KOLOM BAHASA: April Mop dan Hoaks

Mengapa April Mop bukan hoaks? Mengapa tindakan berbohong pada April Mop tidak sama dengan tindakan berbohong pada hoaks?

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Apr 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2018, 08:00 WIB
Bambang Kaswanti Purwo
Bambang Kaswanti Purwo, Guru Besar Linguistik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 1 April--yang dikenal dengan julukan “April Mop”--adalah hari yang istimewa dan unik. Ini adalah harinya setiap orang boleh berbohong kepada orang lain tanpa dianggap bersalah. Sudah menjadi kebiasaan di mana-mana bahwa setiap 1 April, selama satu hari ini orang yang kena bohong tidak dimungkinkan untuk marah. Ia malah bisa ikut tertawa bersama-sama teman-teman yang menertawakannya karena ia terlambat mengetahui bahwa dirinya kena bohong. Ia menjadi korban, tetapi korban yang berjasa menjadi bahan lelucon di antara teman-teman dekat.

Namun, mengapa April Mop bukan hoaks? Mengapa tindakan berbohong pada April Mop tidak sama dengan tindakan berbohong pada hoaks? Padahal, baik April Mop maupun hoaks sama-sama memiliki kata-kata kunci yang sama, yaitu ada cerita bohong dan ada yang menjadi korban dari cerita yang tidak benar itu.

Bedanya adalah tindakan berbohong pada April Mop sudah diantisipasi bersama. Tindakan berbohong pada 1 April sudah sama-sama disadari oleh siapa pun di lingkungan tempat terjadinya tindakan berbohong itu. Semua orang tahu bahwa tindakan berbohong bisa terjadi pada 1 April dan terjadinya hanya pada satu hari itu.

Lagi pula, ihwalnya bukan sesuatu yang serius, bukan sesuatu yang merugikan, sampai berakibat fatal bagi korban yang terkena bohong itu. Korban malahan bernilai positif, dapat menjadi penyulut keserentakan tertawa bersama di antara teman-teman dekat. Tujuan berbohong pada April Mop memang untuk melucu, bukan untuk merugikan orang lain.

Parahnya hoaks adalah bahwa di balik tindakan berbohong itu terkandung intensi atau maksud jahat pembuat hoaks, sebagaimana yang didefinisikan kamus Oxford ini: “an act intended to make somebody believe something that is not true, especially something unpleasant a bomb hoax, hoax calls ...”.

Ilustrasi hoax. (via: istimewa)

Berbeda dengan April Mop, akibat dari tindakan berbohong itu serius dan bisa fatal. Yang terkena pun tidak hanya satu, tetapi bisa banyak orang. Bisa tak terbatas jumlahnya dan tak terketahui siapa. Waktunya pun juga tak terketahui. Dapat terjadi kapan saja. Selain tak terketahui kapan persisnya akan terjadi, juga tak terketahui berapa lama kejadiannya.

Oleh karena itu, tindakan berbohong pada hoaks termasuk tindakan kejahatan. Penyebaran isu atau berita bohong di dunia maya dapat terkena Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Hukumannya penjara enam tahun atau denda Rp 1 miliar.

Penumpang yang mengaku membawa bom saat di pesawat pun, meskipun dengan maksud bercanda, juga termasuk melakukan hoaks. Dapat dipenjara satu sampai lima belas tahun (Pasal 437 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009). Bagaimanapun–meskipun maksudnya bercanda–ia berbohong sebab tidak mengaku membawa bom di pesawat. Dalam konteks di pesawat, pernyataan “ada bom” tidak dapat disendaguraukan: membuat siapa pun takut setengah mati.

Jadi, kalau mau iseng bercanda dengan cerita bohong, salurkanlah itu pada tanggal 1 April. Lingkupnya terbatas hanya di lingkungan kawan dekat dan akrab. Tidak menakutkan. Maksudnya pasti bercanda. Akibatnya, membuat semua tertawa. Makin akrablah relasi antarkawan.

 

*penulis adalah Guru Besar Linguistik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya