Liputan6.com, Jakarta - Berita duka cita turut mewarnai media sosial hari ini. Pasalnya, seorang ilmuwan besar di bidang kosmologi dan fisika teoritis yakni Stephen Hawking, berpulang di usia 76 tahun pada Rabu (14/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Meskipun mengidap penyakit yang melumpuhkan tubuhnya sejak usia 21 tahun, kecerdasan Stephen Hawking mengenai galaksi, lubang hitam dan teori reativitas mampu membawanya pada jabatan akademis terhormat di banyak universitas ternama.
Walapun sudah berpulang, ilmuwan tersebut juga dikenal dengan banyak penemuannya yang menakjubkan. Untuk menjelaskan tentang kehidupannya, yuk simak sejumlah rangkuman tentang fakta kehidupan Stephen Hawking, melansir Biography.com.
1. Mulanya hanya sebagai siswa biasa
Sebelum mendapat banyak gelar dan disebut sebagai ilmuwan yang jenius. Masa kecil Hawking sebenarnya sempat mengalami hambatan. Hawking sendiri membeberkan bahwa saat masih kecil ia tidak belajar membaca dengan benar sampai usia 8 tahun. Tak hanya itu, Hawking juga tidak pernah melampaui nilai rata-rata teman sekelasnya sewaktu masih di sekolah dasar.
Meski begitu, Stephen Hawking menaruh minat yang besar terhadap teknologi dan komputer. Ia juga memiliki kapasitas yang terbilang luar biasa dalam membahas serta menghitung unsur ruang dan waktu. Sampai akhirnya ia mendapat beasiswa dari Oxford untuk belajar fisika di usia 17 tahun.
2. Diagnosa Penyakit
Hawking tak hanya menempuh kuliah di Oxford saja, setelah lulus pria tersebut kembali mengambil pascasarjana di Universitas Cambrige. Saat setahun pertama menjadi mahasiswa, Hawking sempat terjatuh dari seluncur es dan diberitahu bahwa dirinya menderita penyakit neuron motorik degenratif Amyotrophic Sclerosis (ALS).
Dokter memperkirakan bahwa hidupnya tak akan lama dan hanya berisi dua tahun lebih untuk tetap hidup. Menderita penyakit tersebut di usia 21 bukanlah hal yang mudah baginya.
Meski begitu, Hawking tak menyerah, kosmolog tersebut dituntut untuk mejadi lebih kreatif walaupun tubuhnya mengalami kelumpuhan. Ia tetap menggagas ilmu fisika dan kosmologi dengan menggunakan kursi roda, ia juga hidup lebih lama dari dugaan para dokter.
3. Rumus Persamaan
Hawking menemukan sebuah persamaan yang ia sebut dengan radiasi Hawking atau Hawking Radiaton. Rumus tersebut melibatkan kecepatan cahaya, konstanta Newton dan simbol lainnya untuk mengukur emisi dari lubang hitam.
Meskipun dibuat bingung dengan penemuannya, Hawking percaya bahwa temuannya mengenai lubang hitam dianggap sebagai fenomena kematian yang menelan semua energi dalam galaksi. Untuk mengatasi kebingungannya, kosmolog tersebut kemudian memberikan gabungan merlalui teori kuantum, relavitas umum dan termodinamika.
Karena penemuan tersebut membuat namanya menjadi lebih tinggi, Hawking mengatakan bahwa ia ingin persamaan yang telah ia temukan dapat diukir pada batu nisannya.
Advertisement
4. Pernah Melalui Operasi
Mengingat bahwa ia berhasil menyingkirkan ramalan dokter terhadap kematiannya, Hawking pernah tertular wabah pneumonia saat berpergian ke Jenewa di tahun 1985. Ilmuwan tersebut tidak sadar dan kemudian hanya bisa menggunkan alat untuk menyambung hidupnya. Istrinya, Jane sempat diberi pilihan untuk merelakan Hawking.
Namun, Jane menolak gagasan itu dan memilih untuk melakukan trcheotomy agar mampu membuat Hawking bernapas kembali. Sayangnya, dari operasi tersebut Hawking harus kehilangan kemampuannya untuk berbicara.Â
5. Pembuatan Mesin
Pasca operasi, Hawking mengalami kesulitan berkomunikasi karena kemampuannya berbicara telah hilang. Oleh karena itu, ia mendorong pembuatan Synthesizer. Alat tersebut dibuat oleh perusahaan asal California yang bernama Words Plus.
Teknologi yang diciptakan oleh mereka mampu menjalankan program berbicara pada sebuah komputer. Untuk menyesuaikan dengan keadaan Hawking, pihak perusahaan mengadaptasi teknologi tersebut dengan sebuah kursi roda.
Hawking bisa berbicara dengan memilih tombol kata-kata pada layar teknologi tesebut. Ketika ia tak bisa lagi menggunakan tangannya, Hawking akan memiliki tombol inframerah pada kacamatanya yang bisa mengasilkan kata-kata melalui deteksi gerakan pipi.
Pihak intel sempat menawarkan ilmuwan tesebut dengan teknologi komunikasi yang lebih baru dan canggih. Namun, ia menolaknya karena ingin mempertahankan suara robot yang telah digunakanya selama hampir tiga dekade. Ia menganggap suara robot tersebut merupakan bagian yang tak terhapuskan dari identitasnya.
6. Seorang Penulis
Setelah mengalami kelumpuhan dan kehilangan kemampuan untuk berbicara, impian Hawking untuk menulis buku masih muncul dalam benaknya. Mungkin mulanya menulis buku merupakan hal yang terbilang tak memungkinkan baginya.
Namun, ilmuwan tersebut tidak menyerah begitu saja dengan keadaanya. Ia bersusah payah menggunakan synthesizernya, dengan dibantu oleh seorang siswa yang bertugas merevisi dan sebagai editornya. Setelah diterbitkan pada tahun 1988, buku milik Hawking masuk ke dalam daftar terlaris pada London Sunday Times selama 237 minggu.
Dari hal itu, keinginanya untuk menulis kembali semakin kuat. Hingga akhirnya ia membuat beberapa buku lain dengan genre sains yang dibuat bersama putrinya, Lucy.
7. Pernah Tampil di Televisi
Walaupun penampilan fisik Hawking membuat banyak orang tercengang, pria itu tidak segan atau malu untuk tampil di televisi. Dia pernah muncul di televisi pada serial Star Trek: The Next Generation di tahun 1993. Dalam acara tersebut, Hawking melakukan adegan bercanda sambil bermain poker bersama Albert Einstein dan Issac Newton.
Pria itu juga pernah meminjamkan suara khas robotnya pada animasi The Simpson dan Futurama. Ia juga pernah tampil pada acara sitkom yang cukup populer yakni The Big Bang Theory.
Hawking juga pernah membuat meniseri Stephen Hawking's Universe pada tahun 1997, sambil mebahas topik kosmologi dan menceritakan asal usul kehidupan. Pria itu juga memberikan deksripsi yang mencolok pada film dokumenternya di tahun 2013.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Â
Advertisement