (Tobias Schwarz/AFP)

Sebuah studi dari perusahaan auditor Jerman BDO dengan Hamburg Institute of International Economics (HWWI) di tahun 2015, menyebutkan jika Jerman menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat kelahiran terkecil. Dengan 8,2 kelahiran per-1000 penduduk, Jerman telah menggeser Jepang sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Data ini didapat dari studi dalam lima tahun terakhir. Sejak 1972, angka kematian di Jerman telah melebihi jumlah angka kelahiran bayi. Dengan fakta ini dapat diperkirakan jika prosentase warga usia produktif di Jerman akan mengalami penurunan dari 61% ke 54% pada tahun 2030 mendatang.

5. Indonesia

Provinsi Mana yang Memiliki Populasi Jomblo Terbesar di Indonesia
Provinsi dengan populasi jomblo terbesar

Indonesia saat ini adalah negara berpenduduk terbanyak ke 4 di dunia setelah Republik Rakyat China, India, dan Amerika Serikat. Permasalahan yang dialami oleh Indonesia bukan hanya masalah ledakan jumlah penduduk, tetapi juga jumlah jomblo yang semakin enggak teratasi.

Selain itu, juga karena wanita Indonesia mematok tinggi standar pria idaman mereka, seperti aktor Hollywood dan juga artis K-POP. Masalah inilah yang justru memperparah jumlah jomblo di Indonesia yang semakin membludak. Kalau masalah ini tidak ditangani serius oleh pemerintah kita, bukan mustahil penduduk Indonesia akan punah cepat atau lambat.

Itulah beberapa negara di dunia yang diperkirakan akan punah. Diantaranya diperkirakan terjadi bukan karena bencana alam, melainkan penduduknya mulai dari terbatasnya jenis kelamin sampai betah menjomblo. Meskipun masih perkiraan dan belum jadi kenyataan, baiknya kita waspada ya!

Sumber: Famous.id

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya