Liputan6.com, Jakarta Zaman sekarang, semua orang terpaku pada ponsel mereka, terus menerus mengecek media sosial dan surel. Namun, jika Anda merasa cemas saat ponsel mati atau saat Anda keluar rumah tanpa ponsel, Anda mungkin mengalami apa yang oleh beberapa pakar disebut sebagai "Nomofobia."
Baca Juga
Advertisement
Nomofobia atau nomophobia adalah kependekan dari no-mobile-phone phobia. Ini belum dikenali sebagai diagnosis formal, tapi para peneliti telah memeriksa seberapa umum gangguan ini terjadi di kalangan anak muda.
Sebuah studi baru-baru ini telah melihat hubungan antara nomofobia dengan gangguan psikologis lainnya. Penelitian yang diterbitkan dalam Computers in Human Behavior Reports edisi Agustus-Desember 2020 ini menggunakan kuesioner untuk mengevaluasi penggunaan ponsel dan gejala psikopatologis dari 495 orang dewasa berusia 18-24 tahun di Portugal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hubungan nomofobia dan gangguan psikologis lainnya
Melansir dari Bestlifeonline, para peneliti menemukan korelasi positif antara nomofobia dan gangguan tertentu. Ini berarti bahwa jika seseorang memiliki salah satu dari kondisi kesehatan mental spesifik ini, misalnya depresi, mereka juga cenderung mengalami kecemasan saat jauh dari ponsel.
Setiap kondisi yang terkait dengan nomofobia memiliki gejalanya sendiri, mulai dari insomnia, delusional, hingga masalah pencernaan.
Advertisement
Efek samping ketergantungan dengan ponsel
Sementara para peneliti mengakui kontribusi positif dari ponsel dalam kehidupan, mereka mengingatkan akan adanya efek samping saat seseorang menjadi terlalu tergantung pada ponsel.
Studi tersebut menunjukkan bahwa semakin sering partisipan menggunakan ponsel, semakin tinggi pula tingkat stres yang dilaporkan saat partisipan tak memegang ponsel mereka.
Gangguan terkait nomofobia
Menurut penelitian tersebut, berikut ini sembilan gangguan yang terkait dengan nomofobia serta persentase subjek yang mengalaminya:
1. Obsessif Compulsif Dissorder: 39,4 persen peserta.
2. Sensitivitas interpersonal: 39 persen peserta.
3. Mudah marah: 38,4 persen peserta.
4. Psikotisme: 38,2 persen peserta.
5. Paranoid: 38,1 persen peserta.
6. Depresi: 37,4 persen peserta.
7. Fobia kecemasan: 34,7 persen peserta.
8. Kecemasan: 34 persen peserta.
9. Somatisasi: 32,2 persen peserta.
Advertisement