Peduli Perlindungan Anak, PUSKAPA UI Gelar Konferensi International VOICE 2018

VOICE 2018 adalah konferensi internasional tentang perlindungan dan kesejahteraan anak yang baru pertama kali diselenggarakan.

oleh Camelia diperbarui 19 Des 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 19 Des 2018, 07:31 WIB
Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)
Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) bekerjasama dengan Care and Protection of Children (CPC) Learning Network Columbia University menyelenggarakan konferensi internasional Viable and Operable Ideas for Child Equality (VOICE) dengan tema “Finding Scientific Answer to the 21st Century Challenges for Families, Communities, and Public Policy”.

VOICE 2018 adalah konferensi internasional tentang perlindungan dan kesejahteraan anak yang pertama kalinya diselenggarakan oleh pusat penelitian Indonesia dan diadakan di Nusa Dua, Bali, pada Rabu (12/12) lalu. Santi Kusumaningrum selaku Direktur PUSKAPA, menjelaskan dalam konferensi ini hadir sekitar 250 peneliti global, praktisi pembangunan dan kemanusiaan, pembuat kebijakan, dan pemimpin muda yang berbagi dan berbicara tentang bukti ilmiah di bidang perlindungan anak.

Menurut Mark Canavera, Co-Director of CPC Learning Network at Columbia University, konferensi VOICE berfungsi sebagai platform yang sangat bagus di mana pembelajaran yang dihasilkan di Indonesia akan berkontribusi terhadap dialog dan kemajuan global.

 

Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)
Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)

“Konferensi VOICE menunjukkan bahwa kepemimpinan Indonesia dalam perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga semakin menguat. Merupakan misi dari CPC Learning Network untuk menghubungkan akademisi, pembuat kebijakan, dan para praktisi dalam menemukan solusi berbasis bukti untuk perlindungan anak yang lebih baik dan kami bangga menjadi bagian dari proses ini dan bekerja sama dengan PUSKAPA” demikian tutur Mark.

Ada tiga tantangan utama abad ke-21 berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan anak yang dibahas dalam konferensi ini: migrasi terutama yang disebabkan oleh perubahan iklim yang juga mempengaruhi kesejahteraan anak-anak; norma-norma sosial yang menjadi bahaya bagi anak-anak; serta mengubah teknologi dari ancaman menjadi bermanfaat bagi anak-anak.

Dalam konferensi ini peserta dari negara-negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Ghana, India, Zambia, Uganda, Pakistan, Nigeria, Liberia, Bangladesh, dan Indonesia akan saling mendorong kerjasama dan membentuk jaringan internasional di bidang perlindungan dan kesejahteraan anak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perlindungan dan Kesejahteraan Anak

Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)
Voice 2018 UI (foto: Universitas Indonesia)

Arie Setiabudi Soesilo, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia dalam sambutannya mengatakan, "Acara seperti VOICE mutlak diperlukan karena menyatukan orang-orang yang tertarik pada masalah perlindungan anak. Konferensi VOICE menyatukan para peneliti global dan adalah selaras dengan misi Universitas Indonesia untuk menjadi salah satu universitas riset terkemuka di dunia,” ujarnya.

Tak hanya itu, konferensi ini juga memfasilitasi para pembuat kebijakan dan peneliti untuk saling berbagi tentang faktor-faktor yang berdampak pada keberhasilan tujuan pembangunan nasional Indonesia dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pungky Sumadi, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan lebih lanjut "Pemerintah mengakui bahwa anak-anak adalah warga negara Indonesia dan berhak mendapatkan perlindungan penuh dari pemerintah. Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlindungan anak dan kesejahteraan sangat bersinggungan, dan berkomitmen untuk memprioritaskannya dalam sasaran pembangunan nasional. " 

Konferensi ini juga terselenggara atas dukungan UNICEF Indonesia, Learning Initiatives on Norms, Exploitation, and Explanation (LINEA), Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK), The Asia Foundation, Institute for Reproductive Health at Georgetown University, dan Australia Indonesia Partnership for Justice 2.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya