Liputan6.com, Jakarta - Rata-rata, pria lebih cepat jatuh cinta daripada wanita. Pria pula yang biasanya mengatakan "Aku mencintaimu." Begitu biasanya semua dimulai.
Baca Juga
Advertisement
Tapi setelah kedua orang jatuh hati, keduanya cenderung akan mengikuti jalan yang sama: sering kehilangan akal untuk sementara waktu. Malahan para profesor di Universitas Leiden menemukan bahwa orang yang sedang jatuh cinta kurang memiliki kendali atas tindakan mereka dan melakukan beberapa penelitian untuk melihat apakah itu benar.
Â
Jatuh cinta membuat Anda lebih bahagia
Tahap pertama sebuah hubungan disebut cinta yang penuh gairan. Tahap ini bertanggung jawab atas ketertarikan antara dua orang.
Para ilmuwan mengatakan bahwa ketika jatuh cinta, orang mengalami perubahan intens dalam emosi mereka. Ini membuat Anda dipenuhi dengan perasaan gembira dan euforia yang luar biasa yang membuat orang jauh lebih bahagia.
Â
Advertisement
Cinta memengaruhi kemampuan mental Anda
Para peneliti mengatakan bawha jatuh cinta juga memengaruhi kemampuan mental Anda. Untuk membuktikannya, mereka melakukan percobaan dengan 43 anak muda yang jatuh cinta mulai dari satu hingga enam bulan.
Para peserta diminta untuk melakukan beberapa tes sebelum dan sesudah suasana hati yang asyik dengan memikirkan orang-orang yang mereka cintai dan mendengarkan musik romantis. Dalam suasana hati yang romantis, para peserta menunjukkan hasil yang lebih buruk pada tes mereka.
Â
Selanjutnya
Menariknya, efeknya ternyata sama untuk pria dan wanita serta untuk berbagai jenis tugas. Jadi, ini memengaruhi semua orang dan mengurangi kemampuan seseorang dalam berbagai cara, tak hanya dengan beberapa jenis tugas tertentu.
Para peneliti mengatakan bahwa ini adalah aspek penting dari tahap awal hubungan romantis-kita menjadi sangat memerhatikan orang yang kita cintai, tapi konsentrasi pada tugas sehari-hari yang sederhana, pekerjaan, atau studi menjadi berkurang.
Â
Advertisement
Berita bagusnya, ini hanya sementara
Seiring waktu, cinta yang penuh gairah menurun dan berubah menjadi cinta yang menemani. Ini dikaitkan dengan komitmen dan berkontribusi pada pemeliharaan hubungan jangka panjang.
Setelah transisi ke hubungan yang lebih stabil, kontrol diri seseorang akan kembali meningkat. Kemudian, Anda pun dapat kembali berpikir jernih dan secara sadar berkontribusi pada hubungan tersebut.