Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua

Pentas kali ini mengisahkan kisah hidup Gombloh

oleh Sulung Lahitani diperbarui 28 Apr 2022, 16:05 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2022, 16:05 WIB
Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Liputan6.com, Jakarta Titimangsa dan KawanKawan Media bekerjasama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek menggelar pertunjukan Di Tepi Sejarah untuk musim kedua. Di TepiSejarah akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di kanal Indonesiana TV.

Di Tepi Sejarah merupakan sebuah seri monolog yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Mereka mungkin kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa namun menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media (Dit. PMM), Ahmad Mahendra, menyambut baik hadirnya seri terbaru monolog di Tepi Sejarah, "Banyak kisah sejarah inspiratif yang sebelumnya kurang dikenal terutama oleh anak-anak muda, entah karena kurangnya akses ke sumber literasi atau bahkan kurangnya minat untuk mempelajari sejarah tersebut. Namun dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah ini, anak-anak muda dapat kembali mempelajari sejarah yang hampir terlupakan tersebut," jelasnya.

Tahun 2021 Di Tepi Sejarah mengangkat kisah perjalanan empat tokoh sejarah. Muriel Stuart Walker yang mengganti namanya menjadi Ketut Tantri; Riwu Ga - mantan pelayan, pengawal dan sahabat Bung Karno; kisah seorang perempuan tua Tionghoa, The Sin Nio alias Moechamad Moechsin; dan Amir Hamzah- sastrawan yang hidup di masa terjadinya revolusi sosial di Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Memperkaya pengetahuan sejarah

Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Melihat antusias dari para guru, pelajar serta masyarakat umum yang menonton pertunjukan Di TepiSejarah, Happy Salma – Pendiri Titimangsa dan produser pementasan merasa perlu meneruskan serial monolog ini, “Ada banyak sekali tokoh-tokoh yang perlu kita saksikan pergulatan dan perjuangannya. Suatu potret bagi kita untuk melihat sisi kemanusiaan dan menstimulasi kita agar lebih matang dalam menyikapi arus informasi yang serba cepat namun seringkali mengabaikan nilai dan unsur kebenaran di era sekarang ini. Serial monolog Di Tepi Sejarah merupakan salah satu upaya melawan hoax,” ujarnya.

Produser Di Tepi Sejarah dari KawanKawan Media, Yulia Evina Bhara menambahkan, “Penayangan program Di Tepi Sejarah di Indonesiana TV diharapkan menjadi jembatan pertemuan antara tokoh- tokoh sejarah kita dengan penonton yang lebih luas, khususnya kaum muda.”

Pentas “Panggil Aku Gombloh”

Panggil Aku Gombloh merupakan pertunjukan ketiga serial monolog Di Tepi Sejarah musim kedua yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, 27-28 April 2022. Dua pertunjukan sebelumnya berjudul “Kacamata Sjafruddin” tampil pada 14-15 April 2022 dan “Mata Kamera” tampil pada 20-21 April 2022 di tempat yang sama.

 

 


Kisah hidup Gombloh

Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Pentas kali ini mengisahkan perjalanan hidup seorang penyanyi bernama Soedjarwoto Soemarsono. Ia populer dengan nama Gombloh. Jiwa nasionalismenya 24 karat.

Namanya melambung setelah menciptakan lagu “Kebyar-Kebyar”. Gombloh adalah sosok lelaki sederhana. Hidupnya jauh dari glamor.

Ketika album “Kebyar-Kebyar” sukses di pasaran, Gombloh menikmatinya bersama abang becak, pengangguran dan para pedagang kecil di Surabaya. Di panggung musik, Gombloh selalu tampil nyentrik: berambut gondrong, mengenakan topi dan kumis yang tak rapi.

Ia seorang bohemian yang bercita-cita, ingin melihat Indonesia menjadi negara maju. Ia ingin mewujudkan tatanan dunia tanpa prostitusi. Meskipun sulit, setidaknya Gombloh mengupayakan cita-citanya itu di Surabaya.

Lagu-lagunya berkisah tentang nasionalisme, kehidupan sosial, ironi masyarakat perkotaan serta sisi manusiawi dari lingkungan yang disebut nista: prostitusi. Lagu-lagunya berbicara lantang, tanpa basa-basi.

Dalam bermusik, Gombloh secara terus-terang mengakui bahwa ia menggadaikan idealisme musiknya demi uang, demi keluarga, terutama ketika ia muncul dengan lagu-lagu yang komersil. Bagi Gombloh, ia hanya manusia yang ingin bermusik sejauh yang ia bisa.

 


Dicintai warga Surabaya

Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Semua hal bisa diubah lewat cinta. Gombloh mendefinisikan cinta secara luas. Ia menamakan revolusi melankolia. Revolusi cinta dari Surabaya.

Gombloh lahir di Jombang, 12 Juli 1948 dan wafat di Surabaya pada 9 Januari 1988. Ia dimakamkan di TPU Tembok Gede, Surabaya. Masyarakat Surabaya saat itu tumplek blek. Ruas-ruas jalan Kota Pahlawan penuh dan menyebabkan kemacetan sepanjang lima kilometer dari kompleks pemakaman.

Gombloh memang dikenal bersahaja. Rasa kehilangan itu tak hanya dirasakan oleh keluarga, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga kota Surabaya.

Tahun 1996, sejumlah seniman Surabaya mengagas pembuatan patung Gombloh yang kemudian patung perunggu Gombloh itu ditempatkan di Taman Hiburan Rakyat Surabaya. Tahun 2000, seorang peneliti dari Universitas Cornell – New York, Martin Hatch melakukan riset atas lagu-lagu Gombloh dan ditulis sebagai karya ilmiah "Social Criticsm in the Songs of 1980’s Indonesian Pop Country Singers", dibawakan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology di Toronto, Kanada.

 


Pemeran Gombloh

Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Dalam serial monolog Di Tepi Sejarah musim kedua ini, Gombloh diperankan oleh Wanggi Hoediyatno, seniman pantomim Indonesia yang berproses kreatif dan berkarya sejak 2004. Wanggi Hoediyatnoadalah seniman pantomim pertama yang melakukan pertunjukan di puncak Mahameru, GunungSemeru, Jawa Timur.

Tahun 2013 Wanggi Hoediyatno berkesempatan berkolaborasi dengan Syafiq Effendi Faliq, aktor pantomim asal Malaysia. Di tahun yang sama ia juga berkolaborasi dengan kelompok teater kontemporer Chabatz De’Entrar Compagnie dari Prancis dan melakukan tur teater ke 9 kota di Indonesia, Timor Leste dan Vietnam.

Wanggi Hoediyatno juga merintis dan menginisiasi beragam agenda seni budaya: Gerakan Kebudayaan Awak Inisiatif Arts Movement yang hadir di berbagai ruang publik.

Pertunjukan Panggil Aku Gombloh ini disutradarai Joind Bayuwinanda, seorang aktor, sutradara dan pelatih akting yang aktif berkesenian sejak 1983. Joind Bayuwinanda adalah salah satu sosok penting di panggung teater Indonesia.

Ia telah memperoleh banyak penghargaan sebagai aktor terbaik maupun sebagai sutradara teater terbaik. Dalam proses menyutradarai pentas ini, Joind mengaku terenyuh dengan sosok Gombloh, “Cita-citanya ingin menghapuskan semua prostitusi yang ada di negara ini bahkan di seluruh dunia, itu sesuatu yang absurd, tapi Gombloh mencoba. Uang hasil konsernya banyak digunakan untuk membantu keuangan pelacur di Surabaya. Tindakan itu sangat mengharukan,” ujar Joind.

 


Pihak-pihak yang terlibat

Panggil Aku: Gombloh, Pentas Di Tepi Sejarah Musim Kedua
Pentas Panggil Aku: Gombloh. Doc: Yose Riandi/ Titimangsa

Panggil Aku Gombloh merupakan produksi Titimangsa ke 56 yang digelar dengan penonton terbatas di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu-Kamis, 27 - 28 April 2022 Pukul 20.00 WIB dan akan ditayangkan secara daring di Indonesiana TV pada Agustus 2022.

Panggil Aku Gombloh dipentaskan dengan melibatkan seniman dan pekerja seni berikut ini.

Penulis Naskah : Guruh Dimas Nugraha

Tafsir Naskah : Agus Noor dan Joind Bayuwinanda

Sutradara : Joind BayuwinandaA

sisten Sutradara : Heliana Sinaga

Pemain : Wanggi Hoediyatno

Produser : Happy Salma, Yulia Evina Bhara dan Pradetya Novitri

Pimpinan Produksi : Trisfahilda

Penata Artistik : Deden Jalaludin Bulqini

Penata Musik : Freza Anhar

Penata Kostum : Boy Ari Yandhi

 

Setelah pertunjukan Panggil Aku Gombloh, Di Tepi Sejarah masih akan mementaskan tokoh-tokoh lain, yaitu:

• Emiria Soenassa, seorang perupa perempuan, akan dipentaskan Juni 2022.

• Ismail Marzuki, seorang pemusik yang namanya diabadikan menjadi salah satu tempat berkesenian di Jakarta, dan akan dipentaskan Juli 2022.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya